Elitta meminta sopir untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Dengan atau tanpa Vito, dia akan membukikan kalau dirinya tidak berbohong.Perkataan manja Lana sebelumnya masih terngiang di kepalanya. Kenapa wanita itu berani sekali bersikap seperti itu? Apa dia tidak melihat dia ada di sana? Dia adalah istri Vito!Elitta selama ini menyadari kalau perubahan dari Lana seperti mengikuti dirinya. Bahkan, aroma wewangiannya, tapi sebelumnya dia hanya menganggap itu hal biasa.Akan tetapi, dia jadi teringat oleh Vivian, yang teman sendiri menggoda mantan pacarnya dahulu, kemudian tunangannya, sekaligus ayahnya. Semua pria yang ada di dalam hidupnya seolah direnggut. Dia tidak menerima perselingkuhan lagi.Apa vito sungguh berselingkuh darinya? Apa pria itu mulai dekat dengan Lana di belakangnya? Apa itu alasan wanita itu diberikan pekerjaan di kantor? Elitta merasa dadanya sangat sakit. Dia tidak mau membayangkan hal buruk, tapi yang muncul di kepalanya hanya hal-hal yang jelek. Sudah b
Elitta dan Vito menenangkan diri dengan mampir ke kafe dekat rumah sakit. Emosi mereka sudah sama-sama reda. Elitta juga tidak mungkin marah terus apalagi Vito sudah mengatakan segalanya untuk minta maaf. Vito sengaja memesankan es krim coklat untuk makin menenangkan hati istrinya. Selama hampir lima menit, dia hanya memperhatikan wanita itu menikmati es krim.Karena es krim dalam mangkuknya sudah hampir habis, dia menawarkan, "mau nambah lagi nggak?"Elitta mengangguk.Vito tersenyum. Dia lega melihat Elitta sudah tidak memandangnya dengan kekecewaan lagi. Dia meminta waiter untuk membuatkan satu es krim coklat lagi.Sambil menunggu, Elitta hanya diam memandangi suaminya. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang.Vito bertanya, "Sayang, tadi kamu bilang kalau ada orang yang tahu lebih dahulu tentang kehamilan kamu daripada aku 'kan? Siapa itu? Jangan-jangan dia yang ngedit suratnya?"Elitta menjawab, "Lana.""Apa ..." Vito terkejut. "Dia?""Dia yang tahu lebih dahulu, aku sama dia
Keesokan harinya ...Elitta dan Vito berangkat pagi sekali untuk menuju ke rumah Tuan Zero. Di sana mereka direncanakan untuk bertemu dengan Pak Derry.Sudah sangat lama sejak terakhir bertemu dengan ayahnya, Elitta sudah tidak sabar. Di sepanjang perjalanan, dia menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan sang ayah.Setelah sampai di rumah megah ayah kandung Elitta itu, mereka disambut oleh oleh Dino. Elitta sesekali melihat ke sekitar, tapi tak menemukan yang dicari. Iya, selain Pak Derry, dia juga penasaran kemana sang ayah kandung?Dino bisa menebak jalan pikirannya, dan menjawab, "santai aja nanti juga ketemu papa."Karena malu, Elitta berdusta, "nggak, aku nggak nyariin dia, kok, aku cuma nyari Papa Derry.'"Dino hanya menahan tawa saat membawa mereka menuju ke lantai dua, dan kemudian memasuki salah satu ruangan.Begitu pintu dibuka, terlihatlah pemandangan meriah dengan spanduk yang bertuliskan "SELAMAT UNTUK KEHAMILANMU, ELITTA!"Banyak sekali pita warna-warni yang ad
"Tega banget kamu selingkuhin papaku.""Selingkuh? Nggak, kok.""Kamu kira aku nggak tahu? Kamu masih ada hubungan sama Leon 'kan?""Kenapa? Cemburu? Pasti kamu cemburu soalnya semua pria lebih suka aku daripada kamu. Pacarmu dulu ninggalin kamu demi aku, tunangan kamu selingkuh sama aku, bahkan papa kamu sekarang milikku.""Aku nggak cemburu! Ini itu salah!""Aku sama siapapun itu bukan urusanmu!"Elitta sampai tak bisa berkata-kata mendengar ucapan Vivian. Dia tidak mengira wanita yang dulunya teman SMA-nya kini itu masih bertingkah seperti ini.Vivian tersenyum merendahkan. Dia mendorong dada Elitta sampai membuatnya mundur ke belakang. "Kamu itu cuma anak selingkuhan mama kamu, sekarang papa kamu udah nggak ngurusin kamu. Dia cuma ngurusin aku ... selamat hidup melarat sama suami kampung kamu itu, Elitta."Usai berkata demikian, dia tertawa terbahak-bahak.Hati Elitta sakit mendengar semua orang yang pernah dicintainya mengkhianatinya demi wanita di depannya itu. Air matanya henda
Pak Derry sudah berusia lima puluh lima tahun. Postur tubuhnya tinggi, tegap dan kelihatan cukup bugar. Wajahnya cukup tampan, tak terlalu banyak kerutan, terlihat awet muda dibandingkan dengan pria seumurannya.Dia membantu Vivian berdiri. Setelah itu, dia menoleh ke Elitta dengan mimik wajah yang tegang. "Elitta, papa memintamu datang ke sini bukan untuk menyakiti istri papa!"Elitta membela diri, "tapi, Pa! Elitta nggak ada maksud menyakitinya, istri muda Papa itu menjambak Elitta, Elitta nggak sengaja dorong barusan."Pak Derry menampar Elitta dengan kasar. Dia sama sekali tidak menunjukkan rasa penyesalan. Setiap kali melihat anaknya itu, perasaannya dipenuhi amarah. "Jangan meninggikan bicaramu saat bicara dengan orangtua!" ucapnya.Rasa sakit tamparan itu tidak ada apa-apa bagi Elitta dibandingkan dengan sakit hatinya. Kedua matanya kembali berlinang air mata. Dia menyentuh pipi yang kemerahan.Vivian pura-pura simpati dengan menarik lengan jas suaminya. "Sayang, kamu jangan k
Lima ratus juta? Diserahkan ke pria asing karena kalah judi dengan nominal lima ratus juta?Elitta merasa seperti dijual oleh ayahnya sendiri. Harga dirinya bisa dibeli dengan sejumlah uang. Dia masih tak percaya. Begitu saja? "Papa bilang suami Elitta itu anak kenalan papa?"Tanpa rasa bersalah, Pak Derry menjawab, "Cuma bohong. Kalau papa jujur, papa jodohin kamu sama orang random itu karena kalah main billyard, mana mau kamu? Kamu 'kan rewel.""Hanya karena lima ratus juta?""'Hanya' kamu bilang? Itu banyak. Anak bodoh dan manja kayak kamu mana paham susahnya cari uang.""Uang penjualan tanah milik mama bisa buat bayar, Pa! Sisa banyak malahan.""Enak saja, itu tanah milik papa, papa nggak sudi kehilangan sepeserpun uang demi kamu. Udah cukup ya, Elitta. Kamu udah gede, udah nggak butuh bantuan keuangan dari papa. Kamu juga udah nikah.""Kenapa papa yang judi, Elitta yang harus nanggung semua kerugian papa?""Jangan lancang kamu! Kamu kira besarin kamu itu pakai daun, pakai uang
Suasana dalam ruangan menjadi sedikit sunyi."Nggak mungkin!" Vivian memecah keheningan.Dia murka, semakin tidak percaya melihat Elitta dan Vito berpandangan lama. Mana boleh Elitta mendapatkan pria seperti ini? Ini tidak mungkin!Pak Derry menatapnya. "Ada ada, Vivian? Kamu kenal Vito?""Nggak ... nggak kenal.""Vito, ini istri Om, Vivian. Vivian ... ini pria yang dari tadi kita bicarakan, Vito, suaminya Elitta.""Salam kenal, Mama Mertua." Vito enggan menjabat tangan dengan Vivian. Pandangannya masih merendahkan seakan tidak sudi menyentuh tangan orang asing. Aura di sekitar pria ini begitu angkuh, tak tersentuh, benar-benar dominan.Vivian dilanda gundah mendalam. Dia tak bisa melepaskan pandangan kepada mantan pacarnya ini. Tidak mungkin ini kebetulan. Apa mungkin Vito sekarang sudah kaya raya dan ingin membuatnya cemburu dengan menikahi Elitta?Iya, pasti begitu— itulah yang dia pikirkan.Vito menyeringai tipis padanya.Antara takut, tapi juga tergoda. Jantung Vivian berdebar-d
Ini tidak mungkin.Berulang kali, Vivian meyakinkan dirinya kalau ini mustahil. Mantan pacarnya yang sudah dia buang mendadak jadi bos besar? Tidak pernah terpikirkan sebelumnya kalau ini sunguhan. Pria yang dulu dia remehkan, dia buang karena terlalu miskin untuk memenuhi kehidupa hedonnya adalah seorang CEO Sunmart?Perusahaan ritel yang menaungi ratusan cabang Supermarket Sunmart di seluruh negeri itu?Vivian tak mau percaya. "Gimana mungkin kamu jadi CEO-nya Sunmart? Kamu itu cuma yatim piatu, orang miskin! Ini cuma bohongan, iya 'kan? Kamu pikir aku nggak tahu, CEO jaringan ritel Sunmart itu Pak Tonny Hardana, fotonya tersebar di seluruh situs Sunmart.""Itu pamanku, aku dulu cuma main-main saja. Aku bosan hidup enak, jadi aku ingin tahu rasanya hidup sangat miskin .... sepertimu." Vito tersenyum palsu, senang bisa membalikkan hinaan Vivian barusan. Dengan bangga, dia kembali berkata, "kalau kamu nggak percaya, coba buka saja situs atau media sosial Sunmart, akan terlihat siapa