Share

Bab 2

Author: A.jay
last update Huling Na-update: 2021-08-08 18:45:49

"Putri, kenapa rambut mu? Kayak abis berantem." Pagi ini, aku menuruni anak tangga sebelum berjalan menuju dapur. Dihadang oleh pertanyaan dengan keheranan dari mama mertua cantik yang punya dua anak laki-laki dan salah satunya suamiku mas Daniel yang sombong itu.

"Gagal ma!" Aku menjawab lesu begitu sampai di undakan bawah.

"Kok, bisa! Apa lingerie kurang hot dan seksi?" Mama mertua ku yang sudah lebih dulu dibawah lantai dasar mengernyit kan dahi penuh keheranan.

Aku menarik napas pelan dengan berat aku bertanya.

"Mama yakin, kalau Mas Daniel suka sama cewek?" Tanyaku lirih saat jarak mama mertua dengan tidak terlalu jauh.

"Yakin lah!" Tak ada keraguan ku temukan saat mama mertuaku menjawab. Jika sudah begini siapa yang salah?

"Terus, kenapa Mas Daniel kayak jijik ya, Ma.. sama putri, apa putri jelek gitu?".

Mama mertua menggeleng lantas menatap ku sendu.

"Siapa bilang kamu jelek?"

Nggak ada sih yang bilang aku jelek, cuma dari cara suamiku bersikap dan menatap ku bahkan menegaskan kalau sama sekali aku nggak menarik baginya.

"Apa karena putri cewek miskin, makanya Mas Daniel jijik?"

"Enggak sayang, jangan merendahkan diri seperti itu ya! Kita semua sama kok Dimata tuhan."

Aku beruntung bukan? Dapat mama mertua yang baik. Bukan seperti emak-emak mertua yang menyeramkan seperti di drama-drama tv dan curahan hati di medsos yang menjadi bahan favorit masyarakat di jaman milenial ini.

*******

"Ma, pergi dulu ya." Mas Daniel telah siap dengan pakaian kasual dan kamera DSLR yang menggantung dileher, membuat ku dan mama mertua yang tengah bercengkrama di ruang tengah tersentak.

"Kemana lagi? Kemaren mancing, hari ini mau jadi fotografer, waktu buat istri kamu kapan, Dan?"

Aku meremas pelan jariku dan menunduk kebawah ketika Mas Daniel menatap ku tak bersahabat begitu sang mama mengolok dirinya.

"Pokoknya mama nggak mau tahu, kalau mau pergi bawa putri."

"Tapi, Ma...?"

"Nggak usah Ma." Aku buru-buru menyela, aku nggak mau pergi sama laki-laki yang sombong ini pasti dia berpikir aku ini adalah beban buatnya.

"Tuh, kan putri aja nggak mau?"

Aku bangkit dan buru-buru ke kamar. Saat merasakan diri ini tak dianggap dan beban buat lelaki kaya seperti mas Daniel.

"Dasar cengeng! Buruan ganti baju!" Aku yang terisak dipojok kamar langsung terkejut saat menyadari Mas Daniel menyusul langkah ku kamar.

"Mau ngapain?" Tanyaku meski dengan perasaan sesak

"Jalan lah, apalagi!" Jawabnya ketus

"Enggak, aku mending dirumah aja nanti kamu malu?"

"Dasar baperan!"

"Dasar sombong, aku nggak mau ikut!"

"Dasar cengeng!"

"Emang nya kalau mau pergi sama mas, harus ada pemaksaan gitu?" Tanyaku

"Harus ikut! Jangan membantah kata suami!! kalau suami bilang ikut ya ikut!"

What's, apa aku tidak salah dengar suami!

Ya ampun sejak kapan pabrik gula pindah kesini, kok rasanya manis bener pas dia menyebut dirinya sebagai suami aku.

Duh, kan.... pipiku merona dan bibirku tersenyum tipis kayak mimpi sih, tapi nanti dia pasti menyadarkan ku di alam yang nyata, tapi nggak apa-apa dikit aja mengkhayalkan biar ada rasa manis manisnya gitu. Hehe....

******

Suamiku yang katanya hobi dari kecil fotografi, tampak fokus dengan kamera di tangan. Asal menemukan objek yang indah wisata alam yang akan kami kunjungi, dia akan mengambil gambar dan menjepret spot yang bagus dari berbagai sudut.

Keberadaan ku disini tak lebih sebagai pelengkap yang mendampingi dia untuk menyalurkan hobi. Jangan kan untuk mengajak mengobrol sesekali, menoleh saja yang berjalan disampingnya pun tidak. Miris ya bagai tak dianggap.

Benar, aku seperti tak terlihat oleh matanya.

Tahan.... jangan menangis nanti dikatain baperan, cengeng!!

"Dan, sebenarnya bini lu tuh putri, apa kamera?"

Mas Daniel mengehentikan aksi jeprat-jepret ketika ada seseorang yang menegur nya.

Dia... Evan, kan? sepupu suamiku?

"Apaan sih... elu, masa iya gue foto-foto sambil gandeng tangan dia! Ngaco lu!" Mas Daniel akhirnya bersuara setelah sekian lama diam dan fokus dengan kamera kesayangan.

Evan mendengus kecil

"Yaudah, pinjam bini elu bentar  ya, Dan."

Suamiku menatap sepupunya nya dengan tatapan tajam dan waspada.

What's? pinjam dibilang Evan? emang apa dipikirnya aku ini barang atau korek api, seenaknya bilang pinjam.

"Pinjam buat apaan?" sahut suamiku dengan pandangan galak.

"Mau diajak foto bareng, terus aku kirimin ke Shela. Biar dia tau kalau gue udah move on."

"Lah...ya, jangan bini gue juga kali, yang elu jadiin pacar abal-abal!"

Duh... ada aroma-aroma bau kecemburuan, aku suka! aku suka!

"Alah..... pinjam bentar, lima menit nggak lama kok."

"Terserah deh, terserah elu!"

Evan menarik tanganku dan membuat kami dan dirinya sedikit menyingkirkan dari hadapan Mas Daniel.

"Satu.....dua..... ti....."

Aku  buru-buru menjauhkan wajah ku saat Evan secara tiba-tiba ingin mengecup pipiku. lancang juga adik Mas Daniel ini. Apa dia ingin merasakan kecupan sendal jepit yang kupakai melayang ke wajahnya?

"Heh! apa-apaan elu! jangan mendahului gue buat cium- cium si putri! itu jatah gue yang belum gue ambil." Mas Daniel berjalan dan mendekati kami dengan wajah yang marah

Jatah yang belum diambil? kok aku jadi bingung sih, padahal malam kemaren aku berusaha mati-matian untuk menggodanya dengan balutan lingerie seksi agar dia tergoda dan membuat dedek bayi.

Ehhhh .... salah dedek bayi buat ibu mertuaku lebih cocok nya. Karena umur Mas Daniel ini sudah tuir alias sudah tua, hehe....

Tapi... kok, ya ampun Mas Daniel menyamakan aku dengan jatah beras raskin, dih.... tega kamu Mas...

"Apa? jadi elu belum ngapa-ngapain si putri?"

Mas Daniel nampak salah tingkah saat Evan mencecar dengan pertanyaan maut itu.

"Rugi elu, punya bini nggak di apa-apain."

komentar Evan sedikit banyak membuat perbedaan ekspresi di wajah Mas Daniel.

"Apa gue yang harus wakil kan?" pertanyaan Evan yang nyeleneh ternyata sukses memancing tangan suamiku menonyor kening sepupunya.

"Sembarangan elu kalo ngomong!"

Evan tertawa tanpa rasa berdosa.

"Putri, ayo pulang! unfaedah ngomong sama pakboy kayak dia." Mas Daniel menggandeng tangan ku ketika dia mencibir  sepupunya yang sedari tadi terus- menerus cengar-cengir nggak jelas.

Ya, ampun mimpi apa aku tadi malam? ini beneran mas Daniel menggenggam tanganku?

So, sweet banget nggak, sih?

serasa seperti di film-film Korea rasanya menyelamatkan ku dari para penjahat.

Tuh, kan rasa halu aku selalu menghampiri otak ku, korban drakor, sih.... makanya halu!

*******

hai para pembaca bantu follow ya.

jangan lupa yang panjang lebar ya.

terima kasih...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 34

    "Mas, kapan Mama sama Papa balik kejakarta?" Aku mengalihkan pembahasan saat merasa Mas Daniel terus-menerus tertarik membicarakan tentang hal yang tak jelas dan cenderung menjengkelkan hati."Katanya, sih, nunggu tiga atau empat harian lagi, nunggu Delon pulih," ungkapnya yang membuatku sedikit tenang dan gembira. Jujur, keberadaan Mama di rumahini sangat aku rindukan. Bagaimana tidak, bukankah beliau sosok ibu yang mengayomi?"Oh..."'Kenapa?""Tidak apa-apa kok? Syukurlah kalau keadaan Delon sudah mulai membaik."Mas Daniel mengangguk samar.Teringat masa kecil ku, aku merasa bersyukur karena aku tipe anak yang jarang sakit. Tak bisa di bayangkan jika aku yang hidup dalam garis kemiskinan sering sakit. Namun, Allah benar-benar Maha Adil. Dia tak kan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya. Dan kini, aku pantas bersyukur karena melalui Dia, seorang suami tampan yang mencintai hadir melengkapi hidupku.Aku tertegun ketika Mas Daniel menepuk pundakku."Eh, eng-enggak," sahutku

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 33

    "Aku tidak tahu kamu lagi bohong apa jujur soal perasaan kamu ke aku. Tapi terima kasih telah mengungkapnya, jadi aku tahu rasanya dicintai." Ucapku lirih ketika merasa hati ini mulai merasakan kenyamanan , meski kadang masih ragu tentang perasaan sebenarnya padaku.Sejurus kemudian, Mas Daniel menatapku sendu. Seolah ingin mematahkan pendapatku, pria berbibir tipis ini meraih tanganku dan menggengamnya erat."Aku janji sama kamu, akan kubuat kau bahagia selagi jantungku masih berdetak," ucapnya penuh keseriusan. Membuatku merasa tersanjung seperti di bawa terbang ke awang-awang."Kamu jadi lebih puitis akhir-akhir ini." Ucapku pelan dan langsung dibalas dengan senyuman manis suamiku."Tapi, makasih, ya. Jadi, walaupun akhirnya nanti harus kecewa, tapi setidaknya aku sudah tahu rasanya dicintai olehmu." Imbuhku lirih, saat hati mendadak didera perasaan waspada. Takut Mas Daniel hanya ingin mempermainkanku saat ini. Seperti yang sudah-sudah."

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 32

    Aku tak mengerti apa alasan Mas Daniel mengajakku singgah ke ssbuah toko emas dan berlian disalah satu gerai mall elit ini."Mas, mau beli apa disitu?""Lehermu sepertinya bakalan indah kalau salah satu kalung melekat di sini."Aku yang tak pernah menyangka bakal di bawa ke tempat semewah ini, kelimpungan saat Mas Daniel menunjuk salah satu kalung pada etalase kaca di hadapan kami."Itu sepertinya cocok sama kamu." Sebuah kalung emas bertahtakan berlian dengan liontin berbentuk huruf P memang membuatku takjub saat menatap kecantikan dan keindahannya."Kamu menyukainya?" Pertanyaan Mas Daniel saat ini, benar-benar membuatku gugup. Wanita mana yang tak suka dengan perhiasaan? Mungkin ada, tapi rasanya sebagian besar menyukainya."Mbak, ambil yang ini, ya.""Baik, pak." Pelayan toko emas dengan cepat mengambil kalung cantik yang dimaksud suamiku."Coba pakai dulu," ujarnya setelah kalung itu berpindah tangan padaku."Ini...

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 31

    "Maksud lu?" Alan menyorot tajam wajah sepupunya. Membuat Mas Daniel sedikit salah tingkah dibuatnya. Seperti aku, Alan pun tampaknya tak terlalu mengerti dengan ucapan Mas Daniel belum lama ini. "Lu bicara apa barusan?" Cecar Alan kemudian. Menanggapi pertanyaan Alan, Mas Daniel terlihat semakin gugup. Ada apa? "Ya ... ya almarhum papa lu pastinya berharap lu tobat dulu, lah, kalau mau ambil anak orang buat dijadikan istri." Kilahnya kemudian, namun tetap membuatku sedikit penasaran dengan ucapan yang dia lontarkan secara sungguh-sungguh beberapa saat yang lalu. "Apaan sih, gak jelas!" Cibir Alan sambil menyertakan tampang sinisnya. Alan kemudian mengalihkan pandangan padaku. "Ya sudah, Put. Aku pulang dulu, kalau ada apa-apa jangan sungkan buat telepon aku." Aku mengangguk kaku saat Alan menampilkan senyum manis ketika menampilkan senyum manis ketika menempelkan jempol dan kelingking yang biasa menjadi kode telepon, d

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 30

    (POV Daniel)"Mas, aku turun dulu, ya ke dapur." Putri bersuara lembut, ah, tidak, lebih tepatnya sengau ketika meminta izin turun kedapur. Meninggakan aku yang masih duduk santai di sofa kamar sembari memainkan ponsel."Ya." Aku hanya menatap sekilas sebelum gadis belia itu turun dan melakukan aktivitas yang seperti sudah menjadi rutinitasnya.Pukul 06.00 wib aku masih berdiam diri disini, tersentak saat tiba-tiba ada yang menelepon.Nomor yang tidak dikenal yang aku tahu betul siapa orangnya menghubungi diriku lagi pagi ini.Kuangkat panggilan meski dengan gerakan malas."Mas, jangan bilang kalau kamu sudah benar-benar jatuh cinta, ya sama dia?"Suara yang dulu terdengar manis ditelinga, kini tak lagi sama.Kuakhiri panggilan tanpa menjawab. Berharap dia mengerti dengan keputusan yang sudah berulang kali aku sampaikan.Maaf, Lita... jika akhirnya aku ingkar janji. Tak semudah itu rupanya mempertahankan hati d

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 29

    Melihatnya meraih ponsel, hatiku mendadak panas meski sebelumnya sempat menguatkan hati untuk tak terpengaruh dengan apa pun yang menyangkut Mas Daniel. "Iya, Ma?" Terlihat lelakiku menyapa saat mungkin sudah terhubung melalui sambungan telepon dengan lawan bicaranya. Oh, rupanya Mama yang menelepon sang anak, aku tak bisa mengerti kenapa ada rasa lega yang menjalar didada. Saat tahu jika ternyata Mama mertua yang menelepon, bukan Lita seperti yang kuperkirakan sebelumnya. Aku yang sedang melipat mukena, hanya memperhatikan dari jauh suamiku yang sedang bertelepon ria dengan Mamanya. Setelah beberapa saat menyapa sang Mama, terlihat Mas Daniel terdiam untuk waktu yang cukup lama. Mungkin saja dia tengah mendengar dan mencerna baik-baik petuah yang diberikan oleh wanita yang telah melahirkannya, aku tak tahu. "Apa!?" Jelas sekali Mas Daniel syok. Ah, ada apa ini sebenarnya? Kabar apa yang membuat dia jadi sedemikan terkejut? "Ja

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status