Share

Kalo Aku Selingkuh Gimana? 

Tak sengaja Yasmin menjatuhkan gelas yang ada di sisinya sehingga gelasnya jatuh berderai. Yasmin buru-buru membersihkan pecahan gelas tersebut namun Yakub menahan tangan Yasmin,

"Biar pembantu aja yang membersihkannya, dek. Kamu lanjutin makannya," pinta Yakub pada Yasmine. 

"Mbak, minta tolong bersihkan ya!" seru Yakub pada salah satu ARTnya. 

"Mas biar aku aja," tolak Yasmin kepada Yakub. 

"Dek, kenapa sih nggak bisa dengerin mas? Apa susahnya sih, Dek?" sungut Yakub mulai menaikan nada bicaranya.

Akhirnya Yasmine memilih menurut karena nada bicara Yakub sudah naik satu oktaf. Yasmine menggeser duduknya agak lebih jauh dari Yakub karena ART masih membersihkan pecahan gelas. Yasmine kembali memakan makanannya dalam diam. Yakub mengamati perubahan istrinya yang tiba-tiba menjadi lebih diam dan kentara sekali bahwa Yasmine sedang memikirkan sesuatu. Yakub yakin bahwa Yasmine saat ini sedang marah, mungkin karena Yakub pulang telat tapi tidak memberi tahu Yasmine.

"Dek, Mas minta maaf ya. Mas tadi lupa ngabarin sama kamu kalau Mas ada pertemuan mendadak sama klien di luar," pinta Yakub kepada Yasmine. 

Yasmine hanya menundukkan kepalanya tanpa berniat menjawab permintaan maaf Yakub. Entah kenapa untuk kali ini perasaan Yasmine tidak sesimpel itu. Yasmine berpikir telah terjadi sesuatu dengan Yakub tapi Yasmine tidak tahu apa. Dari tadi Yasmin berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri namun tidak bisa. Pikiran-pikiran negatif terus saja menghantui dirinya saat ini.

"Mas ngomong loh sama kamu. Kok kamu nggak mau jawab sih permintaan maaf dari Mas?" 

"Iya gak apa-apa." Hanya itu saja jawaban dari Yasmine. Sikap Yasmine semakin membuat Yakub yakin bahwa Yasmine saat ini sedang marah kepada dirinya.

Yakub menyelesaikan makannya kemudian dia duduk mendekati Yasmine sambil meraih tangan Yasmine yang ada di meja. Namun secepat kilat Yasmine menarik tangannya dari suaminya membuat Yakub terperanjat kaget karena selama bersama Yasmine, Yasmine tidak pernah bersikap seperti ini kepada dirinya meskipun Yasmine sedang dilanda emosi. Ada apa ini?

"Dek?" panggil Yakub. Yakub tak bisa bertanya panjang lebar meski banyak sekali dugaan-dugaan di kepalanya yang ingin dijawab. 

"Mas, aku ke kamar dulu. Tiba-tiba pusing," pamit Yasmine pada suaminya dan buru-buru meninggalkan meja makan padahal Yasmine baru makan tiga suap. 

Yasmine masuk ke dalam kamar mereka lalu masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa ponselnya. Yasmine bersembunyi di dalam kamar mandi karena di rumah ini, hanya tempat ini yang aman dan nyaman bagi Yasmine untuk menenangkan diri. Yasmine menyandarkan tubuhnya di daun pintu kamar mandi. Menari nafasnya berulang kali. 

"Ini kenapa sih? Kok aku jadi tiba-tiba badmood. Enggak biasanya begini," keluh Yasmine pada dirinya sendiri. 

Yasmine menyembunyikan kepalanya di balik kedua lututnya yang ditekuk. Ingatannya kembali ke sehelai rambut dan kebohongan Yakub pulang terlambat serta makan malam di luar. Sepele tapi kenapa perasaan Yasmine langsung tidak baik dan pikiran negatif terus memenuhi isi kepalanya. 

Yasmine beranjak berdiri setelah mengambil nafas panjang. Yasmine memilih untuk menanggalkan pakaiannya lalu berendam di air hangat. Yasmine tidak peduli bahwa hari telah malam, dia hanya ingin merilekskan tubuhnya. Berharap isi kepalanya juga membaik. 

Yasmine mendengar suara ketukan pintu kamar mandi saat Yasmine berendam di kamar mandi. 

"Dek, kamu di dalam kah?"

Yasmine memilih tak menyahuti Yakub. 

Tok tok

"Dek?"

Tok tok

"Dek? Kamu kenapa?" tanya Yakub mulai panik. 

Daripada Yakub makin panik, Yasmine akhirnya meraih bathrobe lalu memakainya dan keluar dari kamar mandi. 

"Dek? Kamu mandi? Ini sudah malam, Dek," tanya Yakub. bukan pertanyaan tapi lebih ke arah protes.

Wajah Yakub jelas sekali tidak suka jika Yasmine mandi malam-malam. 

"Aku lagi capek. Pengen rendaman air anget," sahut Yasmine sambil berjalan melewati Yakub.

"Tapi kan bisa besok? Atau tadi sore, Dek. Enggak malam-malam gini. Kamu bisa sakit, Dek."

Yasmine hanya diam. Dia memilih untuk segera berganti baju dengan baju hangat lalu mengeringkan rambutnya yang basah. 

"Dek, mas ngomong loh sama kamu. Kok dari tadi kamu abaikan, Mas?" protes Yakub karena diabaikan oleh Yasmine bahkan sejak di meja makan tadi. 

Yasmine mematikan hairdryernya. Dia duduk menghadap ke arah Yakub lalu menatap suaminya. 

"Mas, sebenarnya dari mana?" tanya Yasmine dengan suara yang lembut dan sopan. Berusaha mengalah dan berbicara dengan kepala dingin.

"Kan Mas udah bilang, mas ada pertemuan mendadak sama Klien."

"Mas gak lagi bohong kan sama aku?"

"Dek, kamu enggak percaya sama Mas?"

"Aku cuma memastikan aja kok. Memang sejak kapan aku gak percaya sama Mas?" tanya Yasmine balik sambil tersenyum. 

"Mas gak pernah bohong sama kamu, Dek. Sejak kita pacaran, Mas selalu cerita kan sama kamu?"

"Iya."

Yasmine memutar badannya dan kembali mengeringkan rambutnya. 

'Sudahlah mungkin memang dia benar. Mungkin memang akunya aja yang lagi sensi karena PMS.'  ujar Yasmine di dalam hatinya. 

Selesai mengeringkan rambut, Yasmine memilih untuk keluar kamar, ingin menonton tv di luar kamar. 

"Dek, mau kemana?"

"Mau nonton tv di luar."

"Disini aja lah, Dek. Kita nonton bareng."

"Aku mau lihat drakor, Mas. Mas kan enggak suka."

"Aku temenin deh."

"Mas ada maunya ya?"

"Iya dek. Kamu enggak lagi palang merah kan, Dek?"

Yakub melangkah maju mendekati Yasmine yang sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. 

"Belum sih tapi aku lagi capek, Mas. Kan tadi malem juga udah."

"Ya kan kita harus sering-sering dek, biar cepet jadi."

"Besok pagi aja, Mas. Aku beneran lagi capek banget."

"Kamu nolak aku, Dek?" tanya Yakub tak percaya. Disentuh tangan ditolak dan sekarang meminta jatah wajib pun ditolak. Yakub benar-benar tidak percaya dengan sikap Yasmine seperti ini. 

"Memang aku tidak boleh menolak?"

Yakub terdiam. Yakub merasa ada yang aneh pada diri Yasmine kali ini. Biasanya Yasmine tak pernah menolak dirinya. Tak pernah mengeluh capek. Tapi sepertinya kali ini Yasmine memang sedikit berbeda. Ada apa? Apakah Yasmine tengah menyembunyikan sesuatu darinya? 

Yasmine menunggu Yakub berbicara menjawab pertanyaannya tapi Yakub sepertinya sedang sibuk dengan pemikirannya sendiri. Akhirnya Yasmine memilih keluar kamar. 

Yasmine duduk menonton drama tapi tangannya bermain ponsel. Ada notifikasi pesan masuk ke ponselnya. 

Bram : [Bapak sudah sampai, Bu?]

Yasmine : [Sudah, Mas.]

Bram : [Oh syukurlah.]

Yasmine memainkan ponselnya. Dia tak membalas pesan dari Bram lagi. Tapi karena penasaran, akhirnya Yasmine membalas pesan dari Bram lagi. 

Yasmine : [Mas Bram tadi keluar kantor jam berapa?]

Bram : [Jam stengah 5, Bu. Kenapa ya, Bu?]

Yasmine : [Maaf ya kalo saya tanya-tanya. Mas  Bram tadi ada disuruh Mas Yakub untuk ketemu klien di luar enggak ya?]

Bram : [Saya hari ini di kantor seharian sama Bapak. Bapak juga di kantor. Cuma Bapak pulang lebih awal saya pulang sesuai jam kantor.]

Yasmine : [Oh jadi enggak keluar sama sekali ya, Mas? Bapak juga?]

Bram : [Iya, Bu.]

Yasmine : [Oke, Makasih.]

Bram : [Sama-sama.]

Yasmine hanya bisa meremas ponselnya sambil memejamkan matanya. 

Perasaan Yasmine kali ini semakin kuat, ada yang tidak beres dengan suaminya. Dan Yasmine harus mencari tahu dengan apa yang terjadi. 

"Dek?"

Yasmine terlonjak kaget. Suaminya berdiri di belakangnya entah sejak kapan. 

"Mas, bikin kaget aja."

"Kamu lagi ngapain? Kok aku lihat TV nya nyala tapi kamu asyik main ponsel."

"Oh iya. Lagi ngerumpi aja di grup sama anak-anak."

"Ngrumpi apa? Kayaknya lebih seru dibanding filmnya."

Yakub mengambil tempat di sisi Yasmine. 

"Iya. Lagi bahas kisah artis-artis yang selingkuh."

Yakub terdiam dengan tubuh kaku dan tegang. Dan sayangnya, Yasmine melihat perubahan sikap Yakub. 

"Mas tau kan, banyak banget artis yang tiba-tiba selingkuh. Dari luar adem ayem tapi enggak tahunya main belakang. Gak nyangka banget sih, padahal kalo liat istrinya kayaknya udah bagus banget. Kayak gak ada kurangnya jadi istri. Tapi kok bisa ya diselingkuhin begitu?" tanya Yasmine tanpa mengedipkan mata melihat perubahan sikap suaminya. 

"Ya kan kita gak tahu, Dek. Dari luar baik-baik aja, dalemnya mana ada yang tahu. Yang tahu yang ngejalanin kan, Dek," komentar Yakub setelah dia bisa menguasai emosinya kembali. Yakub belum berani menatap Yasmine untuk saat ini. 

"Ehm iya sih. Cuma kok ya tega aja. Kalo aku jadi mereka, ya udah lah bubar aja. Ngapain bertahan sama laki-laki yang udah selingkuh. Kalo Mas yang tahu aku selingkuh, Mas gimana?"

Yakub menahan nafasnya. Yakub benar-benar tidak bisa menelan ludahnya karena pertanyaan Yasmine. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status