Share

03. Menjelaskan

Siang itu, Kiandra sengaja memasak dan menyiapkan beberapa hidangan spesial untuk Alsen. Dia pikir setelah beberapa hari tidak berkomunikasi dan membiarkan suaminya itu lebih tenang, inilah saatnya menyelesaikan masalah diantara mereka dengan kepala dingin. 

"Kamu pasti menyukai ini, Mas. Aku sengaja menyiapkan makanan favorit Kamu!" ujar Kiandra bersemangat. 

Wanita itu setelah selesai menyiapkan makanan yang akan diberikan padanya pada sang suami, selanjutnya segera mempersiapkan dirinya sendiri.  Berdandan cantik dan tak lupa menyemprotkan aroma parfum yang di sukai oleh suaminya itu. Barulah setelahnya pergi ke perusahaan suaminya untuk bertemu. 

"Maaf, tapi Tuan Alsen sedang tidak di tempat," ujar Melvin segera menghadang Kiandra masuk dan menghalanginya. 

"Tidak mungkin. Masih waktu makan siang, tidak mungkin Dia sesibuk itu sampai tidak memikirkan perutnya sendiri," jawab Kiandra tak mau mengalah. 

Sudah beberapa hari tak bertemu, bagaimana mungkin tidak merindukan suaminya itu. Apalagi sekarang perasaannya jadi menggebu, ingin secepatnya menyelesaikan masalah yang ada diantara mereka. 

"Mengertilah dan jangan membuat posisi Saya menjadi sulit. Anda sangat mengenal beliau, dan tahu seperti apa Dia jika sedang tidak ingin diganggu," jelas Melvin akhirnya membuat Kiandra mengetahui yang sebenarnya. Suaminya tidak sedang pergi dan ada dibalik pintu ruangannya. 

"Aku tahu, dan Aku berjanji tidak akan melibatkanmu mengenai hal ini. Jadi tolong biarkan Aku masuk!" tegas Kiandra serius. 

"Tidak. Tuan Alsen sudah sangat memperingatkan Saya, terutama tentang Anda!" jawab Melvin bersikeras. 

"Sial. Kenapa Kau sepatuh itu pada suamiku?!" jengkel Kiandra mulai frustasi. Baru kali ini Dia merasa statusnya tak ada artinya. Walaupun istri, tapi sulit menemui suaminya sendiri. 

"Saya hanya menjalankan perintah!" jelas Melvin serius dengan wajah datarnya. Kadang-kadang Kiandra heran kenapa wajah asisten pribadi suaminya ini bisa begitu. Mirip sekali dengan tembok. 

Mundur beberapa langkah, Kiandra berpikir keras mencari solusi untuk bertemu dan menyelesaikan masalah diantara mereka. Ya, Dia harus melakukan itu, sebab walaupun ucapan suaminya cukup tajam beberapa hari lalu, tetap saja Kiandra merasa tak ingin berakhir dengan Alsen. Dia masih berharap dengan pernikahan mereka apalagi, Dia merasa tak pernah melakukan kelakuan yang salah. 

"Baiklah. Kalau begitu berikan makan ini padanya," ujar Kiandra terlihat menyerah. 

Melvin mengangguk setuju, dan Kiandra akhirnya pasrah serta berbalik arah. Melihat itu, Melvin yang tahu bagaimana hubungan bossnya dengan istrinya segera masuk ke dalam dan memberikan makanan dari Kiandra. 

"Nyonya memberikan untuk Tuan," jelas Melvin sambil menaruh kotak makanan dari Kiandra di atas meja Alsen. 

Pria itu melirik sekilas, kemudian kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. "Jika mau ambil saja untukmu, atau buang ke tong sampah!"

"Tapi Tuan?"

"Lakukan perintahku dan jangan memancingku!" 

Melvin menghela nafasnya kasar. Dia tak mengerti bagaimana pernikahan yang seumur jagung itu tampak begitu kacau dan membuat Alsen jauh lebih buruk dari biasanya. 

"Tidak bisa melakukannya?" Alsen bangkit dan berdiri. Meraih kotak makanan itu, kemudian membawanya ke arah tong sampah. Pria itu hampir saja menjatuhkannya di sana, tapi kemudian seseorang menangkapnya. 

Alsen menoleh dan menemukan Kiandra berdiri menatapnya. "Jangan membuang-buang makanan, jika Kamu memang tidak suka, Kamu bisa mengembalikannya."

Alsen mendesah kasar. Moodnya semakin buruk apalagi mengingat penghianatan wanita dihadapannya. Alsen sangat muak, tapi kemudian Dia malah menatap asisten pribadinya. 

"Kenapa membiarkan Jala*g ini masuk?!" ujarnya membentak Melvin dan memilih mengabaikan kehadiran Kiandra. 

Melihat itu, Kiandra juga ikut menatap Melvin bedanya Dia menatap penuh pengharapan. Memohon lewat tatapannya supaya Melvin membiarkan mereka berdua. Akhirnya Melvin yang datar itu tak tega dan memilih sedikit berkorban menghadapi amukan Alsen nantinya dengan membiarkan keduanya bersama. 

"Jika Kamu begini terus, bagaimana Kita akan menyelesaikan masalah Kita?!" ujar Kiandra menatap serius Alsen, tapi suaminya itu malah berdecak kesal. "Aku tidak tahu letak kesalahanku di mana. Beberapa hari lalu tiba-tiba saja Kamu marah dan menghinaku, Aku tidak tahu apa alasanmu melakukan itu, Mas. Namun, setelah beberapa hari ini Aku pikirkan, mungkin diantara Kita terjadi kesalahpahaman. Katakan Mas, apa yang membuatmu begitu marah ...."

"Berhenti bersikap lugu seperti ini, Aku tahu Kau tidak sepolos itu. Kau ular berbisa yang Aku pikir adalah perempuan baik hati yang menolong keluargaku dengan bersedia menikah denganku, tapi ternyata Kau sangat rendahan!" tukas Alsen dengan tajam menatap muak dan geram pada sosok Kiandra yang dianggapnya sebagai penghianat. 

Kiandra menghela nafasnya kasar. "Bagaimana Kamu bisa berpikir seperti itu, Mas?"

"Lalu apa yang harus Aku pikirkan mengenai dirimu yang mudahnya menerima pernikahan Kita. Ah, Aku bahkan hampir terlena dengan sikap manismu selama ini, tapi sekarang Aku sadar. Seseorang tidak akan mau berkorban begitu besar apalagi soal masa depannya jika tidak ingin mendapatkan balasan timbal balik apapun!" ketus Alsen dengan sangat sarkas. 

"Mas, Aku--"

"Cukup!" bentak Alsen memotong kalimat Kiandra. "Aku tidak butuh penjelasan apapun dari wanita sampah sepertimu. Ambil makananmu, bawa semua itu dari sini dan angkat kaki. Aku muak berlama-lama menatap penghianat sepertimu!" geram Alsen dengan penuh tekanan. 

Kiandra meremas telapak tangannya. Ucapan itu benar-benar menusuk uluhatinya, tapi Dia juga tidak akan menyerah. "Baik, Aku akan pergi dari sini, tapi sebelum itu katakan alasanmu sampai bisa mengatakan Aku penghianat. Aku tidak mengkhianatimu Mas!"

Alsen tak langsung menjawab, tapi malah ke arah mejanya, membuka lacinya kemudian mengeluarkan beberapa lembar kertas dari sana. Kiandra mengerutkan dahi dan terus menatapnya, tapi kemudian kertas-kertas itu terlempar berhamburan di udara sebelum kemudian terjatuh disekitarnya. 

"Sekarang Kau tidak bisa mengelak lagi!" ujar Alsen dengan tajam. 

Sementara itu, Kiandra sudah berjongkok dan melihat lembaran kertas dan bahkan membacanya. Surat keterangan dari dokter kandungan, dan itu atas namanya juga miliknya. Namun, semua itu tak sepenuhnya seperti yang Alsen pikirkan. 

"Mas ini palsu, Aku sendiri yang membuatnya dan itu pada temanku sendiri. Aku sengaja melakukan itu untuk--"

"Aku sudah memeriksanya, dan keterangan itu benar adanya. Sudahlah, jangan mengelak lagi. Kau memang sudah mengkhianati pernikahan Kita dengan hamil anak pria lain!" tuding Alsen dengan raut wajah yang teramat kecewa. 

Sial. Bagaimana Kiandra harus menjelaskannya lagi, kalau itu memang benar-benar palsu. Dia membuatnya semata-mata untuk meyakinkan Vano mantan kekasihnya, orang yang sebenarnya yang sudah terang-terangan dikhianatinya.

Bertahun-tahun bersama, lalu menikah dengan orang lain dan hamil, seharusnya yang paling marah diantara mereka adalah Vano, bukan malah Alsen yang merasa paling terkhianati. Namun, memang suaminya juga tak salah, Kiandralah yang tidak tegas dan ceroboh. Sampai membuatnya di situasi yang tak pernah benar. 

"Kita bisa melakukan tes ulang, jika Kamu tidak yakin. Aku benar-benar tidak hamil Mas!" tegas Kiandra sangat yakin, tapi Dia melupakan hal lain yang tak kalah penting dan itu mungkin membuatnya dalam masalah yang lebih berat lagi. Dia memang tidak berhubungan dengan pria manapun, tapi Dia sudah berhubungan dengan Alsen suaminya sendiri.

*****

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status