Share

Bab 5.

Author: A.jay
last update Last Updated: 2021-08-09 00:20:54

"Kamu akan tetap disini." Mas Daniel menahan tanganku dengan raut wajah yang tegas. Membuatku yang hampir saja menarik langkah, tapi tetap bertahan ditempat yang rasanya tak pantas buatku.

"Karen, berhentilah mengolok-olok apalagi mengejek dia, karena dia itu... Istriku!"

Aku mendongak menatap Mas Daniel yang tengah berbicara pada si rambut pirang. Ada yang berdesir di dadaku ketika akhirnya, Mas Daniel mau mengakui status aku sebagai istri didepan gadis sombong itu.

Ya ampun, kok jadi pengen joget-joget kayak film India,"Kau ... Jadikan aku ... Wanita yang kau pilih..."

Romantis banget sih, serasa jadi wanita wanita yang di film Korea menyelamatkan pujaan hati nya.

Tapi nggak mungkin lah aku melakukan hal kayak gitu, yang ada malah dikatain norak, kampungan!

"Apa? Kamu seriusan suka sama bocah kampungan itu, Daniel?" Muka si banaspati, eh, salah, muka Karen berubah jadi semerah tomat busuk pas mendengar pengakuan Mas Daniel.

Mas Daniel diam, tak mengiyakan juga tak menampik. Tapi buat aku, sih, itu udah lebih dari cukup.

Bukan cuma wajahnya yang Semerah tomat, mata biru ala-ala bule pun kayak mau copot waktu mencibir suamiku yang emang super ganteng ini.

"Bahkan seujung kuku pun dia nggak ada apa-apa nya dibanding Lita, kok bisa-bisanya sih?" Dia bersedekap sambil memalingkan muka. Masih kayak nggak percaya gitu, kalau akhirnya Mas Daniel mengakui aku sebagai istri nya.

"Please, nggak usah bahas Lita lagi. Hubungan aku sama dia udah berakhir."

Gadis yang menyebalkan itu ternyata bernama Karen menatap tajam wajah Mas Daniel sebelum menarik langkahku dengan gusar. Menjauhi kami yang ternyata masih bergandengan tangan dari tadi tanpa kami sadari.

"Ayok, kita duduk disebelah sana." Mas Daniel menunjukkan sebuah meja yang jaraknya tak begitu jauh dari pendopo kecil di restoran ini.

Kami pun duduk dan tak menunggu waktu yang lama, makanan pembuka atau appetizer pun datang. Ada lumpia, bakwan, batagor, serabi dan dimsum. Semua di sajikan dengan porsi mini.

Aku pun mengambil lumpia dan serabi, sementara Mas Daniel memilih dimsum.

"Makasih." Aku berucap setelah serabi lolos ke perut.

"Buat apa?"

"Karena sudah membelaku."

"Kapan?" Mas Daniel sedang mencocol dimsum pada saos, mendongak kepadaku.

"Waktu di depan Karen tadi, ish!"

Parah! ganteng-ganteng amnesia akut!

"Oh....."

Oh saja?

"Itu sudah menjadi tugasku!"

Ucapan Mas Daniel ini beneran buat aku makin deg-degan.

"Aku cuma nggak mau kamu pulang dengan keadaan seperti tadi."

Senyum yang hampir ku ukir, aku pending.

"Jadi...."

"Papa pasti marah." Balasnya pelan tapi nggak mengenak kan sekali jawabannya.

Ya ampun, pamrih sekali ternyata Mas Daniel.

Aku mengerucutkan bibir karena kesal. Setelah selesai dengan makanan pembuka, berbagai hidangan makanan aneh yang membuatku tak begitu selera saat melihat nya, datang kemudian.

Ih, makanan jenis apa, sih, kayak gitu bentuknya? yang makanan pembuka tadi masih mending. Lah ini?

"Kamu kenapa?"

Aku menggeleng pelan.

"Ayo makan!" Mas Daniel memerintah melalui tatapan mata.

"Aku nggak bisa makan makanan aneh kayak gini, Mas!"

"Aneh kamu bilang? ini cuma steak ayam barbeque." Dia menunjukkan ayam tepung yang yang ada saus nya bikin aku ragu rasanya enak apa nggak.

Aku mencebik kecil.

"Pulang dari sini aku mau beli ayam geprek yang dijalan."

Mas Daniel menghela napas kasar. Kayaknya dia lagi kesal banget sama aku. Biarin ajalah! Pening kalau dipikir-pikir.

Sebuah tawa pelan terdengar dari meja yang tak begitu jauh dari tempat ku dan Mas Daniel duduk.

Lelaki dengan kemeja warna navy menoleh kepadaku saat aku bersungut-sungut kesal, membuat suamiku geram setengah mati.

"Hah...dia, ya ampun! Dia kan... " Aku berucap lirih sambil mengingat-ingat saat menyadari wajah itu tidak terlalu asing bagiku.

Aku menggeleng pelan.

"Perasaan waktu belanja nggak pernah pakai baju keren begitu? Biasa tampil urakan malah, ini kok rapi bener?" Aku menggumam pelan saat pelan-pelan bisa mengingat siapa laki-laki yang duduk di sebrang sana.

Kira-kira dia siapa ya? Begitu mengusik sekali dipikiran Putri?

Aku berpikir keras siapa yang memperhatikanku dari jauh, wajahnya tak asing bagiku. Hmmm

"Oh...udah potong rambut juga dia." Aku kembali mengguman lirih saat menyadari dia yang selama ini tampil dengan gaya urakan, tampil rapi dengan rambut cepak.

"Mirip... Nicholas Saputra."

"Putri, please jangan mengigau!"

Aku terkesiap saat Mas Daniel menegurku tiba-tiba.

"Aku nggak lagi ngigau, ish!"

Tak lama kemudian lelaki itu bangkit dan berjalan kepadaku. 

"Pantesan nggak pernah kelihatan di indo*m*ret simpang empat, rupanya udah jadi nyonya sekarang. Keren ya kamu."

Pemuda itu yang biasanya tampil urakan berucap setengah berbisik saat sedikit membungkukkan badan di sampingku. Membuat ku terdiam kaku. Wangi parfum mint yang maskulin yang dia pakai memanjangkan indera penciuman ku.

"Padahal yang bikin aku semangat belanja disana itu kamu, loh?"

Aku membelalakkan mata mendengar ucapannya yang entah basa-basi atau serius, aku tidak begitu paham dari kata-kata nya.

Terlihat Mas Daniel mengetatkan rahang nya ketika pemuda yang biasanya jadi pelanggan di minimarket tempat aku bekerja dulu, terus berbisik di telinga ku.

"Tolong menjauh sedikit darinya, dia istri ku!"Mas Daniel bangkit dan memperingatkan dengan suara lantang, membuat lelaki yang membungkukkan badan di sampingku, menoleh.

Ya ampun, katanya aku harus jaga sikap disini. Tapi, kok malah Mas Daniel yang berbuat norak?

Ngapain harus teriak-teriak begitu sih, orang Nicholas Saputra KW ini juga nggak ngapa-ngapain aku.

Cuma bisik-bisik doang, bukan bisik-bisik tetangga. Ihh... Mas Daniel nggak asik banget, dasar suami ini maunya apa sih? Bingung aku tuh.

"Oh... Maaf,benarkah dia istri mu? Kenapa kau terlihat kaku padanya? Apa kalian menikah karena perjodohan?"

Tanpa menunjukkan rasa takut, lelaki yang tak ku ketahui namanya menyahut santai ucapan suamiku. Begitu dia menegakkan badan dan menatap wajah suamiku membuat Mas Daniel terlihat makin menajamkan pandangan.

Cowok ini dukun atau cenayang apa? Kok bisa tau aku sudah menikah sama Mas Daniel karena dijodohkan sama papanya.

"Bukan urusan mu!" Sambar suamiku masih menunjukkan ekspresi wajah tak bersahabat.

Tanpa ku ketahui apa motifnya, lelaki yang dulu kerap datang berbelanja di minimarket tempat dulu aku bekerja sebagai kasir.

"Kalau kira-kira perjodohan ini sangat membebani dirimu, cerita saja dengan ku. Dengan senang hati aku memberikan solusi terbaik bagimu." Lelaki yang berdiri di samping dan tak terlalu jauh dariku, berucap setengah berbisik dengan ku. Tapi aku yakin, masih bisa terdengar baik oleh Mas Daniel.

Terlihat suami ku mengepalkan tangannya. Apa dia sedang marah? Marah buat apa? Apa dia cemburu? Rasanya nggak mungkin deh.

Duh, buang jauh-jauh pikiran aneh itu Putri! Jelas-jelas Mas Daniel itu masih ada rasa sama mantannya. Terkadang aku terlalu percaya diri kalau Mas Daniel menyukai ku.

"Ini kartu namaku."Lelaki yang kini terlihat lebih rapi dibanding sebelum-sebelumnya, meletakkan sebuah kartu nama tepat didepan ku diatas meja.

Aku membeku, tak tahu harus menerima atau menolak nya. Yang bisa aku lakukan hanya menatap kartu nama itu tanpa kata sambil melirik siapa nama asli cowok yang mirip artis Nicholas Saputra KW ini.

"Disini ada, nomor hape aku. Hubungi saja aku kalau kamu butuh teman."

Seolah tak menghiraukan keberadaan Mas Daniel, lelaki ini mengerling nakal padaku yang masih diam membatu.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 34

    "Mas, kapan Mama sama Papa balik kejakarta?" Aku mengalihkan pembahasan saat merasa Mas Daniel terus-menerus tertarik membicarakan tentang hal yang tak jelas dan cenderung menjengkelkan hati."Katanya, sih, nunggu tiga atau empat harian lagi, nunggu Delon pulih," ungkapnya yang membuatku sedikit tenang dan gembira. Jujur, keberadaan Mama di rumahini sangat aku rindukan. Bagaimana tidak, bukankah beliau sosok ibu yang mengayomi?"Oh..."'Kenapa?""Tidak apa-apa kok? Syukurlah kalau keadaan Delon sudah mulai membaik."Mas Daniel mengangguk samar.Teringat masa kecil ku, aku merasa bersyukur karena aku tipe anak yang jarang sakit. Tak bisa di bayangkan jika aku yang hidup dalam garis kemiskinan sering sakit. Namun, Allah benar-benar Maha Adil. Dia tak kan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya. Dan kini, aku pantas bersyukur karena melalui Dia, seorang suami tampan yang mencintai hadir melengkapi hidupku.Aku tertegun ketika Mas Daniel menepuk pundakku."Eh, eng-enggak," sahutku

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 33

    "Aku tidak tahu kamu lagi bohong apa jujur soal perasaan kamu ke aku. Tapi terima kasih telah mengungkapnya, jadi aku tahu rasanya dicintai." Ucapku lirih ketika merasa hati ini mulai merasakan kenyamanan , meski kadang masih ragu tentang perasaan sebenarnya padaku.Sejurus kemudian, Mas Daniel menatapku sendu. Seolah ingin mematahkan pendapatku, pria berbibir tipis ini meraih tanganku dan menggengamnya erat."Aku janji sama kamu, akan kubuat kau bahagia selagi jantungku masih berdetak," ucapnya penuh keseriusan. Membuatku merasa tersanjung seperti di bawa terbang ke awang-awang."Kamu jadi lebih puitis akhir-akhir ini." Ucapku pelan dan langsung dibalas dengan senyuman manis suamiku."Tapi, makasih, ya. Jadi, walaupun akhirnya nanti harus kecewa, tapi setidaknya aku sudah tahu rasanya dicintai olehmu." Imbuhku lirih, saat hati mendadak didera perasaan waspada. Takut Mas Daniel hanya ingin mempermainkanku saat ini. Seperti yang sudah-sudah."

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 32

    Aku tak mengerti apa alasan Mas Daniel mengajakku singgah ke ssbuah toko emas dan berlian disalah satu gerai mall elit ini."Mas, mau beli apa disitu?""Lehermu sepertinya bakalan indah kalau salah satu kalung melekat di sini."Aku yang tak pernah menyangka bakal di bawa ke tempat semewah ini, kelimpungan saat Mas Daniel menunjuk salah satu kalung pada etalase kaca di hadapan kami."Itu sepertinya cocok sama kamu." Sebuah kalung emas bertahtakan berlian dengan liontin berbentuk huruf P memang membuatku takjub saat menatap kecantikan dan keindahannya."Kamu menyukainya?" Pertanyaan Mas Daniel saat ini, benar-benar membuatku gugup. Wanita mana yang tak suka dengan perhiasaan? Mungkin ada, tapi rasanya sebagian besar menyukainya."Mbak, ambil yang ini, ya.""Baik, pak." Pelayan toko emas dengan cepat mengambil kalung cantik yang dimaksud suamiku."Coba pakai dulu," ujarnya setelah kalung itu berpindah tangan padaku."Ini...

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 31

    "Maksud lu?" Alan menyorot tajam wajah sepupunya. Membuat Mas Daniel sedikit salah tingkah dibuatnya. Seperti aku, Alan pun tampaknya tak terlalu mengerti dengan ucapan Mas Daniel belum lama ini. "Lu bicara apa barusan?" Cecar Alan kemudian. Menanggapi pertanyaan Alan, Mas Daniel terlihat semakin gugup. Ada apa? "Ya ... ya almarhum papa lu pastinya berharap lu tobat dulu, lah, kalau mau ambil anak orang buat dijadikan istri." Kilahnya kemudian, namun tetap membuatku sedikit penasaran dengan ucapan yang dia lontarkan secara sungguh-sungguh beberapa saat yang lalu. "Apaan sih, gak jelas!" Cibir Alan sambil menyertakan tampang sinisnya. Alan kemudian mengalihkan pandangan padaku. "Ya sudah, Put. Aku pulang dulu, kalau ada apa-apa jangan sungkan buat telepon aku." Aku mengangguk kaku saat Alan menampilkan senyum manis ketika menampilkan senyum manis ketika menempelkan jempol dan kelingking yang biasa menjadi kode telepon, d

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 30

    (POV Daniel)"Mas, aku turun dulu, ya ke dapur." Putri bersuara lembut, ah, tidak, lebih tepatnya sengau ketika meminta izin turun kedapur. Meninggakan aku yang masih duduk santai di sofa kamar sembari memainkan ponsel."Ya." Aku hanya menatap sekilas sebelum gadis belia itu turun dan melakukan aktivitas yang seperti sudah menjadi rutinitasnya.Pukul 06.00 wib aku masih berdiam diri disini, tersentak saat tiba-tiba ada yang menelepon.Nomor yang tidak dikenal yang aku tahu betul siapa orangnya menghubungi diriku lagi pagi ini.Kuangkat panggilan meski dengan gerakan malas."Mas, jangan bilang kalau kamu sudah benar-benar jatuh cinta, ya sama dia?"Suara yang dulu terdengar manis ditelinga, kini tak lagi sama.Kuakhiri panggilan tanpa menjawab. Berharap dia mengerti dengan keputusan yang sudah berulang kali aku sampaikan.Maaf, Lita... jika akhirnya aku ingkar janji. Tak semudah itu rupanya mempertahankan hati d

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 29

    Melihatnya meraih ponsel, hatiku mendadak panas meski sebelumnya sempat menguatkan hati untuk tak terpengaruh dengan apa pun yang menyangkut Mas Daniel. "Iya, Ma?" Terlihat lelakiku menyapa saat mungkin sudah terhubung melalui sambungan telepon dengan lawan bicaranya. Oh, rupanya Mama yang menelepon sang anak, aku tak bisa mengerti kenapa ada rasa lega yang menjalar didada. Saat tahu jika ternyata Mama mertua yang menelepon, bukan Lita seperti yang kuperkirakan sebelumnya. Aku yang sedang melipat mukena, hanya memperhatikan dari jauh suamiku yang sedang bertelepon ria dengan Mamanya. Setelah beberapa saat menyapa sang Mama, terlihat Mas Daniel terdiam untuk waktu yang cukup lama. Mungkin saja dia tengah mendengar dan mencerna baik-baik petuah yang diberikan oleh wanita yang telah melahirkannya, aku tak tahu. "Apa!?" Jelas sekali Mas Daniel syok. Ah, ada apa ini sebenarnya? Kabar apa yang membuat dia jadi sedemikan terkejut? "Ja

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 28

    "Sudahi omong kosong mu, Putri! Masuk sekarang!" Alan tampak menutup ponselnya dengan kaku saat sepupunya memberikan perintah serupa secara paksa kepadaku. Aku masih diam membatu, tak tertarik untuk langsung masuk dan mengikuti perintah suamiku tak berperasaan ini. "Aku bilang masuk!" Teriak Mas Daniel mengulang lagi titahnya yang tak juga kuindahkan meski berkali-kali dia berucap dengan nada marah. "Makasih ya," aku menatap Alan dengan perasaan mengharu biru sesaat sebelum menarik langkah masuk. Memenuhi perintah lelaki yang bergelar suami yang sayangnya tak pandai menjaga perasaanku apalagi memanusiakan diriku selayaknya istri. Alan mengangguk gugup ketika tatapan kami beradu. Dari sinar matanya, jelas sekali dia menaruh rasa iba dan prihatin atas apa yang menjadi takdirku. Memiliki suami yang bahkan menganggapku tak lebih dari objek yang bisa dia lepas dikala dia bosan. "Ingat, ada gue yang siap menghapus air matanya kalau kau

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 27

    "Putri, kamu baik-baik saja kan sama Mas Daniel." Aku diam membeku saat Mama yang telah berpakaian rapi, memberikan wejangan padaku. "Mama sama Papa?" tanyaku bingung saat melihat kedua mertuakuseperti siap untuk pergi siang ini. "Mama sama Papa harus ke jogja, sayang. Delon sakit dan harus dirawat. Mama nggak tega," ungkap Mama mertua dengan mata berkaca-kaca. "Iya, Ma. Semoga semuanya baik-baik saja, ya." *** Sorenya Alan yang mungkin tak semat dikabari oleh Mama mertua datang dengan wajah ceria ketika bertandang. "Ma.... aku datang." Masuk ke ruang tamu, Alan berseru dengan lantang seperti biasanya. "Mama lagi ke jogja, Delon sakit dan harus di rawat." Sambil menuruni anak tangga aku menyampaikan apa yang rasanya perlu untuk disampaikan. "Oh... poor boy." Alan menunjukan simpati saat mendengar sepupunya dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. "Semoga saja lekas membaik, r

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 26

    "Maaf ya, Bik. Aku janji cuma buat malam ini saja." Aku berucap canggung saat merasa tak enak hati karena mengganggu waktu istirahatnya malam ini. "Iya, Mbak." Aku mengedarkan pandangan. Menyadari hanya ada satu kasur bsa setinggi 20 cm dengan ukuran single size, membuatku ragu harus melakukan apa sekarang. "Mbak Putri, tidur diatas saja, biar bibik yang dibawah pakai karpet." Ya Tuhan, kenapa jadi aku makin merasa bersalah begini? "Biar aku saja yang tidur di karpet, Bik." Aku buru-buru memotong ucapan Bik Onah. Tak mau egois dengan mengesampingkan orang lain padahal aku yang menumpang. "Jangan!" "Tidak apa-apa, Bik. Aku dari kecil sudah biasa hidup susah." "Jangan Mbak, pokoknya jangan." "Putri!" Terdengar suara Mas Daniel dari balik pintu. Membuat pikiran ku jadi makin tak karuan dibuatnya. "Bagaimana itu, Mbak?" Bik Onah yang baru saja menggelar karpet bulu bermotif bunga, menatapku meminta p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status