Tidak lama kemudian, dokter yang menangani Karin segera menemui Daffa dan kedua orang tuanya yang masih setia menunggu hasil pemeriksaan dari dokter. Dan apa yang telah dokter katakan, sunguh sangat mencengangkan bagi Daffa dan kedua orangtuanya.
Bagaimana tidak, apa yang telah dikatakan oleh dokter itu, membuat semua orang yang mendengarnya sangat syok. Sebab, dokter itu mengatakan bahwa, Karin mengalami patah di ruas-ruas tulang belakangnya dan hampir saja retak.
Dan hal ini mengakibatkan kelumpuhan di seluruh anggota gerak lengan dan tungkai. Ditambah lagi, Karin hampir saja kehabisan darah. Namun, tim dokter telah menanganinya dengan baik. Sehingga kemungkinan Karin masih bisa hidup meskipun kondisinya sangat memprihatinkan. Karin pun segera di bawa ke ruang ICU untuk membutuhkan perawatan dan pengamatan secara intensif.
"Ya Tuhan, kenapa hal ini harus terjadi?" lirih Nyonya Cristin sembari matanya berkaca-kaca mena
Jam sudah menunjukan pukul lima sore, dan itu tandanya, Alma harus segera bersiap-siap untuk berangkat kerja. Ririn yang masih betah di kamar kos-annya Alma pun terpaksa harus pulang dan berjanji akan kembali lagi esok hari.Sebelum berangkat, Alma sempat mengirim pesan kepada Daffa, jika dirinya akan berangkat kerja sore ini, dan berharap Daffa untuk menjemputnya pulang seperti waktu sebelum-sebelumnya. Setelah pesan sudah terkirim, Alma pun berangkat dengan hati yang gembira. Suasananya begitu indah dan berbunga-bunga karena sedang jatuh cinta pada laki-laki yang sangat ia kagumi.Sesampainya di tempat bar, Alma bekerja dengan seperti biasanya, membereskan botol-botol yang berbau alkohol, membersihkan meja-meja serta merapikan tempat duduk agar terlihat bersih dan enak dipandang.Saat itu, pengunjung belum juga datang, Alma dan para bartender lainnya bisa duduk sambil bercanda dengan penuh ceria. Namun, sesuatu telah
Alma terperangah kaget saat melihat sosok laki-laki yang tampan, manis dan perawakannya sangat proporsional bagaikan model dari Perancis. Dia adalah Aldy. Teman sewaktu masih kecil yang selalu bermain dan bercanda ria disetiap harinya. Terkadang, mereka berdua juga sering berantem gara-gara hal yang sepele.Dan kini, Aldy menjadi salah satu sosok laki-laki idaman para wanita, yang selalu diperebutkan dari beberapa wanita sepermainannya. Ia begitu tampan dan mempesona, sehingga membuat orang yang menatapnya menjadi tergila-gila."Kenapa menatapku seperti itu? Apa aku terlihat menakutkan?" tanya Aldy keheranan."Ah, tidak-tidak. Bukan begitu, aku hanya kaget saja, tiba-tiba kamu datang tanpa sepengetahuanku," kata Alma yang masih tidak percaya bisa bertemu dengan teman masa kecilnya walau hanya di tepi jalan."Oh, aku pikir kamu sudah tidak mengenaliku lagi. Soalnya dari tatapan matamu seolah aku ini orang asing
Hidup selalu memberikan sebuah pilihan. Dan terkadang pilihan itu mengerucut pada dua pilihan yang sulit. Pada dua pilihan itu, tentu saja masing-masing pilihan memiliki resikonya sendiri-sendiri. Semakin sulit untuk memutuskan sesuatu, maka semakin besar pula keraguan yang ada dalam sanubari. Hal itu sudah pasti sangat dirasakan oleh Daffa yang terlihat bimbang dan tidak bersemangat lagi.Raut wajahnya sudah tidak ada cahaya kegembiraan lagi, dan bahkan selama di perjalanan ia hanya bisa terdiam dengan tatapan yang kosong. Kedua orangtuanya pun tidak berani menegur atau mengeluarkan sepatah kata pun, karena mereka tahu betul jika anak semata wayangnya sedang kalut dan tidak ingin diganggu.Sesampainya di rumah, Daffa langsung menuju ke kamarnya tanpa memedulikan orang-orang yang ada disekitarnya. Ia berlalu dengan melangkahkan kakinya dengan begitu cepat. Dan setelah sampai di kamarnya, terlihat kamar itu sudah rapi kembali karena telah dib
Alma terus saja menatap wajah Daffa dengan tatapan yang sangat tajam. Ia masih menunggu jawaban dari Daffa. Perasaan nya begitu kalut dan membuat Alma semakin ingin tahu apa yang akan dijawab oleh Daffa nanti.Daffa pun melepaskan pelukannya. Ia benar-benar tidak sanggup mendengar pertanyaan Alma yang begitu menyesakan dada. Karena, situasi lah yang membuat dirinya menjadi bimbang dan masih belum bisa menentukan apakah dia akan menceraikan Karin, atau meninggalkan Alma. Sungguh hal ini sangat membingungkan bagi Daffa."Alma, aku ...."Saking kelamaan menjawab, Alma pun langsung menyelangnya dengan suara yang lantang, "Tidak mau kan? Sudah kuduga, kamu pasti tidak akan mau menceraikan istrimu itu. Sementara kamu menyatakan cinta padaku? Apa itu yang dinamakan laki-laki yang baik?"Daffa pun membelalakkan matanya seolah apa yang sudah Alma lontarkan itu tidak benar."Bu-bukan begitu Al! Tolong ma
Selang beberapa menit kemudian, Alma sudah keluar dari kamar kos-annya dengan berpenampilan menarik dan rapi. Sehingga, Aldy yang melihatnya pun semakin tertarik pada gadis cantik itu.Dengan tergesa-gesa, Alma pun langsung masuk ke dalam mobilnya Aldy agar tidak diketahui oleh orang banyak, terutama tetangga kosannya sendiri. Akan tetapi, walaupun menghampiri Aldy secara terburu-buru, beberapa orang melihatnya langsung jika Alma pergi dengan seseorang yang memakai mobil sedan berwarna merah."Kita mau kemana, Dy?" tanya Alma penasaran."Nanti juga kamu akan tahu," kata Aldy tersenyum manis."Ya sudah."Alma kembali berdiam diri untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membuat Aldy keheranan. Akan tetapi, Aldy sangat tahu betul sikap dan wataknya Alma itu seperti apa. Ia bahkan menebak-nebak masalah apa yang sedang dirundung Alma, sehingga gadis itu menjadi wanita yang tidak ceria lagi.
Ririn benar-benar tidak ada urat malunya. Ia terus mendesak Daffa agar dirinya ikut menumpang di mobilnya Daffa untuk menemui Alma. Padahal, Ririn juga tidak tahu Alma ada dimana, yang ada dalam pikirannya hanyalah bisa jalan bareng bersama orang yang sangat didambakannya itu.Berhubung Daffa seorang laki-laki yang sangat keras kepala dan tidak pernah menyukai wanita agresif, ia pun menolak ajakannya Ririn dengan begitu tegas dan sopan. Karena, bagi Daffa, dirinya tidak akan pernah peduli lagi pada perempuan manapun kecuali Alma. Sehingga, Ririn yang sudah berusaha total untuk mendekatinya pun dibuat kesal oleh dirinya."Sialan! Laki-laki ini benar-benar sulit untuk aku taklukkan!" kata Ririn dalam hatinya."Oh, terserah anda, Mas. Aku pastikan dia sedang bersama pria lain," kata Ririn menyeringai."Terima kasih atas infonya, Nona. Kalau begitu kami pamit dulu ya," kata Daffa dengan senyuman manisnya.
Alma tidak menyadari kalau Daffa juga ada di restoran itu. Ia asyik makan bersama dengan sahabatnya sendiri sambil bercanda ria dan saling mencurahkan segala kerinduannya. Dan ketika itu pula, panggilan Daffa yang menggelegar itu terdengar ke telinganya Alma. Seketika itu pula, Alma terkejut bukan kepalang."Daffa!" pekik Alma sembari membulatkan matanya."Sedang apa kamu di sini? Hah!" sentak Daffa yang membuat Alma semakin ketakutan.Aldy yang melihatnya pun serasa tidak mengenakan hati. Akan tetapi, ia menyadari kalau posisinya sedang berada dalam tidak aman. Meskipun ia tidak ikhlas jika sahabat kecilnya diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki."Kamu siapa? Datang-datang malah marah-marah, gak punya etika banget sih!" ucap Aldy kepada Daffa dengan tatapan yang sangat tajam."Kamu tidak perlu tahu siapa aku, karena itu bukan urusan kamu! Paham?" kata Daffa yang sudah murka sampa
Dengan berat hati, Alma menuruti apa yang diinginkan oleh ibu kostnya itu. Ia sadar diri, jika ia memaksa untuk tetap tinggal di tempat itu, pasti urusannya tambah rumit lagi. Lebih baik ia mengalah daripada harus memelas yang bisa mengakibatkan harga dirinya jatuh.Dengan berurai air mata, Alma segera mengemasi barang-barangnya yang akan dibawa pergi. Entah harus kemana ia akan berteduh, sementara tempat kos-kosan ataupun rumah kontrakan di ibu kota pasti akan sulit untuk ia dapatkan.Dan apa yang dikatakan oleh mereka, Alma sudah menduganya jika mereka tahu dari orang terdekatnya. Karena, yang tahu kronologi di kosannya hanya lah Ririn seorang."Ya Tuhan, bagaimana bisa aku disebut pelakor, sementara aku saja tidak tahu statusnya Daffa bagaimana. Kenapa semua orang lebih percaya pada orang lain, ketimbang dengan ucapanku ini. Apa ini cara mereka untuk mengusirku dari sini? Sungguh hina sekali!" kata Alma d