RESTIKesempatan untuk membalaskan kekesalanku pada Armila akhirnya datang juga. Aku bisa pura-pura merawat Mas Andra yang sedang sakit di rumahnya. Akan kubuat Armila emosi dan marah-marah di depan suaminya. Maka nilai kehebatan sainganku itu akan turun di mata Mas AndraAku sangat tidak rela kalau mas Andra selalu memuji-muji Armila. Emangnya dia siapa? Aku loh yang paling hebat. Aku loh yang gak ada akan tersaingi. Buktinya aku bisa membuat mas Andra berpaling dari Armila.Sebenarnya aku malas mengurus orang sakit. Pastinya nanti cerewet ingin ini itu. Bakal mengganggu kesenanganku bermain handphone. But, demi drama mengikat hati mas Andra okelah kurawat suami tersayang.Lepas Magrib Aku berangkat ke rumah Armila. Pasti dong semua orang yang ada di sana terkejut melihat putri cantik datang.Aku langsung main drama memeluk Mas Andra pura-pura menangis di bahunya. Sebenarnya aku malas melakukan semua ini. Tapi demi tercapainya tujuan harus kulakukan.Melihat Armila kesal ada kepuasa
ARMILAResti memang jahat. Dia memasukkan sesuatu pada minumanku. Padahal aku sudah menerimanya di rumah ini. Tidak mengusirnya malam-malam.Untung saja ponselku ada di dalam saku hingga bisa merekam perilaku busuknya. Kalau otak kriminal memang susah. Diberi hati akan minta jantung. Rekaman ini akan menjadi bukti kejahatannya.Setelah Resti pergi, aku menukar satu minuman saja. Rencananya yang satu akan kuminum sedikit. Ingin tahu reaksi yang akan ditimbulkan dari obat tersebut. Sebenarnya gampang mengusir Resti. Namun, aku tak ingin melakukan sebab menunggu aksi dari Mas Andra. Apakah dia peka perasaanku atau tidak? Apakah ia akan membela istrinya ini dari kekurangajaran madu tak tahu malu itu atau malah membiarkan? Aku juga ingin melihat seberapa tunduk Mas Andra pada Resti. Jadi bisa memutuskan sebenarnya siapa dikuasai siapa dalam hubungan tersebut.Ternyata Mas Andra lemah di hadapan Resti.. Buktinya dia tidak memaksa istrinya pulang, malah mereka masuk ke dalam kamar utama.B
ANDRAUntunglah mama percaya pada kebohonganku hingga kondisi aman terkendali. Bukan tak ingin menyampaikan soal pernikahan ini, tapi belum saatnya. Harus cari waktu tepat agar tak menimbulkan huru-hara.Jika mama tahu sekarang, aku khawatir jantungnya akan kumat. Hal tersebut sangat membahayakan. Maka dari itu aku mengawasi Armila agar tak salah bicara.Urusan Resti tangguhkan dulu saja. Sebelum mama pulang, aku harus tetap di rumah ini.Resti memang keterlaluan sebab melakukan tindakan yang bisa mencelakakan orang lain. Aku tak boleh terlalu lemah padanya. Harus lebih tegas agar perilaku buruknya bisa dihilangkan.Aku mengaku selama ini selalu kalah di hadapannya. Bukan takut kehilangan tapi takut dia semakin lancang pada suaminya.Tak pernah kusangka sifat asli Resti begitu buruk. Sepertinya butuh waktu lama untuk mengubahnya menjadi baik. Entah bagaimana hidup kami jika tak ada perubahan sama sekali. Bukan surga dunia yang akan didapat, tapi derita panjang yang dirasakan nanti.Ke
ANDRANyatanya aku sangat takut kehilangan Armila. Tak apa dia diam selamanya, asal tak pergi dari sisiku, apalagi sampai berpaling pada pria lain, termasuk Reiga.(Reiga itu mantanku sewaktu SMP. Tadi kami bertemu tak sengaja. Dia lelaki jail, tapi baik dan setia. Reiga itu kapten basket yang jadi idola para siswi seantero sekolah)Whaaaat?Bom Hiroshima sepertinya kalah dahsyat dari ledakan dalam dadaku saat ini. Rasanya aku ingin merentangkan kaki dan tangan terus berteriak lantang.Armila begitu santai menulis keterangan itu. Bahkan tadi sempat kulihat tersenyum. Pasti karena sedang membayangkan masa lalu mereka.Ini adalah bahaya paling besar sepanjang sejarah hubungan kami. Hati Armila sedang benci padaku. Kalau Reiga memberi lampu, bisa jadi dia menyambutnya. Dan, aku akan ditinggalkan.Ini tak boleh terjadi, tidak boleh!Aku meninggalkan wanita itu dengan membawa kedongkolan setengah mati. Emosi ini butuh pelampiasan.Apa, tapi apaaa?Di tengah emosi yang memuncak, ponselku be
RESTISialan! Mas Andra ninggalin aku demi Armila! Kurang ajar nenek sihir itu!Kenapa, kenapa Armila selalu menang? Dari obat pencahar itu saja dia lolos. Untunglah aku masih bisa merayu Mas Andra agar tidak menjatuhkan hukuman berat. Kalau ingat bagaimana aku berakting merasa bersalah dan menyesal jadi ingin tertawa. Ekspresi dibuat sesedih mungkin agar terlihat nyata penyesalannya.Mas Andra hanya mendiamkanku dua hari saja. Setelahnya ngajak bobo bareng lagi. Laki-laki memang begitu. Marah, sih marah, tapi melihat istri selalu tampil vulgar, runtuh juga gengsinya. Aku sangat paham kelemahan Mas Andra. Pria itu tak tahan dengan permainan malam. Karena itu mudah sekali menaklukkan ketika hal tersebut diumpankan. Tapi malam ini kejadian lagi, baru saja hubunganku dengan mas Andra membaik Armila mengacaukannya. Ia. berhasil membuat pria itu meninggalkanku di pesta sendirian. Aku sangat murka pada Armila yang selalu menganggu keromantisan kami. Pikirnya, dia itu paling cantik apa
Dari mana dia tahu namaku? Apa dari bu Mimin. Tapi 'kan wanita itu bilang tak kenal dengan dukun itu. Waktu ke sini saja kami dipandu oleh temannya secara online. Kalau bisa menerawang berarti dia bukan dukun palsu. Rekomendasi dari Bu Mimin memang oke ternyata. "Ibu ingin suami menceraikan istri pertamanya 'kan? Ibu juga ingin mengikat suami selama-lamanya. Bagi saya itu sangat mudah, Bu. Bahkan, membuat madu Ibu matipun saya bisa!"Jangan dibikin mati, saya gak mau bunuh orang nanti takut masuk penjara. Saya cuma ingin dia diceraikan dan ditendang. Lagian kalau mati tidak bisa dong melihat kebahagiaan saya dengan suaminya.""Kalau begitu kita akan mulai ritualnya.. Saya sudah tahu identitas madu ibu, tapi Ibu tetap harus memjawab semua pertanyaan terkait dia. Oh ya sebelumnya kita sepakati dulu maharnya. Saya lempar tawaran dua pulih juta.""Jangan dua puluh juta, dong. Itu kemahalan. Lagian :kan belum terlihat hasilnya!" "Kalau tidak mau, ya sudah berarti ibu akan tetap menjadi
ARMILAResti memang tidak tahu malu, meski kelakuan buruknya sudah terbongkar, ia datang lagi ke rumah tanpa merasa bersalah. Malah berusaha menyulut emosiku lagi dengan sengaja merendahkanku di hadapan Reiga.Bukan hanya tak tahu malu, sikap centilnya pada seorang lelaki juga tidak pantas. Apalagi mas Andra ada bersama kami. Kalau wanita waras tak mungkin bertingkah seperti itu pada pria yang baru dikenal.Di sinilah aku semakin terheran-heran. Mengapa mas Andra terpikat dengan wanita model begitu. Yang kutahu, dia pria pemilih dan cenderung perfeksionis.Pandanganku terhadap kesempurnaannya sekarang telah berubah ketika ia memilih seorang bernama Resti.Kulihat kak Reiga tak nyaman dengan kelakuan Resti. Meski begitu Ia tetap menghargai dengan menjawab berbagai pertanyaan yang menurutku terlalu lancang bagi seseorang yang baru bertemu. Bahkan wanita itu berani bertanya status. Untung tidak menanyakan soal gaji.Mas Andra pun terlihat jengah. Mungkin inginnya menyeret istri norak itu
ARMILAMata Resti yang dari tadi sudah melotot, makin melotot. Bibirnya bergerak-gerak, tapi tak mengeluarkan suara. Kemudian ia mengelus dada yang sedang turun naik.Hingga beberapa detik, ia belum bicara. Mungkin sedang menata perasaan yang dihinggapi keterkejutan. Bisa jadi takut juga aku melaporkan pada mas Andra. "Boleh tahu di mana kamu mendapatkan bubuk itu?"Kumanfaatkan keterkejutannya dengan terus melancarkan pertanyaan yang bertujuan menekan. Resti makin gelagapan. Ia melirik ke kanan dan ke kiri. Mungkin takut ada yang dengar. Tapi, dasar culas. Ia berhasil menetralisir ketakutannya. Selanjutnya, berusaha bersikap biasa. Bahkan mungkin sudah punya rangkaian kata untuk membalikkan keadaan. "Aku tak paham apa maksudmu? Bubuk apa? Jangan ngarang kamu. Lagipula aku gak mungkin nyimpen jimat di sini!" serangnya. Ia membulatkan mata agar terlihat lebih galak. Mungkin ingin membuat nyaliku ciut. "Oh, jadi itu jimat?"Resti menutup mulutnya sebab kelepasan bicara. Begitulah ka