Alicia memutar kedua bola matanya. "Hah, dasar memang pria ini tidak pernah mau kalah!" Anthony tersenyum puas ketika melihat Lionel ,memberikan dua jempool, tanda sedang dipuji hebat oleh Lionel. Matahari terlihat akan terbenam. Mereka pun menyudahi permainan, Saatnya Anthony mencari kayu bakar untuk api unggun. Alicia mulai membersihkan ikan untuk dibumbui. Kali ini Lionel meminta agar boleh ikut untuk mencari kayu bakar. Pada Awalnya Anthony menolak. Tapi,Alicia membujuk pria itu agar mengizinkan. "Ini akan bagus bagi perkembangan karakternya untuk masa depannya nanti!" Lionel tetap memberikan tatapan permohonan kepada Anthony. Dibujuk oleh dua orang pada akhirnya hati pria itu pun luluh. juga "Ok, jangan jauh-jauh dari Papa, Ok!" Lionel mengangguk, Anthony meanggandeng tangan bocah kecilnya itu. "Kalian hati-hati ya!" teriak Alicia menyemangati. Alicia pun mulai mengolah masakan ikan bakanya, menggiling bumbu dan membersihkan ikan. Anthony hanya akan memotong cabang kayu ya
Mata Alicia memerah, hatinya terasa sesak memikirkan apakah Lionel sudah makan, apakah semalam tadi dia merasa kedinginan. "Maafkan Mama ... maaf!" Alicia mengahapus air matanya ketika salah satu tim pencari jejak memanggilnya, mereka akan segera bergerak lagi. sesi pencarian pun di mulai lagi, bahkan Anthony mengerahkan beberapa helikopter untuk mencari jejak dari atas. Suara helikopter terdengar menderu-deru di atas mereka. Hanya saja mereka banyak berhenti karena Anna sedikit-sedikit mengeluh kakinya sakit. Alicia sudah tidak sabar dengan kemanjaan dari Nona Muda Hwang itu. Allicia mendekati Asisten Lee, lalu berkata. "Berikan aku peralatan, aku akan mencari sendiri Lionel!" "Ayo!" cepat berikan!" ujar Alicia lagi. Asisten Lee meragu, lalu Nyonya Smith pun berkata lagi, "Tidak diberi juga tidak apa, aku akan tetap pergi mencarinya sendiri. Di sini terlalu lama, karena ada kura-kura emas!" ujar Alicia sambil memandang kepada Anna Hwang. Anthony pada saat ini berada di atas
"Apa kau dengar itu?" Tanya Alicia kepada A Wei. "Apa?" tanya A Wei yang sudah merasa sedikit limbung karena merasa lelah. `Alicia berdiri. menajamkan pendengarnnya. Dia mendengar suara lemah itu seperti memanggilnya lagi. Dia berbalik badan, lalu melangkah sedikit maju ke ujung bibir jurang. Merasa semakin jelas mendengar suara itu, dia pun langsung merebahkan tubunya dengan mencondongkan kepalanya ke bibir jurang itu. Untuk memastikan jika dia tidak salah mendengar. Alicia menajamkan penglihatannya dan melihat sebuah corak warna warni yang dia kenal, "Tas itu ... tas itu, milik Lionel!" gumam pelannya dengan hati melega senang. Kedua mata Alicia pun menangkap sosok kecil yang sedang tidur meringkuk. "Lionel ... Lionel!" teriak Alicia. A Wei, ikut merebahkan dirinya di tanah, melakukan hal yang sama seperti yang Alicia lakukan. Dia sedikit terkejut Lionel benar ada di bawah sana, sedang tidur meringkuk. "Bagiamana kau tahu dia ada di sana?" "Aku mendengar dia memanggilku!" jaw
Alicia menarik tangannya seraya berkata, "Aku baik-baik saja, ini hanya luca kecil saja!" Dave langsung saja menariknya ke ruang kerja, "Mengapa setiap kali bertemu kau selalu saja terluka?" "Eh itu .... Eum," jawab terbata Alicia yang tidak bisa meneruskan perkataannya. Dave memaksa Alcia duduk di sofa, "Katakan apa yang terjadi, apa ini berhubungan dengan Anthony lagi?" Alicia menunduk, sedikit mengangguk tapi juga sedikit menggelengkan kepala. "Apa bisa membantuku?" pintanya dengan suara sedikit melirih. Dave tidak tega memarahi Alicia lagi. "Bantuan apa?" "Bantu aku cari di mana Lionel di rawat!" pinta Alicia. Dave yang baru saja kembali dari Luar Negeri hari ini, belum mengetahui situasi pastinya. Dia pun segera menghubungi sekretarsinya. "Ikut aku!" ujarnya kepada Alicia. Dave membawa Alicia ke ruang rawat inap Lionel. Anthony dan Anna sudah ada di sana. Di sana sedang ada dikter dan perawat sedang memeriksa keadaan Lionel lagi. Dave langsung mengambil alih sesi pemeri
"Sebaiknya patuhi apa kata Tuan!" ujar si kepala pelayan sembari menutup pintu dan menguncinya. Alicia langsung saja mencoba membuka pintu itu, tapi apa daya semua percuma saja. Alicia duduk bersandar di pintu sambil menahan isak tangisnya. Anthony sampai di kediaman Smith. Baru saja masuk tiba-tiba Dave menarik kerah baju pria itu seraya berkata, "Mengapa kau terus saja menyakitinya?" Anthony mendorong balik Dave. "Dia yang menyakiti dirinya sendiri dengan mengharapkan cinta yang bukan miliknya!" "Aku tidak tahu apa yang telah terjadi dengan otakmu itu, jika kau masih saja terus menyakitinya, maka jangan salahkan aku jika nanti aku merebutnya darimu!" ancam Dave. Sebenarnya Dave telah berusaha menyelidiki, sebenarnya apa yang terlah terjadi waktu itu, hanya saja semua seperti tertutup awan gelap, ada rahasia yang di tutup rapat. Merasa jika hal itu wajar jika menyangkut nama besar keluarga Smith, mremang ada hal yang tidak bisa jadi konsumsi publik. Maka Dave berhenti mencar
Dave menatap kedua mata Alicia yang terlihat sayu, lalu dia menepuk-nepuk tangan Alicia. "Semua akan baik-baik saja." "Lepaskan tanganmu darinya!" ujar Anthony memberi peringatan. Alicia segera menarik tangannya dari genggaman tangan Dave, lalu dia menatap sayu kepada Anthony. Ditatap seperti itu seketiksa saja membuat hati Anthony berdesir tidak enak, dia seperti baru saja melihat binar mata seseorang yang tengah berharap lebih baik segera mati saja. Anthony berjalan ke sisi ranjang, membuat Dave menyikir dari sisi istrinya itu, lalu dia melihat di atas nakas masih ada makanan yang disediakan tapi belum disentuh juga oleh Alicia. "Apa kau berencana mati di sini!" Anthony menyesap Sup ikan yang disediakan, lalu tanpa aba-aba dia langsung memasukan sesapannya ke dalam mulut Alicia. melihat itu jelas Dave juga ikut tercengang, Anthony berdiri seraya berkata, "JIka ingin bertemu Lionel, habiskan makananmu!" Jika Lionel mellihat Alicia yang pucat seperti mayat, maka itu akan menja
Anna berjalan mendekat ke ranjang tempat ketiganya tengah terlelap. "Anthony!" panggilnya dengan suara sedikit terisak. Alicia mendengarnya, dia pun terbangun dan langsung terkejut jika tangannya dan tangan Anthony saling bersentuhan di atas perut kecil Lionel. Dia pun langsung terbangun, dan melihat Anna tengah memandangi mereka. Alicia pun langsung bangun duduk, Anthony akhirnya ikut terbangun. Sekali lagi Anna memanggil nama pria itu. "Anna!" gumam Anthony seraya membalikan badan. Anna mulai menangis, memasang wajah kasihan. Melihat itu Anthony langsung saja berdiri. "Ini bukan seperti yang kau pikirkan. Alicia turun dari ranjang dan berkata, "Jika Ingin bertengkar sebaiknya diluar saja!" Anthony melihat kepada Lionel yang Sedang terpulas, Dia lalu menarik tangan Anna. "Ayo, aku antar kau pulang!" Keduanya berjalan melewati Alicia yang masih berdiri, bergeming melihat betapa suaminya itu sangat perhatian dengan Anna. Wanita lain yang orang banyak tahu akan menjadi Nyonya Mud
Alicia juga sedikit menyenangi tokoh kucing berwarna biru, kucing ini bisa mengeluarkan alat-alat aneh tapi lucu dan bermanfaat selama jika digunakan dengan bijak. Mereka bertiga pun pergi ke rumah kucing tersebut. Alicia pun terbawa suasana. "Ayo, kita berfoto dengan kuncing biru ini!" Anthony hanya pasrah ketika Alicia dan Lionel menariknya ke patung seukuran mereka lalu mulai berfoto dengan berbagai gaya. Tidak menunggu waktu lama, Foto Polaroid itu pun cepat tercetak. Merasa sudah cukup bermain, Maka Alicia pun langsung berkata kepada Lionel. "Mainnya sudah ya, saatnya kita pulang!" Anthony pikir akan ada penolakan sengit dari Lionel ketika diminta berhenti bermain. Tapi, siapa sangka bocah itu malah langsung patuh. Anthony seperti melihat jika Lionel baru saja menemukan pawangnya. Menjadi anak yang begitu patuh. Mereka bertiga pun kembali ke kediaman Smith. Begitu sampai, terlihat banyak balon-balon warna warni terjejer di koridor kamar menuju kamar Lionel. Di dalam kamar