Beranjak dari kamar Mariana, Mike berjalan cepat di belakang Juan, memastikan tidak ada ancaman lain di sekitar kamar anak-anak. Begitu yakin keadaan cukup aman, mereka kembali ke lorong ruang kerja.
Saat baru tiba di anak tangga paling atas, keduanya langsung disambut pemandangan yang membuat langkah mereka terhenti.
Monica tergeletak di lantai dengan leher memerah, terisak hebat sambil terbatuk berulang.
Icarus berdiri tak jauh darinya, wajah masih murka. Axel menunduk dengan rahang mengeras, sementara Sylas menyandarkan diri ke dinding dengan tatapan tajam tak beralih dari Monica.
Dan di tengah semua itu, Maia berdiri tegak, menatap dingin anak buahnya.
Juan refleks menegakkan tubuh, sorot matanya penuh kaget sekaligus marah. Ia segera maju, mendekati Monica.
“Apa yang kalian lakukan padanya?!” bentaknya, melindungi Monica dengan berdiri di depannya.
Axel menyeringai tipis, nyaris menghina, “Harusnya kami su
“Inilah alasannya. Inilah kenapa waktu itu aku memilih pergi meninggalkanmu. Pergi jauh tanpa menoleh sedikitpun ke O'Neil lagi.”“Ini yang kutakutkan terjadi…”Juan membeku. Kata-kata itu menghantam dadanya.Maia melanjutkan, suaranya tenang tapi dalam, “Bahaya selalu mengikutiku. Seperti ekor… dia tidak pernah lepas dariku,”“Kemana pun aku pergi, bahaya dan ancaman akan selalu ikut. Siapapun yang dekat denganku, pasti terseret,”“Kau… keluarga O'Neil… bahkan anak kita sekalipun bisa jadi sasaran.”Air mata menitik di sudut mata Juan. Ia menggeleng, “Kalau begitu kenapa kau menyerah? Kenapa kau tidak lari dan muncul lagi nanti, Maia?”“Kalau kau tahu bahaya itu tidak pernah hilang, kenapa kau biarkan dirimu ditangkap seperti penjahat?”Maia terdiam. Tatapannya melembut sedikit, tapi suaranya tetap mantap, “Karena aku lemah saat memikirkanmu, Juan. Aku memikirkan keluarga O'Neil. Leo dan juga Valeria,”
Polisi semakin menekan. Moncong senjata mereka rapat menodong ke dada dan kepala Ruby Moon. Para saksi meringkuk, menahan napas.Maia menutup mata sejenak. Wajah bocah kecil dan Leo berkelebat dalam ingatannya.‘Kalau aku kabur sekarang, aku cuma akan menodai nama Ruby… dan menyeret keluarga O’Neil dalam lumpur malu.’Tangannya yang berlumuran darah perlahan terangkat lebih tinggi. Pistol ia jatuhkan, pisau pun dilepas hingga berbunyi ‘kling!’ di lantai marmer.“Aku menyerah…” suaranya serak, tapi tegas.Polisi langsung bergerak cepat, membekuk tangannya dengan borgol. Suara ‘klik’ besi terdengar keras, memutus sisa keheningan.Beberapa sandera menangis pelan, entah lega atau sedih. Ada yang menatapnya dengan terima kasih, ada pula dengan ketakutan.Komandan polisi memberi aba-aba, “Amankan tersangka! Segera bawa keluar!”Dan untuk pertama kalinya, Ruby Moon—artis idola publik, dan di balik wajahnya sang Ratu Ke
Di tengah kepanikan itu, tatapan Maia mengeras. Wajahnya tidak lagi sekadar dingin, ada bara kemarahan yang menyala di balik mata Ruby Moon.Ia menggenggam tas kecilnya erat-erat. Nafasnya teratur, nalurinya sudah siap menyala.‘Mereka pikir ini hanya perampokan biasa. Tapi mereka baru saja menumpahkan darah di hadapanku. Itu berlebihan…’Kekacauan di dalam bank makin menjadi. Jeritan, tangis, dan suara tembakan peringatan bercampur jadi satu.Orang-orang dipaksa merangkak di lantai, menyerahkan dompet, perhiasan, bahkan cincin yang ditarik paksa dari jari.Salah satu perampok menendang seorang bapak paruh baya yang terlambat membuka dompet, “Cepat, dasar orang tua lamban!”Tendangan keras itu membuat giginya patah, darah bercampur liur membasahi lantai.Namun puncak teror datang ketika salah satu penjahat kehilangan kesabaran. Matanya menyapu kerumunan yang bergetar ketakutan, lalu berhenti pada s
Lorong rumah sakit itu dipenuhi aroma obat-obatan yang menusuk. Lampu neon putih di atas kepala berpendar dingin, seolah menambah tebal suasana muram yang menyelimuti keluarga O’Neil.Tuan Martin terbaring di ruang ICCU setelah terkena serangan jantung mendadak. Pukulan itu datang tepat setelah Maia membawa Monica ke rumah orang tua Juan dan mengaku segalanya.Shock berat itu tak bisa ditahannya, hingga pria tua itu tumbang di depan mata seluruh keluarga.Sementara Nyonya Aster dirawat di ruangan berbeda. Tekanan darahnya melonjak tinggi, hipertensi akut yang muncul akibat beban pikiran dan amarah berlebih.Dua orang tua itu, yang selama ini jadi pilar keluarga O’Neil, kini terbaring lemah di bawah pengawasan ketat tim medis.Maia berdiri dengan wajah dingin, namun matanya menyimpan letih yang dalam. Baginya, situasi ini sebuah pukulan ganda. Keluarga sedang kalut, sementara di luar sana bayang-bayang musuh bisa kapan saja d
Beranjak dari kamar Mariana, Mike berjalan cepat di belakang Juan, memastikan tidak ada ancaman lain di sekitar kamar anak-anak. Begitu yakin keadaan cukup aman, mereka kembali ke lorong ruang kerja.Saat baru tiba di anak tangga paling atas, keduanya langsung disambut pemandangan yang membuat langkah mereka terhenti.Monica tergeletak di lantai dengan leher memerah, terisak hebat sambil terbatuk berulang.Icarus berdiri tak jauh darinya, wajah masih murka. Axel menunduk dengan rahang mengeras, sementara Sylas menyandarkan diri ke dinding dengan tatapan tajam tak beralih dari Monica.Dan di tengah semua itu, Maia berdiri tegak, menatap dingin anak buahnya.Juan refleks menegakkan tubuh, sorot matanya penuh kaget sekaligus marah. Ia segera maju, mendekati Monica.“Apa yang kalian lakukan padanya?!” bentaknya, melindungi Monica dengan berdiri di depannya.Axel menyeringai tipis, nyaris menghina, “Harusnya kami su
Sementara di dalam ruangan Maia terus menekan Monica, di luar suasana tak kalah tegang. Juan berdiri dengan tangan terlipat, mondar-mandir di koridor. Mike dan Icarus berjaga di depan pintu, ekspresi serius. Tiba-tiba, terdengar bunyi gelindingan samar dari arah dalam ruangan. Seperti suara logam kecil yang dileparkan keluar pintu. Mike menoleh cepat, matanya menyipit, “Lihat itu?” bisiknya ke Icarus. Icarus mengangguk pelan, lalu bergerak cepat mendekati benda berkilau yang dilempar dari ruang kerja Maia. Itu adalah Bros milik Monica yang dibuang Maia tepat setelah Monica mengatakan siapa dalang semua masalah ini. Dari tempat mereka berjongkok, Icarus memungut itu dari lantai. Memperhatikan bentuk Bros yang cantik dan berkilau, yang dapat mengecoh mata semua orang, kecuali dirinya.