Share

3. Kehadiran Mayang

"Kak, bagaimana kabarmu?" sapa seorang wanita muda berusia sekitar 20 tahun, datang ke ruangan Sita. Mayang adalah seorang anak yatim piatu yang ditemukan oleh ayah Sita di sebuah panti asuhan. Ayah Sita, yang memiliki hati yang penuh kasih, membawa Mayang pulang dan memberinya tempat di dalam keluarganya. Sita segera menghapus air matanya, ketika Mayang berjalan ke arahnya. Dia tidak ingin Mayang mengetahui kesedihannya atas kehilangan bayinya, dia tidak akan membiarkan siapapun melihatnya sebagai sosok lemah. Sita meyakinkan dirinya jika dia adalah sosok yang kuat.

"Jangan sok baik, kamu senangkan melihatku seperti ini?" sindir Sita merasa risih ketika Mayang datang berkunjung.

Mayang terdiam sesaat, "Kak, kenapa kau selalu berpikiran buruk kepadaku? Aku sangat peduli kepadamu, aku ikut merasakan apa yang yang kau alami saat ini," jawab Mayang dengan penuh perhatian. 

"Kau tidak perlu berpura-pura, Mayang. Aku sudah tau hubungan gelapmu dengan suamiku!" tekan Sita, memalingkan wajahnya dari Mayang. Kebenciannya semakin membuncah, saat dia melihat namanya tertera pada akte rumah mewah yang di beli oleh suaminya.

Mayang terdiam sejenak merasa terkejut dan sedikit panik dengan tuduhan yang dilemparkan oleh Sita. Ia tidak pernah berpikir bahwa Sita akan mengetahui dia memiliki hubungan terlarang dengan suaminya. Mayang berusaha menenangkan dirinya dan mencari kata-kata yang tepat untuk membela diri.

"Dia suamimu, Kak Sita. Aku tidak pernah memiliki niat untuk merusak rumah tangga kalian," ucap Mayang dengan suara lembut, mencoba memperlihatkan kejujurannya.

"Bukankah Arjun membelikanmu sebuah rumah mewah?" tanya Sita dengan sorot mata tajam menjurus ke arah Mayang, Mayang memutar bola matanya, tersenyum penuh tekanan.

"Kau ini ngomong apa? Mana ada rumah mewah? Aku saja masih tinggal bersama ibu, jika kau tidak percaya, kau bisa menanyakan hal ini langsung kepada ibu," tantang Mayang, memberikan ponselnya kepada Sita. Sita menolaknya, dengan menyingkirkan ponsel Mayang dari wajahnya dengan tatapan yang tajam.

Sulit bagi Sita untuk mempercayai bahwa Mayang benar-benar tidak memiliki rumah mewah seperti yang tertera di Nota kepemilikan. Sita benar-benar melihat dengan seksama Mayang adalah pemilik resmi rumah tersebut. 

"Sudahlah Mayang, kau jangan munafik jadi orang! Bukti sudah apa, jangan kau mengelak lagi," kekeh Sita.

"Ayolah, Kak. Kau pikir nama Mayang hanya aku saja? Banyak kali, di luar sana," ungkap Mayang. Mayang berdiri membelakangi Sita, "Dari dulu, kau selalu berpikiran buruk kepadaku, apa karena aku ini bukan adik kandungmu, sehingga kau tidak menyayangiku sepenuhnya?" tanya Mayang dengan raut wajah sedihnya sebagai ungkapan rasa kecewanya. 

"Jika bukan kau, lalu rumah itu untuk Mayang yang mana?" tanya Sita dengan raut wajah tegas.

"Dia adalah karyawan terbaik di kantorku! Aku memberikan hadiah rumah itu, karena dia telah membantu perusahaanku memenangkan sebuah tender besar. Sehingga perusahaanku yang saat itu di ambang kebangkrutan bisa tertolong oleh tender tersebut," serobot Arjun yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Sita. Sita tertegun mendengarkan penuturan suaminya, ada sedikit kejanggalan pada hatinya. "Bangkrut? Apakah yang kau maksud perusahaan kita?" tanya Sita tidak percaya.

"Ya, perusahaan kita diambang kebangkrutan setelah aku terkena Investasi bodong. Aku sengaja tidak memberitahumu, karena aku takut mempengaruhi kehamilanmu saat itu. Namun nyatanya, Kita juga harus kehilangan bayi kita karena pikiranmu yang nggak jelas," cibir Arjun, masih merasa kesal dengan istrinya yang tidak bisa menjaga bayinya. Ada penyesalan dalam hati Sita, dia benar-benar tidak tau, jika suaminya selama ini sangat menjaga kehamilannya dari kabar-kabar buruk.

"Kau sibuk menuduhku berselingkuh, ada rambut di kemejaku kau menuduhku selingkuh, parfum cewek pada jasku kau juga menuduhku, dan paling fatal kau telah berani mengobrak-abrik ruang kerjaku, untuk membuktikan tuduhan bodohmu itu!" serang Arjun terus memojokkan Sita, dia bahkan tidak peduli jika saat ini ada sosok Mayang yang mengawasi pertengkaran mereka dengan wajahnya yang penuh arti. Dia tersenyum licik saat melihat Sita terpojok. Dengan liciknya dia mendekati Arjun, memegang pundaknya. "Mas, sudah! Kau tidak kasihan apa pada Kak Sita? Dia baru saja kehilangan bayinya. Jangan kau tambah lagi beban pada pikirannya, dia butuh istirahat," protes Mayang, melirik pada Sita yang tertunduk sedih. Arjun menatap Sita tajam, "Biar saja, Mayang. Biar dia tau, kesalahannya apa saja. Biar dia belajar dari semua kesalahannya, walaupun hal ini tidak akan membuat bayiku hidup lagi!" 

Sita secara reflek menatap Arjun, "Arjun, kenapa kau semarah ini kepadaku?" 

"Kau masih tanya, kenapa aku semarah ini?! Apakah kau masih belum menyadari semua kesalahanmu, hah!" Arjun melotot ke arah Sita, betapa marahnya dia saat itu. Rasa kecewa atas kematian bayinya membuatnya sangat membenci Sita. Mayang menyela pembicaraan suami istri tersebut untuk mengambil hati Sita.

"Mas, seharusnya kau jangan hanya menyalahkan Kak Sita, kau juga seharusnya lebih terbuka kepadanya sehingga dia tidak sampai berpikir buruk tentangmu. Banyak aku menjumpai, jika hormon ibu Hami itu sangatlah sensitif, bisa jadi karena inilah Kak Sita selalu berpikir yang bukan-bukan."

Sita menatap Mayang yang terus membelanya di depan suaminya, dia tidak menyangka Mayang masih bertahan dengan kemunafikannya yang terus membelanya. Arjun sangat kesal terhadap sikap Mayang, tapi sebelum Arjun melontarkan kata-kata, Mayang terlebih dulu menghentikannya.

"Mas, sudah. Jangan teruskan. Ini rumah sakit, bukan saatnya kalian membuat keributan di sini." 

Arjun seketika sangat kesal, dia mengambil ponselnya yang ketinggalan lalu pergi dari kamar Sita dengan kemarahan. "Kak, kau jangan terlalu pikirkan ucapan Mas Arjun, mungkin dia masih belum bisa menerima kehilangan bayi yang selama ini kalian nantikan," ucap Mayang mencoba untuk menenangkan Sita. 

"Jangan sok peduli! Lebih baik kau pergi dari sini!!!" usir Sita dengan mata merah merasa muak dengan Mayang yang pintar bersandiwara.

"Kak, percayalah! Aku sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan suamimu," sangkal Mayang mencoba untuk bertahan di kamar Sita. Sita tidak kekurangan akal, dia memencet tombol panggilan darurat dan meminta satpam untuk datang ke kamarnya dan mengusir Mayang dari sana. Tak lama dua orang satpam datang dan membawa Mayang keluar dari sana, Sita tersenyum lega Mayang sudah keluar dari kamarnya.

"Lepaskan aku!!!" hardik Mayang ketika sudah berada di luar kamar Sita. Dia sangat kesal dengan sikap kasar Sita. Dia menoleh marah ke kamar Sita di rawat lalu pergi dari sana, tapi tiba-tiba saja Mayang merasakan sesuatu yang tidak biasa pada tubuhnya. Seolah ada energi aneh yang mengalir melalui pembuluh darahnya, Mayang merasa gemetar dan sesak napas. Matanya mulai berkunang-kunang dan bibirnya terasa kering. Mayang refleks menutup mulutnya dengan tangan. "UPH!!" Mayang tidak mampu lagi menahan rasa mual yang semakin menggila dan berlari menuju kamar mandi.  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status