"Kalau begitu, kenapa kamu justru menerima perjodohan ini?"Kenward tersenyum tipis. Dia merasa enggan untuk membahas semua ini.Dia sudah merasa terlalu bosan untuk kembali menceritakan semuanya. Bagaimana pun, semua sudah terjadi. Hanya waktu yang bisa menjawab bagaimana kisah perjalanan antara dia dan Shafira."Ken, pesanku, jangan membuat Shafira terlalu lama tersiksa. Satu hal yang harus kamu tahu, Shafira bukan gadis biasa. Ketika kamu melepaskannya, akan ada banyak sosok laki-laki yang siap menggantikan posisimu."Ken mengalihkan pandangan ke luar jendela. "Termasuk kamu?"Gio memilih diam. Di dalam hatinya dia belum bisa memastikan. Hanya saja dia tidak bisa memungkiri bahwa dirinya memiliki rasa yang berbeda saat bersama Shafira."Jadi, negara mana yang ingin kamu tuju untuk bulan madu?" tanya Gio mengalihkan pembicaraan.Ken memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kainnya. Dia pun sungguh berat memilih."Carikan saja tempat yang pas untuk kami berdua. Ingat, tidak pe
Pesawat mendarat dengan sempurna di landasan Bandara Udara Internasional Adisutjipto, Jogjakarta. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam enam belas menit. Ken dan Shafira turun bersamaan. Sebenarnya mereka bisa saja menggunakan pesawat jet pribadi milik perusahaan, namun, Ken sejak dulu lebih memilih untuk tidak menggunakannya secara semena-mena. Berbeda demgan keluarga Agatha. Mereka lebih menikmati fasilitas mewah. "Butuh waktu kurang lebih dua puluh menit untuk tiba di resort. Kita bisa saja tiba dalam waktu lebih cepat, hanya saja aku ingin menikmati keindahan Kota Jogja," terang Ken dengan ekspresi datarnya. "Aku pun sama."Keduanya disambut hangat oleh dua orang yang berpakaian rapi dengan stelan jas berwarna hitam. Mereka adalah utusan dari Tuan Abimana. Di belakang mereka pun mengikut dua pengawal yang ditugaskan membawa barang bawaan. "Tuan, seharusnya kami bisa memberikan fasilitas mewah. Suatu kehormatan bagi kami Tuan Kenward memilih Abhayagiri - Sumberwatu Heri
"Shafira, ijinkan aku meminta hakku," bisiknya. Mata Shafira spontan terbuka.Deg. Jantung Shafira mulai berdetak tak berirama. Shafira merasakan embusan napas Ken begitu lembut menyapu wajahnya. Keduanya saling melempar pandangan satu sama lain. Shafira menelan paksa air liurnya. "Ken .... Aku ....""Belum siap?"Shafira bungkam. Dia bingung harus menjawab apa saat ini. Ken menarik tubuhnya. Dipandangi wajah Shafira yang memerah saat itu juga. "Buatkan aku kopi. Aku tidak suka kopi dingin."Shafira membuka matanya. Dia bergegas menuju pantri. Tangannya menyentuh dada. Dia merasakan dentuman jantungnya begitu kuat.Di sudut berbeda, Ken meremas rambutnya yang masih basah. Sungguh, dia belum siap untuk melakukannya. Perasaannya pada Shafira sedikitpun tidak ada. Dia hanya menganggap Shafira adalah suatu ketidaksengajaan. *"Berpakainlah yang rapi, malam ini aku ingin mengajakmu makan malam berdua di restoran."Shafira tersipu. Dia tidak menyangka Ken akan melakukan hal romantis i
"Pa, tolong lakukan sesuatu sebelum mereka kembali," desak Alice."Papa sedang sibuk, Alice. Apa kamu tidak lihat?"Alice memutar matanya. Dia sangat kesal saat ini. Alice merasa orangtuanya tidak melakukan apapun untuk menyingkirkan Shafira. Kakinya menyentak dengan kedua tangan terlipat di delan dada. "Kalau Papa dan Mama tidak melakukan apapun, biar Alice saja yang menyingkirkan wanita licik itu.""Jangan gegabah, Alice!" bentak Tuan Agatha. Tuan Agatha mendekati putrinya. Tatapannya tajam. Sonia yang menyadari itu segera mendekati keduanya agar tidak terjadi keributan. "Kamu pikir Papa tenang di sini? Papa juga sedang berpikir, Alice! Bagaimana cara kita menyingkirkan wanita licik itu.""Selalu saja itu alasan Papa. Saat menyingkirkan Clara sangat mudah, kenapa justru kalah dengan wanita kampung itu?""Kamu lupa, bukan hanya Kenward yang menjadi penghalang kita, tapi Kakekmu! Dia sangat melindungi wanita itu." Alice mendengus kasar. Sonia berusaha menenangkan suaminya saat
Semenjak malam di mana mereka pertama kali menyatukan diri, Kenward mulai melakukan kewajibannya untuk memberikan hak pada Shafira.Hari ini setelah satu minggu berlalu, mereka kembali ke Jakarta. Kenward tidak pernah mau melepaskan genggaman tangannya. Dia seolah ingin mengenalkan Shafira pada dunia. "Tidurlah, nanti aku bangunkan jika sudah tiba di Jakarta."Shafira mengangguk lantas membaringkan diri. Sepanjang perjalanan, Kenward sibuk memainkan ponselnya guna memantau perkembangan perusahaan selama dia tinggal. "Kerja yang bagus, Gio," pujinya saat menerima.laporan dari sepupunya. *Satu jam lebih telah berlalu. Saat ini mereka sudah tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta. "Bangun, Shafira, kita sudah tiba," bisiknya tepat di telinga istrinya. Shafira mengerjap kemudian mendapati teoat di depan matanya sebuah karya indah ciptaan Tuhan.Kenward tersenyum. Shafira kemudian mempersiapkan diri untuk segera turun dari pesawat. Mereka berjalan melewati banyaknya penumpang d
Hoek. Hoek. "Ken ...." Sudah satu bulan terakhir Shafira merasakan sensasi yang tak biasa. Tubuhnya mudah lelah dan tidak berselera untuk makan. Seperti pagi ini, sudah tiga kali dia memuntahkan apa yang telah dimakannya. "Ken ...."Suaranya mulai melemah. Dia tidak bisa lagi untuk sekedar memanggil suaminya. Lagi dan lagi cairan itu keluar. Dia terus memuntahkan isi perutnya. Tubuhnya semakin melemah. Shafira berusaha untuk keluar dari kamar mandi dan menuju ranjang. Sayangnya, tubuhnya tidak kuat lagi. "Shafira!" teriak Ken saat melihat istrinya tergeletak di depan kamar mandi. Sigap dia menghampiri istrinya dan segera mengangkat menuju ranjang. Kenward mulai panik melihat kondisi Shafira yang melemah. "Kamu tunggu aku di sini dulu. Aku mau panggil yang lain."Shafira tak mampu lagi untuk menjawab. Ken bergegas dan berlari keluar kamar. "Tolong! Tolong!" Suaranya menggelegar hingga membuat beberapa pelayan segera menghampirinya. Ada juga yang mencari Tuan Abimana dan men
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Kenward di klinik kami. Silakan duduk!" sambut dokter Raisa sembari mempersilahkan mereka untuk duduk. "Saya ingin memeriksakan kandungan istri saya.""Ah, iya, Tuan. Kemarin dokter Gifari sudha menceritakan itu semua. Ternyata calon penerus Guinandra Group sudah ada."Shafira tersenyum tersipu malu. Kabar kehamilannya ternyata sudah diketahui oleh dokter yang akan memeriksa kandungannya. "Baik, Nyonya Shafira, kapan terakhir haid?""Tanggal 7 Maret kemarin.""Gejala apa yang anda rasakan akhir-akhir ini.""Mudah lelah, Dok. Mual, muntah, sensitif terutama pada penciuman.""Menurut hitungan kami, usia kandungannya lima minggu tiga hari. Namun, untuk memastikan kita lakukan pemeriksaan USG ya."Dokter kemudian memerintahkan Shafura untuk berbaring di atas brankar pemeriksaan yang dibantu oleh Mia. Perlahan gamis yang dipakai disingkap ke atas setelah sebelumnya setengah tubuhnya ditutup oleh kain selimut.Dokter Raisa kemudian mulai memeriksa kondis
"Alice sudah ingatkan Papa waktu itu untuk bergerak cepat, tapi Papa tidak menggubrisnya. Hasilnya lihat kan? Shafira positif hamil!""Alice, kamu harus tenang, Sayang," bujuk Nyonya Shafira. "Tenang? Saat kondisi seperti ini Mama masih menyuruhku tenang?" tanya Alice demgan luapan emosi yabg menggebu. "Kalian sama sekali tidak menghargai usahaku untuk mendapatkan Ken. Sekarang, dengan hamilnya Shafira, aku tidak bisa lagi untuk merebut hatinya. Kalian menghancurkan mimpiku!""Diamlah, Alice!" bentak Tuan Agatha. Alice yang baru saja pulang berbelanja bersama teman-teman sosialitanya tersulut emosi saat tahu Shafira benar-benar mengandung buah hati Kenward. Dia tidak bisa mengontrol emosinya. Langkahnya melebar mencari di mana Shafira berada. Napasnya memburu. "Shafira!"Suaranya menggelegar. Hari ini Tuan Abimana dan Tuan Albern dalam perjalanan bisnis ke Surabaya. Gio dan Ken saat ini tengah mengadakan pertemuan penting dengan klien di sebuah cafe. Matanya mengedar ke segala s