Share

ISTRI UNTUK RAMA
ISTRI UNTUK RAMA
Penulis: Noza

prolog

14 tahun sebelumnya.....

Dokter itu terus memandangi wanita cantik yang terlihat sangat murung dan sedih sesekali wanita itu mengusap air matanya dan juga mengusap perutnya yang terlihat menonjol karena hamil.

"Nyonya, maaf apa Anda yakin tidak akan melakukan autopsi lebih lanjut?" tanya dokter itu.

"Tidak dok, saya yakin kalau kakak perempuan saya ini pasti mati karena bunuh diri," kata wanita itu terlihat sedih.

"Tapi Bu, ada kemungkinan.." dokter itu ingin melanjutkan kata-katanya.

"Tidak dok, saya kenal sekali dengan kakak saya ini pasti memang sudah keinginannya," kata wanita itu sesenggukan, "Saya juga sudah ikhlas."

Akhirnya dokter itu menyerah dan memberikan sejumlah kertas pada wanita itu.

"Kalau begitu tolong tanda tangan di sini, persetujuan kalau keluarga memang menolak untuk melakukan autopsi lanjut," kata dokter itu dan wanita itu kemudian segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas yang di berikan kepadanya.

#kasus ditutup#

Wanita hamil itu berjalan keluar dari ruang autopsi dan berpapasan dengan seorang wanita berusia paruh baya yang terlihat dengan tergesa- gesa berjalan di lorong rumah sakit, menuju ruang autopsi.

Wanita paruh baya melihat sekilas wanita hamil itu dan dia seperti mengenal wanita hamil itu, dia ingin menyapanya ketika melihat seorang dokter pria keluar dari ruangan itu juga.

"Malam dokter Tri, baru pulang dari tempat pembunuhan yang di dipinggir hutan itu ya?" sapa dokter pria itu dan dokter Tri menganggukkan kepalanya.

"Malam juga dokter Banu, iya benar Mayat wanita yang sudah beberapa hari mati," sapa wanita paruh baya itu yang dipanggil dokter Tri.

"Wanita tua atau muda, dok?" tanya dokter Banu lagi.

"kalau dilihat fisiknya tadi kurang lebih 30 tahun," jawab dokter Tri.

"Begitu ya," kata dokter Banu.

"Saya dengar juga ada mayat wanita yang ditemukan di sungai ya?" tanya dokter Tri balik.

"Iya dok, tapi sudah selesai tadi karena pihak keluarga tidak mau melanjutkan kasusnya dan untuk autopsi berikutnya," kata dokter Banu.

"Keluarganya wanita hamil yang tadi itu?" tanya dokter Tri dan dokter Banu hanya menganggukkan kepalanya.

"Kenapa tidak mau, kalau wanita itu korban pembunuhan bagaimana?" tanya dokter Tri.

"Kurang tahu dok, padahal ada kemungkinan itu memang kasus pembunuhan karena ada luka memar di kepala dan sepertinya dia sengaja ditenggelamkan," kata dokter Banu menerangkan.

"Kok begitu, harusnya dokter Banu bisa meyakinkan keluarganya untuk penyelidikan lebih lanjut," kata dokter Tri.

"Sudah dok, tapi keluarga nya bersikeras tak ingin melakukan itu, saya bisa apa? Saya ngak suka memaksa seperti dokter Tri," kata dokter Banu dengan nada menyindir.

Dokter Tri hanya bisa mendengus mendengar sindiran itu.

"Sudah tugas kita itu dokter Banu, apa gunanya kita bekerja di kepolisian kalau tak mampu membantu masyarakat yang dalam masalah juga kesusahan?" kata dokter panjang lebar

"Seharusnya dokter Banu itu...," belum selesai dokter Tri bicara terdengar suara di belakangnya.

"Ibu," seorang pria muda dengan tubuh tinggi dan tambun serta dengan wajah penuh jambang berkacamata memanggil dokter Tri.

" Kayaknya sudah dijemput sama anaknya dokter Tri," kata dokter Banu menunjuk pada pemuda yang berdiri di belakang dokter Tri.

Dokter Tri berpaling dan memandang terkejut pada putranya.

"Astaga kok kamu kelihatan kucel dan butek amat! Kamu itu kuli apa pengawas bangunan sih?" kata dokter Tri melihat pada penampilan anaknya yang terlihat kotor penuh dengan debu dan juga sisa cat di bajunya.

" Pengawas Bu," sahut anaknya dengan wajah terlihat lelah juga mengantuk.

" Terus..?" kata dokter Tri merentangkan kedua tangannya melihat penampilan putranya, "Kamu lebih terlihat seperti buruh bangunan dari pada pengawas apalagi arsitek," kata ibunya terdengar seperti mengeluh.

"Selamat malam Om Banu," sapa pemuda itu pada rekan kerja ibunya, tidak menjawab pertanyaan ibunya.

"Selamat malam juga nak Rama, habis kerja keras juga nih? Balas dokter Banu menyapa.

"Iya Om, maklum owner-nya ingin Bangunannya cepat selesai, dan segera di tempati" jawab Rama.

"Itu bagus Rama, anak muda harus seperti itu bekerja keras buat masa depannya nanti," kata dokter Banu.

Sementara dokter Tri hanya menjadi pendengar setia pembicaraan antara Rama dan dokter Banu, walaupun dia terlihat jengkel.

"Ya ampun Rama, kamu itu ditanya kok ngak jawab sih?" dokter Tri menyela dan terlihat kesal karena Rama mengabaikan pertanyaan.

"Ayo pulang Bu, aku capek banget," kata Rama Sambil melambaikan tangan pada dokter Banu, berbalik dan berjalan lebih dulu.

Dokter Tri berjalan menyusul dan berjalan menyejajarkan langkah dengan putranya itu

"Makanya, cepat cari istri biar ada yang urus kamu habis pulang kerja dan kalau lagi capek," kata dokter Tri dan anaknya terus diam sambil terus membiarkan ibunya bicara tanpa henti.

"Ibu tunggu di sini, aku ambil mobil dulu," kata Rama berjalan ke tempat parkir mobil.

Dokter Tri menunggu Rama, dan dia melihat wanita hamil yang tadi keluar dari ruang autopsi dokter Banu yang sedang bicara dengan seorang pria dan terlihat wajah wanita itu marah.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan dokter Tri.

"Ayo Bu, naik," kata Rama, dokter Tri masih mengamati wanita hamil itu dengan penuh pertanyaan yang ada dalam kepalanya.

"Ayo Bu, cepat!" Rama terdengar tak sabar.

Sebenarnya dia punya rasa penasaran yang tinggi tapi ketika putranya memanggil sekali lagi dia pun menghampirinya dan masuk ke dalam mobil sambil terus mengamati wanita hamil itu.

Sementara wanita hamil itu bicara dengan emosi, pria yang ada di hadapannya Cuma bisa menunduk takut.

"Dasar bodoh hampir saja kita ketahuan, kau mau kita di penjara akibat kecerobohanmu itu?! Maki wanita itu.

"Maaf nyonya, saya kurang hati-hati," kata pria itu pelan.

"Untung dokter itu percaya, kalau tidak kamulah yang akan menanggung semua akibatnya!" ancam wanita itu, yang membuat pria itu terlihat semakin ketakutan.

"Sekarang juga antar mayat wanita Sialan itu ke alamat ini, dan ingat jangan mengatakan apa pun pada mereka kau mengerti," kata wanita hamil itu sambil menyerahkan secarik kertas bertuliskan alamat.

"Baik nyonya," sahut pria itu.

"Ingat, jangan sampai kau mengatakan apa pun, dan usahakan untuk tidak menimbulkan kecurigaan dan juga jejak," kata wanita itu, pria itu hanya bisa terus mengangguk.

"Iya nyonya," sahut pria itu lagi.

Wanita hamil itupun memasuki mobil yang ada disampingnya, dan kemudian dia terlihat menarik napas dalam-dalam.

Mobil berjalan dengan kencang dalam kegelapan terdengar tawa yang senang dari wanita itu.

"Malang sekali nasibmu Ratih, ternyata kau tidak hanya kehilangan suamimu tapi sekarang kau juga harus kehilangan nyawamu," wanita itu terlihat tersenyum senang.

"Ha ... ha ....!!

"Sekarang akulah pemenang permainan ini, kuharap kau tenang di dalam neraka yang aku ciptakan untukmu disana dasar wanita bodoh!"

"BRUK ...BRUK ....!!! mobil yang dikendarai wanita itu tiba-tiba oleng dan mulai keluar pembatas jalan menabrak sesuatu yang keras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status