Beranda / Rumah Tangga / ISTRIKU MEMBEKU / MEMBALAS SAKIT HATI

Share

MEMBALAS SAKIT HATI

Penulis: Hanin Humayro
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-21 09:24:18

ARMILA

Akhirnya aku menyerah dengan keputusan mas Andra menikah lagi. Hal itu bukan karena ikhlas, tapi sudah tak tahan dengan omongannya yang tiap saat tak berhenti. Ia bilang tak ingin terjebak zina dengan mantan pacarnya sewaktu di kampus, ingin menjaga diri dari godaan setan. Entah, apakah itu benar atau tidak?

Rupanya mas Andra diam-diam bermain api dengan Resti, mantan pacarnya di kampus dulu. Mereka sudah menjalin hubungan asmara sekitar enam bulan. Dan, aku tak pernah curiga sama sekali pada kisah-kasih terlarang itu. Terlalu percaya atau bodoh, sih aku?

"Aku akan berlaku Adil, Mah. Aku janji!" Itulah ucapan mas Andra yang terus ia gaungkan di rentang waktu menuju pernikahannya. Dibumbui ribuan janji tentu

Aku tak bersedia memberi tanggapan. Jangankan untuk percaya akan ada keadilan, ikhlas saja belum hadir pada diri ini. Aku diam itu tersebab kelemahan, bukan kerelaan.

Kalau bukan karena anak masih bayi dan menjaga perasaan orang tua, aku sudah ingin mundur sebenarnya. Lebih baik jadi janda daripada harus menanggung sakit hati sepanjang hari. Namun, aku juga tak bisa egois menjadikan Affan kehilangan sosok ayah di usia dini. Juga mencoreng arang di wajah bapak.

Biarlah aku yang berkorban, asal Affan tetap lengkap dalam asuhan mama dan papanya juga orang tua tetap bahagia. Luka yang digoreskan mas Andra, akan kutanggung sendiri. Dia hanya boleh tahu mama dan papanya baik-baik saja.

*

Saat hari pernikahan itu, aku diminta untuk hadir. Katanya sebagai bukti pada khalayak bahwa istri pertama sudah ikhlas. Namun, aku menolak dengan argumen logis bahwa itu urusannya bukan urusanku. Jangan pernah merejamkan belati pada hati yang jelas-jelas tengah mengalirkan darah.

Sekaligus aku juga bilang jangan pencitraan seolah semua baik-baik saja, padahal aslinya tidak. Dan, tak perlulah ingin dinilai mampu poligami dengan berlindung di balik nama keikhlasan istri pertama. Dia diam mendengar jawaban itu. Lalu, berhenti merayu agar istrinya ini datang.

Tepat di hari pernikahannya, aku memilih pergi ke rumah orang tua.Itu kulakukan bukan untuk mengadukan kepedihan. Namun, hanya ingin memenangkan diri. Setidaknya ada teman ngobrol untuk memalingkan diri dari sakit yang menghunjam hati. Mas Andra pun mengizinkan, asal nanti mau pulang saat ia menjemput.

*

Aku menatap gulungan awan di petang jelang senja. Semakin kutembus gumpalan kabut itu, semakin larut jiwa ini di dalamnya.

Aku seperti arakan awan yang terombang-ambing oleh embusan angin. Pecah, terserak.

Itulah hatiku kini, laksana awan yang tercecer di langit sana.

Dalam keremangan, aku sendiri, tanpa seseorang yang terbiasa ada di sampingku. Merangkul dan mendekap erat tubuh ini. Ia dulu selalu berusaha menghalau embusan angin menggigilkan raga.

Itu dulu. Sekarang, lelakiku pastilah sudah melupakan kebahagiaan yang pernah kami renda. Di hati dan jiwanya hanya ada satu perkara, yaitu mereguk indahnya malam pertama bersama Resti.

Dadaku bergemuruh seiring ingatan yang terus terisi adu syahwat pasangan baru itu. Air mata yang telah berjatuhan kubiarkan mengalir di pipi, lalu meluncur dan jatuh di antara tangan ini.

Sesakit ini menyadari namaku sudah tak lagi bertahta di hati mas Andra. Mungkin telah tergeser sempurna oleh wanita pujaannya. Wanita yang mampu membuatnya memaksaku menyerah, kalah!

'

Aku takkan menuntut cerai, tapi tak bisa juga melapangkan hati menerima kisah segitiga ini. Aku telah memutuskan belajar membekukan hati agar tak terus disulut kobaran api cemburu.

Mulai kini, rasa padanya akan pelan-pelan kumatikan. Bilapun tetap bersama, ia takkan menemukan diriku yang dulu. Semua akan berubah seperti ia mengubah cintanya yang menggebu.

Aku melayani semua keperluan mas Andra, tapi dalam kebisuan. Sapaannya, rayuannya kuanggap bisikan angin malam yang tak perlu ada tanggapan.

Kututup telinga, juga bibir ini darinya. Biar, biar ia paham sesakit apa hatiku kini.

Silakan kau nikmati keindahan bersama Resti sesukamu.

Tapi, kau akan kehilangan hati, cinta dan rasaku untuk selamanya.

Jikapun dengan sikap ini aku dibuang, tak masalah. Justru itu yang kuinginkan. Agar tak ada pandangan jelek dari orang tua kita padaku.

Tentang Affan, sudah kukaji ulang, ia akan kuberikan cinta luar biasa meski tak bersama dirimu.

*

Satu bulan aku bungkam, satu bulan itu juga mas Andra kelabakan.

Ia pasti stress, istri yang senantiasa menyambut dengan senyum dan kerling manja tak ada lagi. Sentuhan hangat dan pelukan tiba-tiba pun sirna. Yang ada hanya sosok manusia tanpa rasa.

"Marahlah padaku, pukullah aku, tampar aku, tapi tolong bicaralah, bicaralah Armila! Kumohon katakan sesuatu padaku. Hinaan, makian pun boleh, lakukan sepuasmu. Please Armila, Please!"

Mas Andra menjatuhkan dirinya di kaki ini. Ia memeluknya. Tangisan itu seyogyanya dapat mencairkan hati, tapi tidak bagiku. Sebab aku telah membeku.

Inilah caraku membalas sakit hatiku, Mas! Nikmatilah drama ini hingga kau tak tahan lagi. Jadi, jikapun ada perpisahan itu bukan dari sisiku, tapi dari sisimu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Yusuf Wilantara
1111¹1¹11234
goodnovel comment avatar
Naura Claudia
lelaki yakperlu di balas dengan cara kasar. cukup di balas dengan cara halus
goodnovel comment avatar
Isabella
keren istri pertamanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRIKU MEMBEKU   BAHAGIA

    ANDRA. Sangat beruntung lelaki yang memiliki Istri baik. Mereka siap membersamai dalam suka dan duka. Tak menuntut di luar kemampuan suami. Akan selalu berusaha menciptakan kenyamanan di rumahnya. Siap mengingatkan saat lelaki tersesat.Pantaslah menikah disebut sebagai ibadah sepanjang masa. Banyak pengorbanan yang dibutuhkan demi kelanggengannya. Kadang air mata terkuras di dalamnya. Menikah adalah menitipkan hidup pada pasangan. Sekaligus dititipkan kehidupan lain. Harus saling menjaga hingga raga bercerai dari nyawa.Setelah bertukar pendapat, kami sepakat untuk liburan ke Yogyakarta dan beberapa kota lain sekitarnya. Dirasa seminggu cukup menghabiskan waktu di sana. Untuk perjalanan jauh pun tak khawatir sebab anak-anak sudah bisa diajak jauh.Ketika diinfokan akan liburan, mama dan papa antusias untuk ikut. Mereka mengatakan pasti ikut. Baguslah, makin rame, makin seru.Kasihan juga kalau tak diajak. Para orang tua juga butuh hiburan di tengah kesuntukan. Mereka pasti akan se

  • ISTRIKU MEMBEKU   HUKUMAN

    ANDRASebelum Resti menyabetkan pisau, satu tembakan menembus tangannya. Ia histeris hingga seperti orang kesurupan. Pastilah tembusan peluru itu sangat menyakitkan. Aku dan Armila mundur. Dan, polisi pun melaksanakan tugasnya. Jeritan Resti hilang sama sekali setelah kami berhasil keluar dari gudang ini. Mungkin pingsan akibat sakit dahsyat. "Kalian tak apa?" tanya Reiga. Ia bicara berlomba dengan napas tersengal-sengal. "Tidak, kami selamat. Ide dokter Reiga memang top!" pujiku.Kami saling menepukkan tangan, lalu tertawa bersama. Sepertinya kemenangan ini harus dirayakan. Juga disyukuri sebab ini semata-mata berkat pertolongan Allah. *Di tempat persembuyian Rafael dan Resti, ditemukan narkoba. Dari penelusuran polisi mereka diketahui bukan hanya pemakai, tapi pengedar.Lepas dari penjara keduanya tak punya apa-apa. Mereka melakukan apapun demi bertahan hidup hingga bertemu gembong narkoba. Darisanalah berlanjut kejahatannya. Hukuman Rafael dan Resti kali ini takkan sebentar.

  • ISTRIKU MEMBEKU   MASUK PERANGKAP

    ANDRASungguh aku berat melepas Armila sebagai umpan. Tapi, hanya dia yang saat ini bisa menjadi pemancing Resti dan Rafael keluar dari sarang. Kalau tak dihentikan segerq, dua penjahat itu akan terus berkeliaran. Meneror kami kapan dan di mana pun. Orang yang sudah biasa berbuat jahat, sulit diluruskan. Hanya hukuman badan yang bisa menghentikannyq. Kali ini mereka akan lama masuk penjaranya.Dengan sangat terpaksa kuizinkan Armila jadi umpan. Karena tahu keraguanku, Reiga terus meyakinkan bahwa Armila akan baik-baik saja. Ia pun terus bilang bahwa kami harus berani agar masalah selesai. Wanita itu memang pemberani. Tak takut meski nyawa taruhannya. "Resti dan Rafael sudah tak waras. Kalau tak dihentikan mereka bisa membunuh kita semua!" jelas Reiga. Ia pantang menyerah melemoar argumen agar izinku keluar. "Oke, penjagaan pada Armila harus berlapis. Aku tak mau ambik resiko." tekanku pada Reiga. Aku tak mau spekulasi pada keselamatan nyawanya. Bisa merasa bersalah seumur hidup kala

  • ISTRIKU MEMBEKU   PANCINGAN

    ARMILAAku setuju sebab kelakuan sejoli jahat itu sudah keterlaluan. Mereka memang niat balas dendam dengan cara menimpakan keburukan pada kami.Seminggu setelah mas Andra pulang, barulah Reiga mengajak kami diskusi. Katanya dia sudah punya ide untuk menjebak mereka.Reiga juga minta bantuan sepupunya yang memang bekerja sebagai polisi. Ternyata Rafael dan Resti memang sedang dalam incaran. Mereka terindikasi kuat sebagaipemakai sekaligus pengedar narkoba.Baguslah, kalau nanti dipenjara akan lebih lama lagi sebab deliknya bukan hanya penganiayaan pada manusia. Tapi ada juga delik pengedaran narkoba. Pasti hukumannya berlipat-lipat.Aksi akan dimulai. Yang jadi pancingan adalah aku. Awalnya mas Andra tak setuju, tapi Reiga akan menjamin keselamatan. Masalahnya kondisi mas Andra belum mungkin bepergian. Karena tangan dan kakinya masih belum pulih utuh.Hari ini aku mengendarai mobil sendiri. Tapi di radius tertentu sudah ada yang mengawal. Reiga bahkan membayar preman untuk jadi bodyg

  • ISTRIKU MEMBEKU   HAJAR

    ARMILAMendengar itu aku langsung menengok ke belakang. Ternyata benar ada mobil yng mencurigakan.Mobil itu ikut ngebut saat mang Dadang ngebut. Lambat kalau kami melambat. Bahkan ikut berhenti kala berhenti.Irna langsung menghubungi suaminya dan suami bu Erni untuk mengantisipasi kemungkinan buruk. Aku tak mungkin menelpon mas Andra sebab bisa syok berat.Kubilang pada Irna agar Reiga minta bantuan pada orang lain. Aku takut ada sesuatu yang buruk menimpa kami.Karena takut kecelakaan seperti mas Andra, mang Dadang menghentikan mobil. Katanya mereka berusaha menghancurkan konsentrasi hingga nanti gagal fokus dan celaka di jalan.Kami menunggu apa yang akan dilakukan pengemudinya. Kami bertiga sudah siap dengan segala kemungkinan."Semprotannya siapin, kalau emang orang jahat nanti kita kasih cairan ini."Ini adalah cairan berisi merica dan cabe. Lumayan perih kalau disemprotkan pada mata. Mang Dadang juga sudah siap dengan pentungan kayu yang memang dipersiapkan dari rumah.Syukurl

  • ISTRIKU MEMBEKU   WADPADA

    ARMILAAku histeris mendengar mas Andra dan anak-anak kecelakaan. Kanaya yang ada di pangkuan jadi terbawa ibunya. Ia pun menjerit dan menangis.Untung bi Enah cepat tanggap. Wanita paruh baya ini mengambil Kanaya dan berusaha menenangkannya."Ibu jangan panik, ayo siap-siap ke rumah sakit!"Kata-kata bi Enah membuatku sadar bahwa harus segera pergi ke rumah sakit. Tak perlu dandan lama. Cukup baju sopan, tas, dompet plus HP.Aku pergi bersama Irna yang sama syoknya sebab Devan pun ikut dalam kendaraan itu. Di mobil, kami hanya bisa menangis sambil berpelukan. Ketakutan benar-benar mencengkram jiwa.Mobil yang dikemudikan mang Dadang terasa lambat. Padahal katanya sudah ngebut. Mungkin ini karena perasaan tak sabar ingin segera sampai."Mang, cepetan, Mang!""Gak bisa lagi, Bu, Nanti ditilang polisi!"Terpaksa aku dan Irna harus menambah stok sabar. Untunglah Reiga sudah ada di sana. Jadi kami percayakan dulu padanya.Akhirnya kami sampai di rumah sakit tempat mas Andra dan anak-anak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status