Share

Mas, Nikah Lagi?

"Ya janganlah, Dek. Ngapain juga sih selingkuh?" 

"Ya namanya orang kan, Mas. Kadang enggak puas dengan apa yang ada."

"Aku ada kurangnya? Bilang apa kurangku, Dek."

Yasmine terdiam melihat suaminya tapi kemudian bibirnya mengulas senyum kecil. 

"Gak ada. Bagiku udah cukup. Gak tau kalo aku di mata Mas Yakub."

"Kamu gak ada kurangnya sama sekali, Dek. Kamu yang terbaik."

"Semoga ya. Kalo misalkan Mas udah gak sayang lagi sama aku atau mas suka sama perempuan lain, bilang ya. Aku akan pasti mundur."

"Dek, ngomong apa sih?! Mas gak suka," protes Yakub. Dia memang tak suka Yasmine bicara begitu. Sampai kapanpun Yasmine adalah wanita yang dia sayang selain Mamanya. 

"Udah yuk, kita tidur. Aku kok ngantuk banget," elak Yasmine. Yasmine sengaja tidak menjawab pertanyaan Yakub, tidak ingin memperpanjang masalah yang tidak pasti. Yasmine malah pergi meninggalkan suaminya yang masih mematung karena sikap Yasmine. 

*

*

*

Dua minggu berlalu

"Bi, makanannya udah siap?"

"Udah, Nyah. Bekalnya udah Bibi taruh di tas abu-abu ya."

"Oke. Aku mau ganti baju dulu abis itu pergi ke rumahnya Mama ya."

"Iya, Nyah."

"Aku kayaknya nginep semalem disana. Soalnya besok sore mau ke Bali sama Mas Yakub."

"Honeymoon lagi, Nyah?"

"Eeh enggak. Mas Yakub ada perjalanan bisnis tapi sekalian ngajakin aku jalan-jalan."

"Bibi doain ya biar cepet dapet momongan."

"Amin, Amin. Makasih ya bi."

Yasmine gegas menuju kamarnya lalu berganti baju. Yasmine menggunakan dress warna lilac dipadukan dengan belt. Tak lupa Yasmine menggunakan set perhiasan yang dibelikan oleh Yakub beberapa waktu lalu. Setelah memastikan dirinya sudah cantik, Yasmine segera turun lalu mengambil kotak makan yang tadi dia siapkan. 

Niatnya hari ini Yasmine akan berkunjung ke rumah Mertuanya sekalian pamit karena besok Yasmine dan Yakub akan pergi ke Bali. Yasmine pergi ke rumah mertuanya dengan membawa makanan kesukaan mertuanya yaitu semur jengkol dan bakwan jagung. Tak lupa juga Yasmine membawakan buah dan cookies buatannya. 

"Pak, langsung ke rumah Mama aja ya," pinta Yasmine kepada sopir yang akan membawanya ke sana. 

"Baik, Nyonya."

Yasmine menelpon suaminya hendak memberitahu bahwa Yasmine pergi ke rumah mertuanya tapi sayangnya Yakub tidak mengangkat panggilan Yasmine. 

"Kayaknya masih sibuk. Udahlah nanti lagi aku telponnya kalo udah sampe di rumah Mama," gumam Yasmine sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. 

Empat puluh lima menit kemudian, mobil yang ditumpangi Yasmine telah memasuki pekarangan rumah mertuanya. Mobil Yasmine parkir di garasi luar. 

Yasmine mengerutkan keningnya saat melihat mobil Yakub ada di sisi mobilnya. 

"Pak, ini mobilnya Mas Yakub kan?"

"Iya, Nyah."

Yasmine bertanya-tanya dalam hati. 

'Kok mas Yakub enggak bilang kalo mau kesini juga? Dan ini kan masih jam kantor. Apa ada sesuatu dengan Mama?' 

Wajar jika Yasmine bertanya-tanya karena memang ini masih jam kantor, baru saja lewat jam istirahat. Apalagi tadi Yakub juga tidak mengangkat teleponnya. Pikiran Yasmine berkelana, takut terjadi sesuatu dengan mertuanya. Apalagi memang Mamanya kerap tinggal sendiri karena Papa mertuanya memiliki bisnis di Kalimantan jadi Papa mertuanya jarang pulang. Tiga bulan sekali Papa mertuanya baru pulang ke Jakarta itu saja hanya tiga hari. 

Yasmine buru-buru keluar dari mobil tapi dahinya kembali mengerut karena ada mobil lain yang terparkir di sisi lain mobil Yakub. 

"Mobil siapa? Apa Papa dateng? Atau ada tamu?"

Yasmine akhirnya memutuskan untuk lewat pintu samping, tidak lewat ruang tamu karena takutnya ada tamu penting. 

"Nyah, ini saya tinggal atau gimana?"

"Tinggal aja deh, Pak. Saya belum tau mau nginep atau pulang agak sorean. Lagian ada Mas Yakub, nanti saya bareng Mas Yakub aja."

"Baik, Nyah. Saya tinggal kalo gitu."

"Ya, Pak. Ati-ati."

Yasmine berlalu dari halaman parkir menuju arah samping rumah mertuanya. Yasmine tak mengetuk pintu karena melihat pintu samping terbuka. 

'Kok rame?' tanya Yasmine dalam hati. 

Yasmine berjalan menuju ke ruang keluarga, dimana sumber keramaian seperti berasal dari sana. 

Mata Yasmine membola saat melihat pemandangan di depan matanya. Barang bawaannya jatuh begitu saja saat itu juga membuat suara gaduh. 

Praaaang

Semua mata sontak menoleh ke asal suara dan dua orang terkejut bukan main saat melihat Yasmine berdiri di belakang mereka. Sementara yang lain menatap bingung. 

"Yasmine!" seru Yakub terkejut. Dia buru-buru berdiri mendekati Yasmine begitu juga mertuanya. Bedanya mertuanya hanya berdiri saja tanpa mendekati Yasmine. Kemudian tamu yang lain pun ikut berdiri termasuk seorang perempuan yang tadi duduk bersebelahan dengan suaminya. 

"Dek?"

Yakub menyentuh lengan Yasmine tapi Yasmine mundur satu langkah dengan langkah oleng. 

"Dek, mas bisa jelasin," kilah Yakub panik. Wajahnya juga sama terkejutnya dengan Yasmine. Sama pucatnya dengan Yasmine. Karena sungguh, Yakub tak menyangka akan terjadi seperti ini dan secepat ini. 

"Apa ini, Mas?" lirih Yasmine dengan wajah pucat pasi dan bingung. 

"Dek, mas…mas akan jelasin, Dek."

Yasmine menggeleng. Air matanya sudah jatuh berderai. Dadanya sudah sesak membayangkan apa yang akan dijelaskan oleh Yakub. Karena sebenarnya, tanpa dijelaskan pun, Yasmine bisa tahu. Tapi Yasmine tidak paham, kenapa harus terjadi? 

Yakub terlihat kacau saat melihat Yasmine berdiri di depannya dengan wajah pucat dan air mata yang berderai. Inilah yang Yakub tidak mau, melihat istri yang dia cintai menangis terluka karenanya. Tapi…semua telah menjadi bubur, Yakub tak bisa melakukan apapun selain menjelaskan apa yang terjadi sekarang. 

"Yasmine, ayo kita bicara," pinta Yakub sambil berusaha menyentuh lengan Yasmine tapi lagi-lagi Yasmine mengelak. 

Mata nanar Yasmine menatap suaminya tapi hanya sesaat. Yasmine mengalihkan tatapan matanya ke arah Mertuanya yang entah kenapa menatap Yasmine dengan sorot mata yang aneh. Apa mungkin perasaan Yasmine saja? Karena memang saat ini mertuanya sedang menatap Yasmine dengan tatapan benci dan merendahkan. Ada apa? 

Yasmine kemudian melihat ke arah perempuan yang tadi duduk bersama suaminya. Perempuan itu memakai baju putih dan masih ada kerudung putih di atas kepalanya. Kerudung yang tadi dipakai bersama dengan suaminya. 

Hati Yasmine berdenyut nyeri saat ini. Hancur berkeping saat membayangkan apa yang terjadi tadi. 

"Dek, mas bisa jelasin."

Yakub berdiri menghalangi pandangan mata Yasmine ke arah tamunya, terutama ke arah perempuan yang tadi duduk di sisinya. 

Yasmine mengalihkan tatapan matanya ke arah Yakub. Tatapan mata yang begitu terluka. Yakub tak sanggup melihat itu. Sungguh, bukan ini yang dia mau. Tapi keadaan telah memaksanya melakukan ini pada Yasmine. 

"Dek, maafin Mas," lirih Yakub dengan suaranya yang serak. Yakub pun sedang berusaha menahan tangisnya. Dia benar-benar tak tahan melihat Yasmine yang seperti itu. Dulu sekali, Yakub pernah melihat tatapan mata seperti ini tapi selama bersama Yakub, Yasmine kembali menjadi wanita yang luar biasa. Dan kini, Yakub melihat mata itu kembali redup dan hancur. Semua karena dirinya. 

"Dek…"

Yakub menyentuh tangan Yasmine tapi untuk kali ini Yasmine tak menolaknya. 

"Aku jelasin ya, dek. Ini…"

"Mau jelasin kalo Mas nikah lagi?" potong Yasmine cepat dengan suara serak dan tubuh yang terasa kaku menahan amarah. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status