Kegemparan terjadi di sebuah komplek perumahan. Semua warga berkerumun ingin menyaksikan Almira yang digelandang polisi. Mereka semua mengamuk dan memaki sembari menunjuk-nunjuk ke arah Almira dengan tatapan nyalang. Sebagian ada yang melempar botol plastik, ada pula yang meludah dan mengenai tubuh Almira. Tak bisa dipungkiri, Almira kini menjadi bulan-bulanan massa di kompleknya. Wanita itu hanya bisa menunduk, menerima segala hinaan dan cemoohan orang-orang yang memang sudah lama selalu dengki terhadap dirinya. Sejak wanita itu dinikahi pria tampan seperti Zayn Malik, banyak orang benci terhadap Almira.Entah salahnya di mana wanita itu, sehingga semua orang menganggap Almira seakan-akan musuh di daerah itu, bahkan hingga turun temurun. Apakah karena nasib baiknya yang dinikahi pangeran tampan yang menjadi idola kaum hawa di masanya atau karena ada hal yang lain. Tidak ada yang tahu, termasuk para pembenci itu.Oleh karena itulah mengapa Alvandra selalu merasa khawatir akan keselam
- Malam hari di Malaysia -Alvandra sudah menerima telepon dari Danu. Kabar yang ia terima sungguh mengejutkan dan mampu menggoyangkan dunianya. Ibunda tercinta, dunianya juga jalan menuju surga-nya sedang tersandung kasus hukum, ia terbukti membunuh ayah dari lelaki yang sudah merebut Hanum istrinya.Lelaki itu kini tengah terpuruk untuk kedua kalinya. Dunia yang ia jaga dengan sepenuh hati, saat ini terasa hancur lebur, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Saat pulang pertama ke negaranya, lelaki itu disambut oleh peristiwa yang cukup menyakitkan hati dan jiwanya.Untuk melupakan masa lalu, Alvandra kembali ke negara di mana ia mengais rezeki demi sesuap nasi juga untuk masa depan dia dan keluarga barunya nanti. Tetapi rupanya Tuhan masih mau menguji kesabaran dan keikhlasan hati seorang Alvandra, lelaki yang selama ini terlihat baik dan tak banyak tingkah yang merugikan banyak orang. Sungguh, Alvandra merasa bingung harus berbuat apa. Ia tak mungkin bisa fokus dengan pekerjaan jika
Setibanya di Indonesia, Alvandra pun turun dari pesawat beserta penumpang yang lainnya. Karena sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan sang bunda, lelaki itu lantas berjalan tergesa hingga tanpa sengaja dia menabrak seorang wanita."Eh, maaf, Mbak. Saya tidak sengaja," ucap Alvandra seraya mengatupkan kedua telapak tangannya. Gadis yang tak diketahui namanya pun hanya mengangguk dan tersenyum saja menanggapi.Alvandra lekas berlari keluar dari bandara dan memesan taxi menuju rumah kediaman-nya, ia bermaksud untuk menemui Danu sang paman. Sepanjang perjalanan, pikirannya tidak tenang. Wajah ibunya selalu melintas setiap dia mengedipkan mata.Tetapi siapa sangka, setibanya anak muda itu di rumah, netranya disuguhkan sebuah pemandangan yang sangat mengejutkan. Dengan bola mata yang hampir keluar, ia melihat sebuah plang terpampang di depan rumahnya yang bertuliskan pengumuman jika rumah itu telah disita oleh pihak BANK.Mengerut kening Alvandra, merasa bingung akan apa yang ia saksik
Alvandra membesuk Almira ke kantor polisi. Tangisnya pecah ketika melihat Almira memakai baju tahanan lengkap dengan kedua tangan terborgol. Wanita itu menemui dirinya di kawal sipir yang mendampingi. Sungguh, bagi Alvandra ini pemandangan yang teramat sangat menyakitkan sepanjang hidupnya.Dunianya seakan kembali hancur berkeping-keping membayangkan sang bunda tidur di dalam sana yang mungkin hanya beralaskan tikar saja. Dan, belum ia ketahui keadaan di dalam sana bersih atau tidak.Andaikan bisa di gantikan oleh dirinya, ingin sekali Alvandra menggantikan posisi Almira asalkan sang bunda bebas dari hukuman itu. Tetapi ia juga sadar, yang salah harus menerima hukuman atas segala perbuatan-nya."Bundaa ... "Alvandra memeluk erat tubuh ringkih Almira dan tangisnya pecah di hadapan sang bunda. Ia tak perduli para polisi yang menyaksikan dirinya sebagai lelaki cengeng. Yang Alvandra rasakan saat ini adalah wanita yang paling mulia dalam hidupnya tengah dihadapkan dengan masalah yang men
Alvandra tak putus asa demi sang bunda tercinta. Lelaki itu mencari pengacara untuk membantu dirinya membela Almira dari semua jeratan hukum. Bagi Alvandra kebebasan sang bunda adalah hal utama yang harus ia upayakan. Bahkan ia pun terpaksa menjual rumah demi membayar pengacara tersebut.Di lain sisi, proses cerai dengan Hanum pada akhirnya berjalan sesuai rencana. Kini wanita itu bisa menerima dengan senang hati setelah melihat lelaki yang sudah berhasil ia tipu semakin jatuh tak berdaya.Setelah rumah terjual, Alvandra memutuskan pindah dari komplek itu. Ia juga kini sudah tinggal di kontrakan kecil saja sembari mencari pekerjaan lain yang sesuai kemampuannya. Tak perduli sekalipun menjadi kuli bangunan, baginya yang penting halal."Aku harus ketemu Bunda. Ada pengacara yang siap membantu meringankan tuntutan hakim atas keputusan hukuman untuk Bunda," gumam Alvandra yang sudah bersiap untuk keluar rumah kontrakannya.Pemuda itu kini melangkah penuh percaya diri. Dengan menaiki angko
Alvandra memaksa untuk pulang hari itu juga dari rumah sakit. Ia mengkhawatirkan ibunya karena belum mengirim makanan juga pakaian ganti, tanpa mempedulikan keadaannya sendiri. Suster menyerahkan paper bag yang dititipkan Aluna kepadanya."Semua administrasi sudah dibayarkan oleh Nona yang mengantar Bapak kemari," kata suster saat membuka infusan di tangan Alvandra."Siapa namanya? Di mana dia sekarang?" Penasaran Alvandra bertanya."Saya kurang tahu, Pak. Hanya Nona tersebut berpesan agar merawat Bapak sampai sembuh. Beliau langsung pergi setelah berbicara dengan dokter," papar suster.Alvandra tidak bertanya lagi. Pikirannya tetap berfokus kepada Almira. Setelah suster memberitahukan cara membersihkan luka dan memberikan obat, Alvandra meninggalkan rumah sakit dengan tergesa.Dengan langkah tertatih sambil meringis memegangi perut yang terluka, Alvandra berjalan menyusuri jalan menuju halte terdekat. Awalnya ia berniat mengunjungi ibunya, tetapi melihat keadaannya yang sekarang, Alv
Alvandra kembali menjalani hari sebagai supir angkot. Walaupun penghasilan yang didapat terbilang minim, namun ia tetap bersyukur. Daripada ia berpangku tangan, lama-lama tabungannya bisa habis karena terus dipakai untuk kebutuhan sehari-hari juga membayar kontrakan.Toni, yang merupakan sahabat Alvandra, bahkan sering membiarkan Alvandra menarik angkot seharian tanpa harus bergantian. Ia beralasan sudah ada tarikan semalam dari para pedagang sayur. Walaupun begitu, Alvandra kerap memberikan sebagian penghasilannya kepada Toni.Untuk kasus Almira, masih harus melalui beberapa tahap untuk sampai ke persidangan. Tak jarang Alvandra berpapasan dengan Robby saat mengunjungi ibunya di sel tahanan."Dasar anak pembunuh! Lo liat aja, gue bakalan balas dendam sama kalian!" hardik Robby dengan mata melotot."Silahkan! Dan omongan lo ini bakal jadi bukti kalo sampe ada apa-apa sama gue atau nyokap gue."Alvandra tersenyum miring sambil menunjukkan rekaman video percakapannya barusan dengan Robb
Proses persidangan Almira akan dilaksanakan satu Minggu lagi. Sebelum itu terjadi, pengacara yang bernama Rudi itu sibuk mengumpulkan bukti yang bisa dipakai untuk membebaskan Almira. Jikapun tidak bisa bebas, minimal ada keringanan hukuman.Sementara Robby, di mana ia adalah pihak penggugat, sudah menyiapkan rencana agar saat persidangan nanti Almira dijatuhi hukuman mati atau mungkin penjara seumur hidup. Ia tak mau melepas begitu saja orang yang sudah melenyapkan nyawa ayahnya walaupun tahu jika Sugandilah pihak yang bersalah. Sudah kadung benci, maka akal sehat pun disingkirkan.Almira duduk melipat kaki di lantai beralaskan tikar. Kedua matanya terpejam namun tidak tidur. Ia sedang berdzikir, mengusir kegelisahan yang selalu saja datang menghantui. Selain itu, ia juga berdo'a untuk keselamatan anaknya di luar sana yang sedang berjuang untuk kebebasannya.Semenjak kedatangan Robby hari kemarin, perasaan Almira diliputi kegundahan karena dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama s