"Papa lebih peduli sama istri sampah Papa ketimbang Elitta!" "Siapa yang kamu sebut sampah!" "Wanita jalang yang ada di dekat Papa itu, siapa lagi?" "Elitta! Jaga mulut kamu!" *** Semua pria yang mencintai Elitta selalu direbut oleh teman masa SMA-nya dulu, Vivian. Dari pacar, tunangan, bahkan ayahnya pun telah direnggut. Setelah pernikahannya dengan sang tunangan batal, Elitta terpaksa menikahi pria lain atas permintaan sang ayah. Vivian bahagia berpikir Elitta menikah dengan orang yang dipikir pria kampung miskin. Itu membuatnya merasa menang. Akan tetapi, dia baru sadar ternyata pria yang dinikahi Elitta adalah Vito Vincent Ravello, CEO jaringan Ritel Supermarket Sunmart. Pria itu adalah mantan pacarnya yang dibuang setahun silam karena dikira miskin. Dia berniat merebutnya dari Elitta. Bisakah Elitta mempertahankan rumah tangganya sekarang? Apa dia sanggup mempertahankan Vito dari Vivian kali ini?
Lihat lebih banyak"Tega banget kamu selingkuhin papaku."
"Selingkuh? Nggak, kok.""Kamu kira aku nggak tahu? Kamu masih ada hubungan sama Leon 'kan?""Kenapa? Cemburu? Pasti kamu cemburu soalnya semua pria lebih suka aku daripada kamu. Pacarmu dulu ninggalin kamu demi aku, tunangan kamu selingkuh sama aku, bahkan papa kamu sekarang milikku.""Aku nggak cemburu! Ini itu salah!""Aku sama siapapun itu bukan urusanmu!"Elitta sampai tak bisa berkata-kata mendengar ucapan Vivian. Dia tidak mengira wanita yang dulunya teman SMA-nya kini itu masih bertingkah seperti ini.Vivian tersenyum merendahkan. Dia mendorong dada Elitta sampai membuatnya mundur ke belakang. "Kamu itu cuma anak selingkuhan mama kamu, sekarang papa kamu udah nggak ngurusin kamu. Dia cuma ngurusin aku ... selamat hidup melarat sama suami kampung kamu itu, Elitta."Usai berkata demikian, dia tertawa terbahak-bahak.Hati Elitta sakit mendengar semua orang yang pernah dicintainya mengkhianatinya demi wanita di depannya itu. Air matanya hendak jatuh, tapi berusaha ditahan. Tak cukup pacar masa SMA, tunangan, bahkan papanya juga telah direbut.Tak puas menghina, Vivian kembali berkata, "oh iya, gimana malam pertamamu dengan suami kampung? maaf ya aku dan papa kamu nggak bisa datang, soalnya kami ini 'kan orang kaya, alergi sama hajatan orang miskin yang biasa di jalan-jalan itu."Elitta kembali ingin menangis. Kemarin adalah pernikahannya, tapi ayahnya sendiri tidak mau hadir. Dia bukanlah anak kandung Pak Derry Dinata, seorang pengusaha konveksi paling tersohor di kota ini.Sejak kecil, dia dianggap hama oleh pria itu karena merupakan anak haram ibunya dengan pria lain. Meskipun begitu, dia selalu menyayangi ayahnya."Oh iya." Vivian kembali bicara, "kamu 'kan nggak dianggap anak, jadi nggak usah ngarep warisan nanti ... semua uang papamu itu akan jadi milikku.""Aku nggak mengharapkan uang. Aku hanya nggak mau kamu mengkhianati Papa! Tega kamu, Papa beneran cinta sama kamu!"Vivian mendekatkan wajahnya ke Elitta, lalu berbisik, "ya bodoh amat dia mau cinta atau enggak, aku mau nikah sama tua bangka itu juga karena uang. Daripada dia mati, terus ngasih uangnya ke kamu, si anak haram, mending ke istri mudanya ini.""Kamu iblis!""Ucap anak orang kaya yang nikah sama pengangguran kabupaten miskin. Kenapa? Nggak terima aku sekarang punya harta papa kamu?""Jangan menghina suamiku!""Atau apa? Itu kenyataan, suami kamu memang miskin. Walaupun aku belum pernah lihat, tapi papa kamu sendiri yang bilang kamu dijodohkan sama pria kampung.""Dia bukan pengangguran, dia pimpinan perusahaan.""Pimpinan perusahaan apa? Perusahaan ternak ayam di kampung?" Vivian tertawa terbahak-bahak. Dia sangat menikmati perdebatan ini.Sakit hati, Elitta menampar pipi Vivian dengan keras. Suaranya sampai menggema di seluruh dinding ruang tengah rumah ini.Dia menegaskan, "kamu nggak seharusnya menghina pekerjaan orang lain, apapun usahanya, selama itu halal dan menghasilkan, kamu nggak bisa ngomong seenaknya kayak gitu.""Beraninya wanita babi jelek kayak kamu nampar aku!" bentak Vivian murka. Dia langsung balas dengan menjambak rambut panjang Elitta yang tergerai. "Sok cantik! Nggak ingat dulu jerawatan sewajah, pacar kamu dulu sampai bilang jijik!""Ah!" Elitta berusaha keras melepaskan cengkraman tangan Vivian dari rambutnya, tapi gagal terus. Kulit rambutnya seakan ikut terangkat— sakit bukan main. "Lepaskan aku, Vi!"Helai demi helai rambut Elitta mengalami kerontokan.Dia menjerit, "Vivian! Stop!""Stop?" Vivian tertawa lagi. Perlakuannya makin kasar menjambaki rambut Elitta. "Enak saja bilang stop, siapa yang barusan nampar aku! Sekarang kamu itu udah diusir dari rumah, udah nikah sama cowok kampung, cuma wanita miskin, jangan berani-berani sama nyonya besar sepertiku."Elitta tak tahan lagi dengan perlakuan kasar itu, dia spontan mendorong Vivian sekuat yang dia bisa. "Lepasin!""Ah!" Vivian terdorong ke belakang, hak tingginya tergelincir, sehingga dia sempoyongan, lalu jatuh tersungkur di atas lantai. "Sakit!"Bertepatan dengan itu, datanglah sosok pria bersetelan jas hitam rapi. Pak Derry Dinata, ayah Elitta sekaligus suami baru dari Vivian. Dia kaget melihat Vivian ada di lantai. "Apa-apaan ini!"Vivian memasang wajah lemah dan tersakiti. "Sayang, anak kamu masih nggak terima kamu nikahin aku, jadi dia ke sini cuma mau bunuh aku. Tolong."Elitta melihat kebencian di mata sang ayah.***Keesokan harinya ... Elitta dan Vito berangkat pagi sekali untuk menuju ke rumah Tuan Zero. Di sana mereka direncanakan untuk bertemu dengan Pak Derry. Sudah sangat lama sejak terakhir bertemu dengan ayahnya, Elitta sudah tidak sabar. Di sepanjang perjalanan, dia menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan sang ayah. Setelah sampai di rumah megah ayah kandung Elitta itu, mereka disambut oleh oleh Dino. Elitta sesekali melihat ke sekitar, tapi tak menemukan yang dicari. Iya, selain Pak Derry, dia juga penasaran kemana sang ayah kandung? Dino bisa menebak jalan pikirannya, dan menjawab, "santai aja nanti juga ketemu papa." Karena malu, Elitta berdusta, "nggak, aku nggak nyariin dia, kok, aku cuma nyari Papa Derry.'" Dino hanya menahan tawa saat membawa mereka menuju ke lantai dua, dan kemudian memasuki salah satu ruangan. Begitu pintu dibuka, terlihatlah pemandangan meriah dengan spanduk yang bertuliskan "SELAMAT UNTUK KEHAMILANMU, ELITTA!" Banyak sekali pita warna-warni
Elitta dan Vito menenangkan diri dengan mampir ke kafe dekat rumah sakit. Emosi mereka sudah sama-sama reda. Elitta juga tidak mungkin marah terus apalagi Vito sudah mengatakan segalanya untuk minta maaf. Vito sengaja memesankan es krim coklat untuk makin menenangkan hati istrinya. Selama hampir lima menit, dia hanya memperhatikan wanita itu menikmati es krim. Karena es krim dalam mangkuknya sudah hampir habis, dia menawarkan, "mau nambah lagi nggak?" Elitta mengangguk. Vito tersenyum. Dia lega melihat Elitta sudah tidak memandangnya dengan kekecewaan lagi. Dia meminta waiter untuk membuatkan satu es krim coklat lagi. Sambil menunggu, Elitta hanya diam memandangi suaminya. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Vito bertanya, "Sayang, tadi kamu bilang kalau ada orang yang tahu lebih dahulu tentang kehamilan kamu daripada aku 'kan? Siapa itu? Jangan-jangan dia yang ngedit suratnya?" Elitta menjawab, "Lana." "Apa ..." Vito terkejut. "Dia?" "Dia yang tahu lebih dahulu, aku s
Elitta meminta sopir untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Dengan atau tanpa Vito, dia akan membukikan kalau dirinya tidak berbohong.Perkataan manja Lana sebelumnya masih terngiang di kepalanya. Kenapa wanita itu berani sekali bersikap seperti itu? Apa dia tidak melihat dia ada di sana? Dia adalah istri Vito!Elitta selama ini menyadari kalau perubahan dari Lana seperti mengikuti dirinya. Bahkan, aroma wewangiannya, tapi sebelumnya dia hanya menganggap itu hal biasa.Akan tetapi, dia jadi teringat oleh Vivian, yang teman sendiri menggoda mantan pacarnya dahulu, kemudian tunangannya, sekaligus ayahnya. Semua pria yang ada di dalam hidupnya seolah direnggut. Dia tidak menerima perselingkuhan lagi.Apa vito sungguh berselingkuh darinya? Apa pria itu mulai dekat dengan Lana di belakangnya? Apa itu alasan wanita itu diberikan pekerjaan di kantor? Elitta merasa dadanya sangat sakit. Dia tidak mau membayangkan hal buruk, tapi yang muncul di kepalanya hanya hal-hal yang jelek. Sudah b
Elitta dan Dino masih berdiam diri di halte selama setengah jam. Keduanya membahas beberapa hal, termasuk tentang kesehatan Pak Derry.Elitta lega bisa mendengar dari mulut Dino langsung kalau sang ayah baik-baik saja. Dia benar-benar sudah membuka hati untuk pria itu sekaligus ayah kandungnya.Dia berkata, "maaf ya, selama ini aku agak sinis sama kamu terus sama ..."Wanita itu masih bingung harus memanggil ayah kandungnya dengan sebutan papa atau sekedar Tuan Zero seperti julukannya?Dino paham dengan apa yang dipikirkan Elitta. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "nggak usah minta maaf, aku yang harusnya minta maaf. Jujur aja, niatku jelek loh sama kamu sebelumnya.""Jelek?""Iya pokoknya gitu lah, tapi Papa buat aku sadar kalau kita ini sekarang keluarga."Elitta hampir tidak mengira kalau orang seperti Dino akan berkata seperti itu. Tetapi, dia tidak mengatakan apapun, takut menyinggung.Halte tersebut ada di dekat kantor.yang secara otomatis berseberangan jalan dengan restoran. Deng
Elitta sedih sampai ketiduran. Ketika dia bangun keesokan harinya, tidak ada Vito di atas ranjang. Dia semakin khawatir dengan pria itu. Dia segera pergi keluar, mencari-carinya dan ternyata memang tidak ada tanda-tanda Vito pulang sejak kemarin. Khawatir, dia menelpon ponselnya, tapi malah tidak aktif. Perasaannya jadi campur aduk. Apa pria itu sehancur itu hanya karena tulisan di kertas kemarin? Kenapa bisa langsung percaya Dia menghampiri Ibu Mugi yang ada di dapur, lalu bertanya, "Bu, mana Vito? Apa dia enggak pulang semalaman?“ "Nggak, Nyonya. Tapi, tadi telpon di telepon rumah, katanya suruh bilang ke Nyonya, Tuan lagi kerja, mungkin pulang nanti malam.” “Dia nggak pulang terus langsung kerja?“ Elitta kaget. Yang lebih mengejutkan, kenapa malah menghubungi telepon rumah? Kenapa tidak langsung menelpon ke ponselnya? Bukankah dia itu istrinya? "Iya, Nyonya.” Ibu Mugi merasa kalau ada sesuatu semalam. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang terjadi karena saat Vito pergi dia sibuk
Lana sempat mampir ke rumah Vito. Tentu saja, dia diam-diam menuju ke dekat pintu garasi, dan membuang amplop putih di sekitar mobil yang biasa dipakai Elitta.Setelah itu, dia masuk ke dalam— lalu menyapa sang ibu, dan akhirnya ikut makan siang bersama. Tidak ada kecuriagaan sama sekali. Baik Elitta dan Vito terlihat mesra seperti biasa. Malahan lebih mesra, mereka juga saling suap, bahkan di hadapan Lana.Ibu Mugi mulai sadar kalau anaknya menyukai Vito. Tetapi, dia lega karena yakin majikannya tidak akan pernah menanggapi perasaan Lana.Situasi ini cukup rumit.Lana berpamitan pulang lebih awal. Dia terlalu mual melihat kebersamaan mereka.Sore harinya, Elitta mengalami mual-mual, jadi beristirahat di dalam kamar. Selama itu pula, Vito dengan setia memijat kakinya— memanjakannya sebisa mungkin."Kamu mau sesuatu, Sayang? Minuman hangat mungkin? Teh kesukaan kamu?“ Vito menawarkan. Dia tahu kebiasaan Elitta yang sering minum teh tiap sore.Elitta menggelengkan kepala. Dia masih mer
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen