Dengan berat hati, Alma menuruti apa yang diinginkan oleh ibu kostnya itu. Ia sadar diri, jika ia memaksa untuk tetap tinggal di tempat itu, pasti urusannya tambah rumit lagi. Lebih baik ia mengalah daripada harus memelas yang bisa mengakibatkan harga dirinya jatuh.
Dengan berurai air mata, Alma segera mengemasi barang-barangnya yang akan dibawa pergi. Entah harus kemana ia akan berteduh, sementara tempat kos-kosan ataupun rumah kontrakan di ibu kota pasti akan sulit untuk ia dapatkan.
Dan apa yang dikatakan oleh mereka, Alma sudah menduganya jika mereka tahu dari orang terdekatnya. Karena, yang tahu kronologi di kosannya hanya lah Ririn seorang.
"Ya Tuhan, bagaimana bisa aku disebut pelakor, sementara aku saja tidak tahu statusnya Daffa bagaimana. Kenapa semua orang lebih percaya pada orang lain, ketimbang dengan ucapanku ini. Apa ini cara mereka untuk mengusirku dari sini? Sungguh hina sekali!" kata Alma d
Saat itu, Alma masih menemani para pria yang sedang berpesta minuman. Ia bahkan tidak mengetahui jika Aldy datang menghampirinya. Alma juga sedikit terlihat mabuk karena para pria itu terus-terusan meminta Alma untuk menemani dirinya meminum-minuman yang beralkohol. Bahkan tanpa Alma sadari, ada seseorang yang memasukan obat perangsang ke dalam gelasnya, ketika Alma sedang lengah."Alma!" panggil Aldy dengan mata yang tercengang.Rupanya Aldy nekad ingin bertemu dengan Alma karena sudah hampir beberapa hari ini, ia kesulitan untuk menemui Alma lagi. Bahkan ia tidak bisa menghubungi Alma karena nomornya sudah tidak aktif sama sekali.Saking nekadnya, ia menghampiri kos-kosannya yang dulu pernah Alma tempati, disitulah Aldy tahu, jika Alma bekerja di sebuah bar yang sama sekali belum pernah ia datangi. Orang-orang yang berada di kosannya pun memberitahukan jika Alma sudah tidak tinggal di kosanny
Sejenak Daffa terdiam, karena apa yang dikatakan oleh kedua Bodyguardnya itu ada benarnya juga. Sebab, Alma adalah tipe wanita yang pekerja keras, bagaimana bisa ia dikeluarkan dari pekerjaannya dengan begitu saja tanpa sepengetahuannya. Sementara, dirinya saja masih sangat membutuhkan pekerjaannya itu."Kalian tidak perlu khawatir, aku punya cara sendiri untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan Alma. Aku yakin, dia tidak akan pernah menolak dengan keputusanku ini," kata Daffa sembari mendekapkan tangan di dadanya."Baik lah, Bos. Semoga dengan keputusanmu itu, Alma tidak marah lagi sama kamu," kata Farhan yang masih fokus menyetir."Ya betul, mudah-mudahan ini jalan satu-satunya untuk memperbaiki hubungan kalian berdua, Bos," ucap Akmal dengan serius."Iya, makasih ya kalian berdua selalu mendukungku dan menyemangatiku. Entah apa jadinya jika aku tidak mendapatkan informasi mengenai Alma dari
Daffa hanya terdiam dan terus-terusan memijat pelipisnya dengan tangan kanannya. Sungguh, apa yang sedang dihadapinya itu sangat tidak diinginkannya. Ditambah lagi, posisinya sedang berada di muka umum, dan hal ini membuat hati Daffa semakin tidak menentu."Jawab Kak, jangan diam terus! Kakak selingkuh sama wanita jalang ini bukan?" cecar Kania dengan penuh amarah.Dan mendengar hal itu, Ririn tidak terima jika dirinya disebut wanita jalang oleh orang yang tidak dikenalnya itu. Bahkan rasa emosi mulai timbul dan meradang dengan begitu cepat sehingga ia pun mulai marah kepada Kania."Heh! Maksud kamu apa? Sembarangan saja kalau ngomong!" sentak Ririn dengan tegas."Memang itu kenyataannya kan? Kalian berdua enak-enaknya makan malam di sini, sementara kakakku masih terbaring lemah di rumah sakit. Masa iya kamu tidak tahu beritanya!" sentak Kania yang masih emosi."Tapi aku tidak—"
Tanpa berpikir panjang lagi, Aldy langsung masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak peduli pada wanita itu karena dirinya benar-benar tidak mengenalinya.Sedangkan Alma dan Daffa, sudah semakin jauh dari tempat itu dan tidak berpapasan dengan Ririn. Andai saja mereka bertemu, pasti urusannya tambah rumit.Selama dalam perjalanan, Daffa semakin erat menggenggam tangan Alma. Bahkan, sesekali ia menciumi punggung tangan Alma dengan begitu lembut. Sehingga, kedua bodyguard nya merasa tidak nyaman dan salah tingkah.Alma sedari tadi hanya berdiam diri saja, bukan karena tidak suka adanya Daffa. Melainkan, ia sedang menahan rasa yang sungguh sangat luar biasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ya, reaksi obat perangsang wanita yang ada di dalam tubuhnya semakin menjadi-jadi. Ia pun terus menempelkan tubuhnya ke arah Daffa agar dirinya semakin berdekatan dengan laki-laki tampan itu.Bahkan, Alma menyandarkan
Daffa sungguh tidak menyangka jika Alma masih dalam pengaruh obat perangsang itu. Entah apa yang harus ia lakukan, karena selama ini ia tidak pernah melakukan hubungan intim dengan menggunakan obat perangsang, walaupun itu dengan istrinya sendiri."Bantu aku, Daff. Ini benar-benar membuat aku tersiksa," lirih Alma."Oke-oke, kamu tenang saja, aku akan panggilkan dokter pribadiku ke sini," kata Daffa yang terlihat seperti cemas dan panik. Ia pun segera mengambil ponselnya di atas meja, untuk menghubungi temannya yang berprofesi sebagai dokter. Akan tetapi, Alma malah melarangnya dengan cepat."Daff, tunggu! Kemarilah!" teriak Alma dengan keras.Daffa pun menoleh ke arah belakang dan berkata, "Kenapa? Apa ada sesuatu?""Kemarilah, aku ingin bicara dulu sama kamu," kata Alma dengan manjanya.Tanpa berpikir panjang lagi, Daffa pun segera menghampiri Alma lagi. "Kenapa? Aku mau menel
Alma pun tercengang atas perkataan dari Daffa yang ingin menikahinya. Ia pun membalikkan tubuhnya, sehingga mereka berdua saling bertatapan satu sama lainnya. "Apa kamu serius?" tanya Alma dengan sungguh-sungguh. "Kenapa tidak?" kata Daffa dengan singkat. "Besok aku akan mengurus semuanya. Kamu tidak perlu khawatir, aku tahu apa yang harus aku lakukan nanti." "Kenapa rasanya senang sekali saat dia mengajakku untuk menikah, padahal semua ini sangat salah. Ya benar, ini salah. Aku mana mungkin tega menghancurkan rumah tangga orang, Daff. Tapi aku tidak mungkir, karena aku juga ingin memiliki dirimu, Daff," kata Alma dalam hatinya. "Kenapa kamu diam terus? Apa perasaanmu saat ini masih tidak menentu?" tanya Daffa sembari membelai rambutnya dengan lembut. Alma pun hanya menundukkan kepalanya, perasaannya sudah tidak sinkron lagi, dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hatin
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, di mana Alma dan Daffa sedang membereskan segala peralatan yang ada di dapur. Maklum, apartemen itu jarang di tempati, sehingga barang-barang yang ada di sekitar dapur terlihat kotor dan berdebu. Bahkan, rencananya mereka akan bersih-bersih ke setiap ruangan agar suasananya kembali bersih lagi.Ketika sedang sibuk-sibuknya bersih-bersih, tiba-tiba saja kedua orangbodyguardnya Daffa datang mengetuk pintu. Alma yang mengetahui hal itu, menjadi ketakutan karena takut jika ada salah seorang keluarga dari Daffa maupun Karin datang ke apartemen itu. Dan sudah pasti urusannya akan semakin besar."Daff, aku harus sembunyi di mana ini?" tanya Alma panik."Tenang dulu, jangan panik, aku akan melihatnya," kata Daffa sembari melangkah menuju ke arah pintu."Ah, tetap saja aku takut. Aku ke kamar saja lah," kata Alma sembari berlari k
Setelah beberapa bulan lamanya menjalani kehidupan baru menjadi Nyonya Di apartemennya Daffa, kehidupan Alma berubah drastis. Ia menjadi seorang istri yangmatre. Akan tetapi, meskipun Alma menjadi seorang istri yangmatre, ia tidak pernah absen untuk mengirim bantuan kepada anak yatim, para jompo, dan orang lain yang benar-benar membutuhkan bantuannya. Hal ini lah yang membuat Daffa semakin menyukainya karena berbeda dengan perempuan mana pun. Jalinan asmara mereka berdua pun semakin lengket. Sampai-sampai suami-istri ini tambah begitu mesra bagaikan seluruh dunianya serasa milik berdua. Di sisi lain, perkataannya Ririn yang dulu terus saja terngiang di telinganya Alma, bahwa, agar dirinya menjadi wanita yang matre. Walaupun keduanya sudah renggang dan belum pernah bertemu lagi, tapi kata-kata itu sudah menempel dalam benaknya Alma. Setiap melakukan senggama, ia pasti meminta D