Tidak, dia menentang pernikahan ini jadi mana sudi dia menunjukan kehadirannya,” jawab Alicia acuh tak acuh.
“Entah apa yang telah kau perbuat kepadanya, kehidupan terdahulu aku rasa dia juga sangat membencimu,” ujar Edna lagi dengan sedikit merinding sambil mengusap-usap bahunya sendiri.
“Sudah tidak perlu membahas mereka lagi, katakan kepadaku bagaimana hari pertamamu bekerja di tempat baru?” tanya Alicia.
“Menyenangkan, hanya saja …” jawab Edna terbata.
“Hanya saja kenapa?” tanya Alicia penasaran.
“ Jadi, ketika hampir jam waktu pulang tiba, datang seorang murid yang sepertinnya sulit sekali bicara. Ditanya malah diam saja, bukankah itu aneh” Cerita Edna sambil sedikit memiringkan kepalanya.
“Wah, anak itu hebat sekali bisa mengabaikan guru terbaik kita,” ujar Alicia sedikit meledek kawan baiknya itu.
Teringat jika dia baru bekerja, Edna pun langsung memeluk Alicia dan berkata, “Maaafkan aku, karena tidak akan bisa hadir di pernikahanmu nanti!”
“Tidak apa, lagipula itu bukan acara pernikahan, tapi sebuah acara pemakaman!” imbuh Alicia sedikit memutar kedua bola matanya.
Mereka pun menghabiskan waktu beberapa saat, saling menguatkan. Lalu pada saat Alicia mengantar Edna yang mau pulang, mereka bertemu dengan Anthony yang baru saja tiba. Baru saja Edna ingin bicara, Anna yang juga ada di sana langsung saja menggandeng tangan pria itu sambil berkata, “Kau suudah mau pulang?”
Edna langsung menarik tangan Alicia, tanpa menyapa dan menjawab, meninggalkan pasangan itu begitu saja. Dia merasa waktunya akan terbuang sia-sia jika meladeni dua orang itu.
Anthony pun mengernyitkan alisnya seraya berkata dengan nada suara mengheran, “Mengapa kau masih saja mau berteman dengan mereka?”
Anna menjawab dengan manja sambil meletakan kepalanya di bahu Anthony, “Bukankah sesama manusia itu harus baik.” .”
Mendengar jawaban Anna, Anthony pun tersenyum seraya merangkulkan tangannya di bahu Anna, “Kau ini terlalu baik,” ujarnya sembari mencium puncak kepala Anna Hwang dengan tatapan kagum.
Anna melepaskan rangkulan tangan Anthony seraya berkata, “Beristirahatlah, lusa kau akan menikah jangan terlalu lelah.”
“Eumm, bukankah kau yang harus beristirahat karena akan segera menjalani operasi!” ujar Anthony sembari mencubit pelan hidung Anna.
“Apa menurutmu aku bisa beristirahat dengan tenang, ketika tahu kau akan menikah dengan wanita lain!” ujar Anna.
Setelah mengantar Edna ke depan Mansion, Alicia segera masuk ke kamarnya. Menepis perkataan pedas dari Anthony dan Anna, Alicia pun langsung merebahkan diri di ranjang besarnya itu, “Menikah … sebentar lagi aku akan menikah,” gumamnya dengan nada percaya tidak percaya.
Keesokan paginya, Alicia ikut makan bersama dengan Anthony dan Anna Hwang, sarapan Anna dan Alicia dibuat berbeda, ini semua demi menaikan Kesehatan mereka berdua menjelang jadwal operasi nanti.
Alicia tidak banyak bicara, meski sedang tidak bersemangat dia pun menghabiskan makanannya lalu pergi meninggalkan ruang makan, tinggal di sini selama beberapa hari tidak masalah baginya. Setidaknya dia merasa aman dari kejaran para rentenir juga ayahnya.
Di sekolah TK, Edna juga tampak tidak bersemangat. Jam pelajaran usai Edna berjalan menuju kantin sekolah ingin makan siang, langkahnya terhenti ketika melihat seorang murid sedang berdiri di bawah pohon rindang,
Edna pun menghampiri murid itu lalu berkata, “Halo, sedang apa?”
Murid itu hanya mendongak ke arah Edna lalu menatap kepada pohon lagi, “Ada apa?” tanya Edna seraya bersimpuh di sisi murid itu.
Ini adalah murid yang tidak pernah berbicara dengan guru dan teman-teman sekelasnya. Edna tidak berputus asa lalu bertanya lagi, “Apa sedang bersedih?”
Murid itu mengangguk, lalu Enda berkata lagi, “Apa mau dipeluk?”
Melihat muridnya mengangguk, maka Edna pun langsung memberi pelukan hangat yang lembut. Sambil menepuk-nepuk punggung muridnya itu dia berkata, “Meski Ibu Guru tidak tahu ada apa, pasti semua akan baik-baik saja!”
Edna menatap muridnya itu lagi seraya berkata, “Bukankah seharusnya kau sudah ada di rumah saat ini?” tanya Edna lagi.
Baru saja bertanya, seorang pria berjas datang mendekati mereka, “Tuan Muda, mengapa selalu saja menghilang bersembunyi, jika seperti ini terus bisa-bisa aku akan dipecat.”
Edna melihat ke arah pria itu lalu berkata sambil memandang si murid penyendiri itu dan berkata, “Tidak baik menyusahkan orang, jadilah anak yang patuh ok!”
Edna pun mengantar murid laki-laki itu sampai ke mobilnya, untuk memastikannya benar-benar pulang. Edna menatap mobil yang melaju pelan dan menghilang seraya berpikiri, “Jika tidak bisu mengapa tidak mau bicara!”
Teringat jika besok kawan baiknya itu akan menikah, maka Edna langsung saja mengambil ponselnya, “Apa sudah menerimannya?” tanya Edna kepada Alicia.
“Iya, tapi ini untuk apa?” tanya Alicia.
“Tentu saja untuk perawatan kecantikan, esok kau akan jadi pengantin. Jadi setidaknya, kau harus cantik,” ujar Edna lagi.
“Aku rasa ini tidak perlu!” ujar Alicia lagi.
“Apanya yang tidak perlu, kau ini cantik! Mengapa malah harus menyia-nyiakan kecantikanmu,” ujar Edna dengan sedikit berapi-api.
“Ini masih siang hari, masih ada waktu untuk menggunakan voucher kecantikan itu!” ujar Edna lagi.
“Apa karena itu hanya hadiah murahan, sehingga kau merasa tidak pantas untuk diberikan kepadamu?” ujar Edna dengan sedikit bersedih.
Merasa jika kawan baiknya itu pasti sudah mengeluarkan uang banyak untuk hadiah ini, “Ok, hari ini aku akan pergi ke salon,” ujar Alicia.
Dia pun pergi menemui Tuan Flaming, si kepala pelayan dan berkata, “Aku akan pergi sebentar!”
“Tunggu dulu Nona! Tuan tidak mengizinkan kau untuk pergi keluar!” jelas Flaming.
“Aku bukan tahanan di sini, jadi seharusnya dia tidak bisa menahanku bukan?” ujar Alicia membela dirinya.
Alicia segera keluar dari Mansion Smith, menuju taksinya yang sedang menunggu di depan pintu gerbang. Taksi itu pun melaju ke salon kecantikan yang dituju. Perawatan dilakukan dari siang sampai sore.
“Terima kasih Nona, semoga segera bertemu lagi,” ujar salah satu staff salon itu.
Alicia tersenyum seraya memegangi perutnya yang sedikit berbunyi karena lapar, dia pun segera melangkah mencari restoran cepat saji terdekat yang kebetulan ada di dalam sebuah Mall. Dia mulai memesan. Namun, ketika makanan datang, baru menggigit satu ayam tepung garing. Tiba-tiba saja nampan yang berisi makanan itu digeser dan berpindah ke tempat sampah.
“Hei! Apa yang kau lakukan?” ujar Alicia berdiri, namun malah terdiam ketika melihat pria yang membuang makanannya itu adalah Anthony Smith.
“Apa kau mau mengingkari perjanjian kita, merusak tubuhmu dengan makanan sampah seperti itu, lalu menularkannya kepada Anna!”
Alica mengepalkan tangannya kuat-kuat, kuku-kuku indah yang baru saja diukir gambar tadi pun menjadi sedikit rusak, “Kau sangat mencintainya ya … benar-benar mencintanya!” ujar Alicia dengan suara sedikit gemataran.
“Tentu saja, aku sangat mencintainya. Kau bisa melihat dengan jelas bukan?" jawab sarkas Anthony.Pria yang sedang menatap benci kepada Alicia itu, tiba-tiba saja pipinya menjadi merona karena mencium aroma Vanila yang dia suka dari tubuh wanita yang akan segera menjadi istrinya itu. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Kepala Anthony sedikit pusing sedikit memijit-mijit pelipisnya lalu berkata, “Pulang! Jangan sampai aku menyeretmu!”Alicia memegangi perutnya, lalu mau tak mau dia pun ikut pulang bersama Anthony. Dua mobil berhenti di depan parkir lobi, Asisten Lee keluar langsung berkata, “Silakan Nona!” ujarnya menunjuk ke arah mobil yang dia kendarai.Alicia pun pulang ke Mansion Smith, diantar oleh asisten Lee. Hari ini Anthony datang ke Mall karena ingin membeli sebuah hadiah, karena untuk orang yang begitu spesial dia pun memutuskan untuk pegi sendiri mencari hadiah itu.Aroma tubuh Alicia yang tadi menghampiri indera penciumannya masih terjejak di ujung hidung Anthony, dia pun m
“Bisa, aku baru saja mengatakannya kepadamu!” hardik marah Bibi Huang yang langsung saja mendorong Alicia agar segera keluar dari rumahnya.Tidak hanya mendorong, bahkan Bibi Huang menyiram Alicia dengan tempat sampah yang sudah dipenuhi oleh air hujan, “Pergi kau dari sini!” ujarnya sambil melempar tempat sampah itu, lalu masuk dan menutup pintu dengan keras karena kemarahan yang memuncak.Alicia berdiri di bawah hujan deras, memandang kosong ke pintu yang baru saja tertutup. Berpikir jika ibu dan anak itu memang sengaja menjauhkan dia dari Paman Keduanya, "Hah! keluarga ... apa ini yang disebut keluarga," pikir Alicia. Dia berharap Pamannya itu setidaknya bisa memberikan bantuan untuk mendapatkan kembali perusahaan Huang, yang sekarang ada di tangan Ayahnya dan juga Selirnya yang baru saja naik status menjadi istri sah ayahnya itu.Sudah beberapa tahun belakangan ini semenjak wanita itu masuk ke perusahaan Huang. Malah makin memperparah sakit perusahaan. Berpikir kekacauan yang se
Alicia perlahan berjalan untuk mendekati Nyonya itu, kedatangannya langsung saja diberi tatapan tajam, “Apa kau pemilik perusahaan ini?” tanyanya.“Nyonya, ayo turun. Kita bicara baik-baik,” bujuk Alicia.“Pembohong! Kalian semua pembohong!” Hardik marahnya.“Jika begini aku tidak akan paham situasinya,” ujar Alicia lagi dengan nada melemas.Nyonya itu mulai menangis, “Kalian bilang setelah aku tanda tangan, maka uang santunan akan keluar. Dasar penipu, mengapa malah mengatakan jika aku meminta kalian menyumbangkan semua uang santunan ke Yayasan kalian!”“Sumbangan ke Yayasan,” gumam pelan Alicia dengan nada terheran.Nyonya itu pun melangkah menjauhi Alicia, melihat ini Edna semakin panik. Karena yang dia tahu Langkah nyonya itu semakin menjauhi posisi kasur udara berukuran besar yang disediakan dibawah, untuk keselamatan Nyonya yang mencoba bunuh diri.Edna segera saja berlari ke bawah, dengan cepat dia menuruni tangga, bahkan sampai melangkahi beberapa anak tangga agar lebih cepat.
"Tidak apa, aku sudah lebih baik sekarang," imbuh Alicia seraya meyakinkan kawan baiknya itu. Edna pun hanya bisa pasrah sambil memapah Alicia keluar dari kamarnya, "Kau duduk di sini saja, aku akan membereskan administrasi rumah sakitnya!" Alicia mengangguk lalu bersandar di kursi tunggu sambil memejamkan matanya, selain masih sedikit pusing dia juga enggan jika saja terihat sedang menangis, Pada saat ini dia merasakan sedang ada yang mengelus dengan lembut bagian atas telapak tangannya. Alicia membuka kedua matanya, lalu melihat itu adalah bocah kecil yang beberapa waktu belakangan ini sering bertemu. "Ei ... Lionel sedang apa di sini? " tanya Alicia sembari membetulkan posisi duduknya. "Apa tante baru saja menangis?" tanya Lionel. "T-tidak ... hanya saja tadi ada sedikit debu masuk ke mata," jawab asal Alicia. "Jelek ... jelek sekali!" ujar Lionel. "Hah! apa?" ujar Alicia dengan sedikit bingung. "Jika menangis wajah menjadi jelek!" jawab Lionel. Alicia pun tersenyum dan de
Langkah pertama yang harus dia lakukan lebih dulu adalah menyelesaikan permasalahan nyonya yang ingin melakukan percobaan bunuh diri dari melompat dari atap Gedung perusahaan Huang. Mereka pun tiba di Mansion Smith.Alicia turun dari mobil Edna dan berkata, “Aku baik-baik saja, kau bisa beristirahat sekarang.”“Apa yakin tidak ingin aku temani?” tanya Edna.“Ya, aku akan baik-baik saja, aku juga akan beristirahat,” ujar Alicia.Edna pun melajukan mobilnya pergi meninggalkan Mansion Smith. Alicia merasa masih belum sehat dia pun kembali ke kamarnya, merebahkan diri di ranjang dan mulai memejamkan matanya, Berharap ketika bangun nanti dia sudah kembali dengan sehat.Keesokan paginya dia malah terbangun karena mencium bau disenfektan lagi, “Eum, apa ini di rumah sakit.”Alicia mencubit-cubit tangannya sambil berkata, “Tidak mimpi kan!”Merasa sakit maka dia pun yakin saat ini sudah berada di rumah sakit lagi. Di hari kemarin ketika pelayan memanggil-manggil Alicia, tidak ada jawaban lalu
Kotak itu diletakan di atas meja, berikut sebuah surat beramplop putih masih tersegel. Anthony mengambil surat itu berpikir, “Apakah selama ini Alicia tidak pernah membaca isi surat ini.”Anthony meletakan surat itu lalu melihat sebuah sertifikat rumah yang ada di dalam kotak itu, melihat beberapa saat lalu berkata kepada Asisten Lee, “Cek lokasinya, lalu segera atur pembayarannya!”Asisten Lee tidak banyak bertanya mengapa Tuannya malah bersedia membeli rumah wanita yang sangat dia benci itu. Dia pun segera melakukan apa yang Tuannya perintahkan. Keesokan paginya Alicia menerima kabar jika tanahnya telah menemukan pembeli yang berminat dan langsung membayar tunai , dan semua uang akan di transfer ke rekening Alicia.Melihat deretan nominal angka yang melibihi dari harga yang dia pinta, tentu saja membuatnya merasa senang, “Wuah aku akan mentraktir asisten Lee nanti, ternyata dia memang marketing yang handal!”Alicia pun langsung saja mengundang Nyonya yang waktu itu, pembicaraan pun
"kondisi yang dialami pasien bisa saja karena pengaruh dari obat bius yang digunakan selama proses pembedahan," ujar dokter itu. "Tapi mengapa begitu lama?" tambah kata Edna lagi dengan sedikit memprotes. "Umumnya pembedahan tulang belakang membutuhkan bius secara total di mana pasien akan diberikan obat yang dapat menumpulkan rasa nyeri maupun kesadaran," jelas dokter. "Setelah operasi selesai dilakukan obat bius total tadi masih akan memberikan efek sehingga pasien masih akan tetap tertidur dan tidak sadarkan diri, " jelas dokter itu panjang lebar lagi. "Tapi mengapa Nona Anna Hwang sudah pulih dan diperbolehkan pulang!" tanya Edna lagi karena tidak puas dengan jawaban dokter itu."Nona, sebaiknya kita tidak perlu ribut-ribut seperti ini. Percayalah kami selalu mengedepankan kesehatan pasien!" ujar dokter itu lagi seraya menepuk-nepuk bahu Edna lalu melangkah pergi. Tidak Puas dengan jawaban dokter tadi, maka Edna pun segera melangkah lari mengejar Anthony yang baru saja membaw
Beberapa jam setelah, Lionel pergi, Alicia pun sadar. “Edna …” panggilnya.“Kau sudah bangun?” ujar senang Edna sambil menciumi wajah Alicia.“Aku pikir kau akan mati,” imbuh kawan baiknya itu setengah menangis.“Aku tidak akan mati semudah itu,” jawab Alicia setengah bercanda.Pada saat ini perawat masuk untuk memeriksa keadaan Alicia. “Kita cek tekanan darahnya dulu ya!”Perawat itu melakukan beberapa tes Kesehatan, lalu berkata, “Jika sudah semakin baik, maka esok sudah bisa pulang!”Edna mengangguk seraya merasa aneh, Semenjak kedatangan Lionel kemarin. Tiba-tiba saja semuanya berubah. Suara Alicia membuyarkan lamunannya, “Tidak perlu esok, hari ini juga aku sudah merasa lebih baik!”Alicia sangat membeci wangi disenfektan yang terasa selalu dicium olehnya. Ini mengingatkan di saat-saat dia ketika menjaga ibunya yang selalu keluar masuk Rumah sakit. Berada terlalu lama di rumah sakit hanya membangkitkan kenangan yang tidak menyakitkan.“Apa kau yakin?” tanya Edna.“Ya, aku yakin.