Share

ISTRIKU MEMBEKU
ISTRIKU MEMBEKU
Penulis: Hanin Humayro

DIAM

ANDRA

Hari ini aku resmi memiliki dua istri. Pernikahan kedua nekat kulakukan meski tahu apa konsekuensi ke depan.

Bagi Armila ini pasti berat, tapi seiring waktu ia akan terbiasa. Aku akan berusaha maksimal menjadikan kehidupan dua rumah tangga ini berjalan harmoni. Harapannya takkan ada yang tersakiti di kemudian hari.

Armila kuizinkan pulang ke rumah orang tuanya saat hari pernikahan ini. Nanti kujemput jika seminggu sudah kuhabiskan waktu bersama Resti.

"Mas."

Sapaan lembut Resti mereka membuyarkan lamunanku. Seketika kesadaran hadir bahwa aku tengah ada di antara banyak manusia.

*

Malam pertama kulewati bersama Resti. Begitu indah dan meledak-ledakan rasa. Hampir-hampir bayang kesedihan Armila hilang dari cerukan kepala.

Aku seperti kembali ke masa tiga tahun lalu. Ketika hari pertama mencicipi madu malam pengantin bersama Armila. Kini, lautan nikmat itu kureguk kembali bersama Resti.

"Mas," bisik Resti ketika fajar telah menyingsing.

Kemanjaan ini sangat kusukai. Kerling nakal dan senyum termanis membuatku seperti kesurupan semalam. Sampai tidur amat lelap hingga terlupa untuk membuka mata.

"Bobo lagi," balasku sambil merekatkan pelukan.

"Is, ayo bangun, katanya mau jalan-jalan."

Ya, ampun aku lupa sama sekali telah menjanjikan melewati pagi di kitaran villa ini. Baiklah, Sayang aku akan memberimu kebahagian sempurna.

Ayo jalan-jalan!

*

Hari ini aku menjemput Armila dan anak kami. Karena takut diinterogasi, aku cepat-cepat membawanya pergi. Meski heran, papa mertua tak bisa mencegah. Mungkin pikirnya aku sudah sangat rindu pada putrinya.

Sepanjang jalan kami jadi canggung. Bibir yang biasa merayunya mendadak kehilangan kemampuan bicara. Jangankan rayuan, sapaan pun tak keluar.

Armila lebih parah. Ia mengarahkan pandangan keluar jendela. Tak bergerak sama sekali sejak masuk mobil hingga keluar lagi.

Kesunyianlah yang menemani kami.

Tak apalah, mungkin belum terbiasa. Nanti pasti kembali seperti semula. Aku harus memberi Armila waktu untuk menata hati, menerima kondisi berbagi suami.

Sesampainya di rumah, Armila langsung membawa bayi kami masuk kamar. Aku mengikutinya hingga langkah kami sejajar.

Untuk mencairkan suasana, aku melingkarkan tangan di pinggang. Ingin bicara sebenarnya, tapi mulut ini tertahan.

Di kamar, Armila memberi ASI pada putra pertama kami. Ia ingin anaknya kembali tidur sebab memang belum lelap terlalu lama.

Aku sengaja merapatkan tubuh di sisinya sebagai cara lain mencairkan suasana. Ternyata Armila belum merespon. Ia hanya fokus pada putra kami.

Lepas menidurkan Affan, aku langsung merengkuh tubuh Armila. Aku bukan hanya ingin mencairkan suasana, tapi juga rindu padanya.

Meski ada Resti, perasaanku pada Armila tetap sama. Cinta dan selalu rindu. Hanya saja, kini berbeda. Kami tak bisa tiap hari bersama sebab ada istri lain yang harus kutemui juga.

"Aku kangen."

Seperti apapun aku merangkai kata, Armila tak merespon. Ia diam saja meski kuberi sentuhan liar.

"Kamu sakit?"

Armila diam

"Kalau begitu istirahat saja."

Armila tetap diam.

"Aku ambilkan minum, ya!"

Armila masih diam.

Akhirnya aku tak berkata lagi sebab bingung harus berkata dan bersikap apa.

"Sayang," bisikku lagi.

Wanitaku tetap diam.

*

Esoknya, Armila tetap diam. Ia menyediakan sarapan dan menemani makan tapi tanpa bicara satu kata pun.

Hingga siang dan sorenya Armila tetap tak bicara. Pun ketika malam kembali datang. Hanya tangis Affan yang masuk ke telinga ini.

Perubahan sikap Armila membuatku merasakan satu hal. Dunia ini menjadi sepi, sunyi.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
aku paling racun dengan perselingkuhan apalagi dengan poligami nggak ada di kamus hidup lagipula tidak ada di ajarkan untuk kami kalau sudah tidak suka ya tinggalkan dengan baik baik jangan RAKUS mau semua kalau aku ku pancung suami model begini
goodnovel comment avatar
for you
suami laknat
goodnovel comment avatar
Isabella
baru pertama baca udah nyesek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status