"Ya janganlah, Dek. Ngapain juga sih selingkuh?" "Ya namanya orang kan, Mas. Kadang enggak puas dengan apa yang ada.""Aku ada kurangnya? Bilang apa kurangku, Dek."Yasmine terdiam melihat suaminya tapi kemudian bibirnya mengulas senyum kecil. "Gak ada. Bagiku udah cukup. Gak tau kalo aku di mata Mas Yakub.""Kamu gak ada kurangnya sama sekali, Dek. Kamu yang terbaik.""Semoga ya. Kalo misalkan Mas udah gak sayang lagi sama aku atau mas suka sama perempuan lain, bilang ya. Aku akan pasti mundur.""Dek, ngomong apa sih?! Mas gak suka," protes Yakub. Dia memang tak suka Yasmine bicara begitu. Sampai kapanpun Yasmine adalah wanita yang dia sayang selain Mamanya. "Udah yuk, kita tidur. Aku kok ngantuk banget," elak Yasmine. Yasmine sengaja tidak menjawab pertanyaan Yakub, tidak ingin memperpanjang masalah yang tidak pasti. Yasmine malah pergi meninggalkan suaminya yang masih mematung karena sikap Yasmine. ***Dua minggu berlalu"Bi, makanannya udah siap?""Udah, Nyah. Bekalnya udah
"Dek, baiknya kita ke kamar dulu ya. Mas bisa jelasin semuanya," ajak Yakub sambil berusaha membawa Yasmine menuju kamar Yakub. "Jelasin aja disini. Sekarang!" "Dek, mas mohon. Mas…""Iya, benar! Yakub memang menikah lagi!" sahut mertua Yasmine dengan suara lantang dan terdengar ketus.Yasmine dan Yakub menoleh ke arah wanita yang telah melahirkan Yakub. "Dia menikah lagi untuk dapat keturunan! Puas kamu, Yasmine?!" JedaaarBagai disambar petir, hati Yasmine benar-benar terluka hebat saat ini. Yasmine bahkan sudah tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Yasmine sudah limbung dan jatuh ke lantai. Yakub, orang terdekat dengan Yasmine, yang menolong Yasmine. Yakub berusaha untuk membangunkan Yasmine tapi Yasmine menolak. Dada Yasmine naik turun, nafasnya memburu dan air matanya sudah bercucuran membanjiri pipinya. Yasmine tak mengira bahwa dugaannya soal pernikahan suaminya dengan perempuan lain benar-benar terjadi. Sakit sekali rasanya. Yasmine tak menduga bahwa hal ini akan terjadi pa
"Kita cerai!" ucap Yasmine dengan gejolak yang mereda namun kata-katanya begitu tajam setajam belati yang menusuk hati. "Enggak! Aku gak mau cerai sama kamu, Yasmine!" berang Yakub. Membayangkan dirinya kehilangan Yasmine membuat Yakub menggila. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Yasmine harus tetap berada di sisinya, sebagai istrinya. Yakub mengejar Yasmine yang sudah berada di lantai satu rumah Mamanya. Yasmine tanpa menoleh bahkan melirik pun tidak, dia berlari keluar rumah mertuanya. "Yasmine! Tunggu!" Suara Yakub terdengar menggelegar membuat perempuan yang tadi dinikahinya secara siri langsung memeluk ibunya. Mama Yakub langsung ikut mengejar. Bukan mengejar Yasmine tapi Yakub. "Kub, berhenti! Yakub, berhenti!" seru Mama Yakub tapi Yakub tak mengindahkan Mamanya. "Yasmine! Tunggu! Yasmine!" Yakub makin mempercepat langkahnya untuk menyusul Yasmine yang sudah membuka gerbang. "Akh!"Tubuh Yasmine ditarik ke belakang dengan keras. "Yasmine! Mau kemana?! Aku antar!" "Lepas!
"Jangan katakan kau yang menyembunyikan istriku, Bima?""Menurutmu aku segila dirimu? Bermain api dengan orang lain hah?!" tampik Bima mulai tersulut emosi. Enak saja Yakub menuduhnya menyembunyikan Yasmine. Dia masih waras. Otaknya masih berfungsi dengan baik. Tidak seperti Yakub yang selalu mati kutu jika berurusan dengan Mamanya. "Jangan bohong, Bima!""Apa untungnya aku bohong hah?!""Aku tahu kau pernah menyukai Yasmine. Dan kau memanfaatkan celah ini untuk merebutnya dariku kan?!" tuduh Yakub makin menjadi-jadi. "Kau makin gila, Yakub!"Bima langsung menutup teleponnya. Dia mengerang marah pada Yakub. "Bodoh! Kenapa juga dulu Yas mau sama dia?! Laki-laki tempe!" maki Bima marah. Bima mematikan ponselnya tapi dia mengambil ponsel yang lain. Lalu dengan segera menyahut jaket dan kunci motornya. Dia mengeluarkan dari garasi motor sport kesayangannya. Sebelum Bima menarik pedal gas, Bima mengirim pesan pada orang kepercayaannya. "Jika Yasmine kutemukan, tak akan kukembalikan p
"Bang, tolongin aku," ucap Yasmine tergugu. "Yasmine? Kenapa kamu? Dimana kamu?"Yasmine tak bisa berkata-kata. Dia masih terisak menangis. Bahkan si sopir taxi berkali-kali melirik Yasmine. Takut jika dia yang nanti dikira berbuat tidak-tidak pada Yasmine. Laki-laki di seberang sana menunggu hingga isak tangis Yasmine mereda. Dia baru saja akan memulai rapat saat HPnya berdering. Dia hendak menolak panggilan itu tapi ketika melihat nama Yasmine tertera di layar, dia segera mengangkatnya dan yang dia dengar bukan hallo atau kalimat pembuka apapun, yang dia dengar justru suara lirih Yasmine seperti menahan tangis dan meminta tolong. Hati siapa yang tak mencelos begitu saja saat mendengar adik satu-satunya tiba-tiba minta tolong dan menangis. Erlangga Kusuma, adalah kakak laki-laki dan satu-satunya Yasmine Kusumawati. Selisih Yasmine dan Erlangga cukup jauh. Selisih enam tahun. Saat Erlangga di bangku SMP, kedua orang tuanya harus kembali ke Indonesia tapi Erlangga memilih untuk teta
Yasmine menarik nafasnya untuk masuk ke dalam rumah yang sudah dia tinggalkan selama satu minggu. Selama itu juga, Yasmine mematikan ponselnya. Yasmine tak tahu kabar apapun tentang suaminya. Dan saat ini, dia pulang untuk memastikan langkah berikutnya. Yasmine menggenggam erat tas yang sedang dia pegang. Jujur, rasanya Yasmine enggan kembali ke rumah ini. Dia benar-benar tidak mau kembali kesini meskipun rumah ini banyak kenangan manisnya. Yasmine menarik nafasnya sekali lagi. Dia harus masuk meski langkahnya berat. 'Ayo, Yasmine! Kamu bisa! Kamu pasti bisa!'Yasmine melihat Mamang, sopir pribadinya berlari tergopoh-gopoh saat melihat sosok Yasmine berdiri di depan pagar. Dia melempar selang yang dipakai menyemprot bunga begitu saja. "Nyonya? Ini beneran Nyonya kan?" tanya Si Mamang sambil membuka pagar. Yasmine hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. "Ya ampun, demi Allah, Nyah! Nyonya kemana aja?! Sumpah demi Allah, Nyah, Bapak nyariin nyonya udah kayak orang gila. Ayo, cepet
"Karena apa?" tanya Yasmine penasaran. Yasmine sudah menyiapkan diri untuk jawaban yang akan makin menambah perih luka hatinya. "Karena kami sudah terbakar nafsu, Mbak," jawab perempuan itu dengan matanya yang tampak tak berdosa. Cih mana ada pelakor nampak berdosa? Mereka selalu berdalih, suka sama suka atau istri sah yang selalu kurang. Dan itulah yang Yasmine rasakan sekarang. Mulut Yakub berkata bahwa tak ada kurangnya Yasmine menjadi istrinya tapi nyatanya Yakub masih mencari pelampiasan di luar sana. Mencari 1% kurangnya Yasmine dari perempuan lain. Tapi jika dibalik, bukankah nilai perempuan ini hanya 1% dibanding Yasmine yang 99%? Akh tapi nyatanya, nilai itu masih kurang untuk Yakub. Yasmine ingin rasanya mengepalkan tangan, lalu berjalan dengan langkah lebar, menjambak rambut si pelakor, lalu menjedotkan kepala si pelakor ke dinding dengan keras, biar saja otaknya terguncang, barangkali dengan otaknya yang terguncang perempuan itu bisa berpikir kembali. Tapi untuk apa
Perjanjian Pernikahan"Mama memintaku untuk menikahi perempuan itu. Sebelumnya aku tak pernah mengenal dia, Yas," kata Yakub sambil terus menatap Yasmine. Yasmine hanya diam. Dia berusaha menerka cerita mana yang benar karena apa yang diucapkan Yakub dan perempuan tadi jelas berbeda. "Mama mengenalkan aku padanya satu bulan lalu tapi aku terus menolak. Di akhir minggu pertama, dia memberanikan diri datang ke kantor, dengan alasan diminta Mama untuk mengirimkan makanan untukku. Aku ingin datang saat itu juga ke rumah Mama tapi kita ada janji dinner jadi aku abaikan. Dan minggu berikutnya terjadi sesuatu yang tidak mengenakan di antara kami."Yasmine masih diam tak merespon, dia seperti patung. Hanya bernafas tapi tak bergerak. Bahkan berkedip saja tidak. Yakub kembali bercerita. "Ingatkah kamu waktu aku pulang terlambat saat hujan deras? Aku berbohong kepadamu, Yasmine. Maaf. Aku akan katakan semuanya sekarang, apa yang terjadi saat itu."Yakub menarik nafas dalam-dalam. Meskipun be