Share

Lebam Di Tubuh Lusi

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-21 11:19:29

"Iya ini Kakak, kenapa kamu? Kaget? Hah?"

Lula menggelengkan kepala, wajahnya cemas karena perlakuannya yang kasar pada istriku sudah kupergoki.

"Dia ini Kakak iparmu, gimana bisa kamu bersikap begini? Atau apa jangan-jangan selama ini kamu memang bersikap begini?" ujarku lagi seraya menatapnya tajam.

"M--maaf Kak, tadi Lula kaget kenapa Kak Lusi ada di kamar Lula," katanya tergagap.

"Kaget katamu? Tapi apa perlu kamu bersikap begini? Sekolah kan kamu?"

Aku terus menyentaknya, rasanya kesal sekali aku melihat anak SMA sudah berani main kasar sama orang yang lebih tua, mau jadi apa dia nantinya kalau lagi sekolah aja dia gak ada takutnya begini.

Sementara itu ibu dan Kak Tuti datang menghampiri.

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Ibu.

"Ajarin nih si Lula, anak sekolah sikapnya kasar begitu, mau jadi apa dia nanti?" ujarku kesal.

"Tap--pi Bu si gi--."

Ibu menarik lengan Lula sebelum anak itu selesai bicara, akhirnya Lula diam.

"Mulai sekarang kamar ini akan jadi kamar kami, biar si Lula tidur di kamar bekas kami," tegasku.

Lula menyeringai. "Loh gak bisa gitu dong, Kak," protesnya, ibu kembali menarik lengannya.

"Kenapa gak bisa? Selama ini kamu tidur enak di atas kasur kan? Darimana uangnya kalau bukan dari Kakak?" ujarku sambil mengerling ke arah ibu.

Aku sengaja menyindir mereka, agar mereka sadar sampai sekarang hidup mereka yang layak bahkan cenderung lebih itu berkat siapa?

Aku bukan niat mengungkit atau tidak ikhlas memberi ibu dan sodara-sodaraku uang, tapi saat tadi kudengar sendiri obrolan mereka di dapur, aku jadi sensi dan muak sendiri.

"Tapi kalau kamu gak setuju gak apa-apa, biar Kakak dan Kak Lusi tidur di kamar Ibu atau di kamar Kak Tuti aja," imbuhku lagi.

Cepat Kak Tuti melambai tangan. "Eh jangan dong, gak enak sama suami Kakak masa pindah kamar sih."

"Ya udah kami di kamar Ibu."

Ibuku juga menggeleng kepala. "Jangan-jangan, meningan udah di kamar Lula aja, biar si Lula Ibu yang urus." tuturnya.

Lula mengatupkan bibir, wajahnya benar-benar tak santai seperti ingin berontak, tapi mau bagaimana lagi? Semua orang tak mau mengalah.

"Terserah," katanya kemudian sambil berlari ke kamar ibu dan membanting pintu.

"Itulah kalau si Lula selalu dimanjain, jadinya begitu, gak punya sopan-santun sedikitpun," pungkasku seraya mengambil nampan berisi makanan yang tadi sempat kusimpan di atas meja.

Aku lalu membawa Lusi masuk kembali ke kamar Lula.

Di dalam kamar Lusi kembali menangis, lalu dipegang lagi bagian lututnya, kasihan mungkin Lusi sangat kesakitan karena tarikan si Lula yang terlalu kencang sampai menghantam lantai.

"Sakit ya Lus lututnya?" Aku bertanya sambil berjongkok di depan lutut Lusi.

Perlahan kunaikan daster lusuh yang sudah banyak bolongnya itu hingga ke bagian atas lutut. Niat hati ingin melihat seberapa besar luka lebam akibat benturan yang tadi Lula lakukan tapi aku malah menemukan hal yang membuatku kembali terkejut.

"Astagfirullah Lusi, ini apa? Dan ini? Dan ini?"

Aku melihat banyak sekali luka lebam dan merah di bagian paha istriku, entah ini luka bekas apa dan siapa yang melakukannya.

Tak berhenti sampai di sana, aku lalu mengecek bagian punggung Lusi, benar saja, luka-luka memar yang sama juga terdapat di sana, hampir memenuhi punggung Lusi.

"Aw sakit, Bang," kata Lusi, ia mencoba menghindari tanganku.

"Sebentar Lusi, ini kamu kenapa? Siapa yang udah lakuin ini? Siapa yang berani sakitin kamu sampai begini?" cecarku sambil terus mencari di bagian-bagian lainnya.

Lusi kembali menangis. "Perih Bang, perih," katanya lagi.

Gak bener, semua ini pasti ada yang gak bener. Kuteliti lagi dengan baik luka-luka di paha dan punggung Lusi.

"Ini seperti bekas pukulan kayu Lus, apa kamu dipukul pakai kayu?" tanyaku menatapnya serius.

"Bambu," jawabnya pelan dengan sorot mata yang sangat ketakutan.

Bambu? Apa maksud Lusi ia dipukul pakai bambu? Jangan-jangan bambu yang ada di kamar itu ...? Keterlaluan kalau sampai itu bener.

Walau menurut mereka istriku gila, tapi apa pantas istriku dipukul pakai bambu sampai memar-memar begini?

"Kenapa kamu dipukul pakai bambu? Apa jangan-jangan karena kamu teriak-teriak terus ya?"

Lusi menggeleng kepala lalu kembali menangis.

"Jawab Lus, jangan begini, sebenarnya kamu kenapa?"

Tapi Lusi tak bicara atau menjawab pertanyaanku, hanya matanya saja yang terus mengeluarkan air mata sementara bibirnya juga kadang senyum-senyum sendiri.

Ya Tuhan aku jadi bingung, gimana caranya aku bertanya sama Lusi? Sementara aku harus tahu sebenarnya kenapa istriku dipukuli? Dan siapa pelakunya? Tapi sekarang rasanya sulit sekali aku mendapatkan informasi yang jelas dari istriku karena dia tak bisa fokus dan jiwanya sedang benar-benar terganggu.

Baiklah, kutarik napas panjang-panjang, kuhembuskan perlahan. Aku kembali menatap istriku dan memegang kedua bahubya agar Lusi bisa berkonsentrasi.

"Lusi, lihat Abang!"

Ia mengangkat wajah.

"Bilang sama Abang, siapa yang udah mukul kamu? Dan kenapa kamu dipukuli?"

Lusi diam sejenak, ia tampak sedang mengingat-ngingat sesuatu.

"Bilang Lus, jangan takut lagi ya, ada Abang di sini sekarang." Aku meyakinkannya lagi sambil terus mengguncang kedua bahunya.

"Ibu, Kakak, Adek, semuanya," ucapnya kemudian sambil menghitung jari jemarinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
lgsung lapor aja ke polisi..tdk usah cati bukti sndiri.tdi sdh liat sndirikan bgmna ibu dan adekmu memperlakukan Lusi..bahkan hampir d siram air panas..klo lapor pasti pelakuX lgsung panik..
goodnovel comment avatar
Asnidar Ummu Syifa
jangan bego Sandi .... laporin sj langsung ke polisi biar mereka yg mencari peyebabnya
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Duh langsung aj sh lapor sama polisi trus keluar dr rmh neraka itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Menyesal

    "Lusi! Biarkan laki-laki tak berguna itu dibawa, kamu tidak perlu halang-halangi petugas melakukan tugasnya!" Mama mertua berteriak.Lusi menggeleng-gelengkan kepala."Gak Ma, jangan lakuin ini Ma, Lusi mohon, Lusi mohon, Ma."Peristiwa tarik menarik antara polisi dan Lusi pun terus terjadi. "Lus, biarkan Abang dibawa dulu, nanti kita akan jelaskan, takut kamu kenapa-napa," ucapku.Lusi tetap tak mau mengalah, ia terus saja menarikku."Lusi gak mau Abang, Lusi gak bisa hidup tanpa, Abang," katanya mulai terisak."Sudah cukup Lusi! Drama macam apa ini?!" Dengan paksa Mama mertua menarik tangan Lusi.Dan brak gedebughhh. Tangan Lusi terlepas hingga kepalanya terpental ke tembok, sementara tangannya menghantam kaca hingga retak, parahnya saat itu juga Lusi langsung jatuh tak sadarkan diri."Lusiii!" Aku dan Mama mertua teriak spontan."Tante Lusi, ya ampun bangun, Tan." Dara dengan sigap meraih kepala Lusi."Ya ampun Lusi? Lusii maafin Mama Nak, Lusi bangun Sayang, Lus ... Lusi? Lusii!

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Cerita

    PoV SandiFaaz tertawa, "haha ya tentu saja aku kenal."Lanjut Faaz menceritakan tentang pertemuannya denganku saat itu, seminggu setelah aku kecelakaan, Lula mengantarku datang ke sekolah anaknya Faaz."Heiii keluar kau lelaki hidung belang!" teriak Lula saat itu.Buru-buru Faaz keluar dari mobilnya."Maaf ada apa ini?" tanya Faaz, ia terlihat kebingungan karena kami menghadang mobilnya setelah ia mengantarkan anaknya."Halah enggak usah banyak omong kau hidung belang, kemana Kakak iparku sekarang? Kau kemanakan dia, hah?!" sembur Lula berkacak pinggang.Kening Faaz mengerut, sementara aku yang tak sabar cepat mencecarnya juga."Hei apa kau tuli? Kau kemanakan istriku? Di mana dia sekarang?!""Tuggu dulu, kalian jangan emosi begini, istri? Kakak ipar? Siapa yang kalian maksud?""Wanita yang seminggu lalu mengantar anakmu ke sini, dia adalah istriku, kau dengar? Dia ISTRIKU," tegasku tepat di depan wajahnya."Siapa? Lusi maksud Anda?" "Ya tentu saja, siapa lagi, asal kau tahu dia adal

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Pulang

    Aku menggeleng tak percaya. "Apa Mama setega itu sekarang?""Ya, Mama harus tega dan ini demi kebaikan kamu Lusi.""Lusi cuma mau tahu kabar Bang Sandi, Ma.""Enggak!"Aku bergeming menatap beliau sebelum akhirnya melengos pergi dengan rasa kecewa.Aku berusaha untuk sabar menghadapi Mama, berharap beberapa hari ke depan beliau akan terbuka hatinya dan membiarkan aku kembali pada Bang Sandi, tapi ternyata aku salah.Mama malah semakin mengurungku bagai tawanan. Aku tahu beliau sangat menyayangiku tapi caranya sangat salah. Aku tidak dibiarkan pergi kemana pun hanya karena takut komplotan Mas Yono datang menculikku lagi. Akhirnya, setiap hari selama aku tinggal bersama Mama, tak ada yang bisa kulakukan selain pasrah, berharap ada seseorang yang bisa menolongku dan menyadarkan Mama bahwa tindakannya itu salah.Siang itu aku sedang bersender di jendela besar kamarku, sambil kuelus perut yang makin membesar ini aku menangis menumpahkan kesedihanku.Air mata luruh tak tertahan, bagaimana

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Pulang ke Rumah Mama

    "Lus ... Lusi ... bangun Sayang." Suara itu menarikku dalam kesadaran.Spontan aku bangkit saat ternyata Mama ada di sampingku."Ma?" Kutengok lagi di belakangnya Faaz sedang berdiri sambil menundukan kepalanya."Kamu baik-baik aja, Lus?" tanya Mama lagi. Aku mengangguk pelan lalu cepat memeluknya erat."Mama, tolongin Lusi Ma, Lusi takut, Lusi takut, Ma.""Iya Sayang, kamu tenang Nak, kamu sudah aman di sini."Faaz maju selangkah."Tolong maafkan mantan istri saya, dia memang wanita gila," ujarnya pelan.Aku mengangguk pelan, dan terus berlindung dalam dekapan Mama."Siapa yang bawa Lusi ke sini, Ma?""Faaz, dia menemukan kamu di toilet kamar Maisa."Aku melirik lelaki itu sekali lagi, hidupku jadi mengerikan begini gara-gara aku masuk dalam kehidupannya. Ya Tuhan, andai aku bisa secepatnya lepas dari Faaz."Mulai besok kau gak usah tinggal lagi di rumahku." Ucapan Faaz membuatku mengangkat wajah. Dan mendadak senyumku terbit tanpa aba-aba."Ya, pulanglah bersama ibumu, maaf saya sud

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Ketidaksukaan Cio

    "Maisaa! Maisaa!" Mereka berdua berlomba memeluk Maisa, kemudian berusaha membuat anak itu sadar."Awas! Jangan sentuh anakku!" sentak Faaz sambil mendorong mantan istrinya."Mas, apa maksud kamu? Maisa sedang membutuhkanku sekarang.""Enggak!" teriak Faaz lagi, kali ini lebih kencang.Cio memaksa memeluk anaknya alih-alih pergi menuruti keinginan Faaz. Tak heran jika hal itu membuat Faaz naik darah hingga akhirnya lelaki itu membanting lampu meja yang ada di sisi ranjang Maisa."Biarkan dia, aku gak sudi anakku dipeluk oleh perempuan sepertimu! Pergii!! Atau kau akan ku-""Tapi aku Ibunya Mas, aku berhak memeluknya sampai kapanpun," potong Cio.Aku dan bibi saling menatap tak percaya. Bisa-bisanya mereka saling mempertahankan ego masing-masing di saat keadaan genting begini.Karena tak tahan, akhirnya mulut ini refleks berteriak, "sudah cukup! Kalian gak lihat gimana keadaan Maisa sekarang?!"Kedua orang yang sedang berselisih dan adu mulut pun diam."Bisa-bisanya kalian sibuk berten

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Kedatangan Mantan Istri Faaz

    Aku hanya tersenyum sekenanya.Sampai di rumah aku dan bibi langsung melakukan tugas masing-masing. Mendekor dan menyiapkan acara kecil-kecilan untuk Maisa. Sementara Faaz menjemput anaknya itu ke sekolah."Non Lusi, kok diem aja? Ada apa? Apa Non masih kepikiran suami, Non?" bisik Bibi.Aku menggeleng lesu, "gak Bi, bukan itu, saya hanya sedang mikirin tadi, saya 'kan makan dulu setelah belanja eeh terus ketemu mama saya, Bi.""Wah bagus dong Non, terus gimana?""Masalahnya kok mama saya kayak beda ya sekarang, masa saya tanya soal kondisi suami saya beliau bilang gak tahu apa-apa dan parahnya mama bilang saya harus lupain suami saya mulai sekarang karena beliau anggap suami saya sudah lalai, beliau anggap suami saya yang bertanggung jawab atas kondisi saya sekarang, terus masa iya mama saya malah dukung keberadaan saya di rumah ini, aneh 'kan? Saya jadi kepikiran sebetulnya ada apa di rumah, apa suami saya baik-baik aja?" jawabku panjang lebar.Bibi mendengarkan dengan baik semua ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status