Share

05. Kehilangan nyawa

Semua yang menyaksikan pertarungan itu dari kejauhan menjadi hening. Tidak ada satupun dari mereka yang berada di sana berani mendekat untuk menyelamatkan Beiji. Termasuk juga Shifuyi.

"Tamat sudah! Beiji, maafkan aku sebagai gurumu ini. Aku bingung harus berbuat apa." Shifuyi mengusap wajahnya.

Limdong belum melakukan pergerakan apapun. Nampaknya ia sedang menunggu apa yang terjadi dengan Beiji di balik kepulan asap dan debu itu. Tapi Limdong tidak mau lengah sedikitpun. Ia masih siaga dan bersiap akan membuka mulutnya kembali bila melihat musuhnya masih mampu bertahan.

Dan akhirnya, setelah puluhan detik kemudian barulah asap serta debu yang mengepul itu mulai menghilang.

Dan hasilnya, tubuh Beiji sudah babak belur bahkan bagian dadanya sudah bolong akibat terkena serangan telak dari Limdong tadi. Limdong mengamati apakah lawannya masih hidup atau sudah mati. Tapi nampaknya Beiji telah tewas.

"Roar...! Roar...! AUM...! Lemah!" Limdong terus berteriak meraung.

"Lee, apakah Beiji tewas?" tanya Lingling yang masih terkejut. Padahal ia bisa melihat sendiri dari kejauhan bagaimana keadaan tubuh Beiji.

"Nampaknya begitu. Padahal aku kira Beiji yang akan menang. Sebaiknya kita dekati Guru saja terlebih dahulu," jawab Lee.

"Em..., kalau begitu ayo kita ke sana," ucap Lingling yang setuju dengan saran Lee.

Karena selain guru mereka, mereka berdua tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi. Mereka ingin memastikan keadaan Beiji dan sekaligus ingin menanyakan apa yang harus mereka perbuat saat ini.

Dan dari kejauhan ternyata ada salah seorang murid yang tiba-tiba melesat ke arah Limdong.

Ternyata ia adalah sang kekasih Beiji. Namanya Yihko. Yihko sangat marah karena melihat Beiji dihajar sampai tewas oleh Limdong.

"Matilah kau...! Bocah sialan...! Hiyat...!" Yihko menusukkan pedangnya langsung ke arah tubuh Limdong.

Namun bukanya Limdong tertusuk, melainkan leher Yihko lah yang di cengkeram dengan salah satu tangan Limdong.

Karena merasa ada sedikit ancaman, Limdong tidak akan segan melenyapkan ancaman itu.

setelah leher Yihko dicengkeram dengan kuat oleh Limdong, kemudian Limdong kembali membuka mulutnya lebar-lebar.

"Beiji, tenang saja, aku akan segera menyusulmu." Terukir senyuman di bibir Yihko.

Beberapa detik kemudian, dari mulut Limdong terbentuk kembali bola api namun ukurannya tidak terlalu besar. Tapi jelas saja itu sudah cukup untuk merenggut nyawa Yihko.

Boom...!

Setelah dibanting keras ke tanah, Limdong menembakkan bola api itu ke tubuh Yihko.

Dalam sekejap saja tubuh Yihko menghilang bagaikan abu.

"Kenapa murid itu sangat bodoh!" Shifuyi malah mengumpat karena kebodohan salah satu murid wanitanya itu.

"Guru!" ucap Lee dan Lingling serempak. Mereka mendatangi guru mereka.

"Ah, kalian? Ada apa? Apakah kekuatan kalian sudah pulih kembali?" tanya Shifuyi pada dua murid kesayangannya itu.

"Sejujurnya belum, Guru. Kami ke sini mau menanyakan keadaan Beiji dan juga kami bingung harus berbuat apa," ujar Lingling berterus terang.

"Iya Guru. Sama, aku juga demikian," lanjut Lee.

"Kalian bisa lihat sendiri bukan? Jelas saja nyawa Beiji sudah melayang. Dan lagi, baru saja ada satu murid bodoh yang juga kehilangan nyawanya sia-sia. Huh! Untuk sementara, kita istirahat saja terlebih dahulu. Kita pantau gerak gerik Limdong dari jarak jauh terlebih dahulu," ucap Shifuyi.

"Apakah Guru memiliki rencana?" tanya Lingling.

"Rencana saat ini adalah menunggu kedatangan empat temanku. Jujur saja, kalau hanya aku seorang tidak akan mampu untuk melawan Limdong yang keadaannya sedang seperti ini," jawab Shifuyi.

Saat ini Limdong sedang mengawasi keadaan di sekitarnya. Apabila ia merasa ada ancaman maka ia akan langsung menyerangnya tanpa ragu. Buktinya tadi, ada reruntuhan tembok yang bergerak dan langsung saja Limdong menembakkan sinar laser dari mulutnya ke arah tembok tersebut. Nampaknya pergerakan sekecil apapun bisa dirasakan oleh Limdong namun hanya dalam radius tertentu.

Tubuh Limdong yang memiliki sayap dan tanduk serta bola mata yang berwarna merah menyala terlihat sangat gagah. Limdong terlihat seperti Iblis. Tapi kenapa auranya tidak mutlak seperti iblis pada umumnya? Dan hal itu yang membuat Shifuyi bingung.

"Guru, sebenarnya apa yang terjadi pada Limdong?" Lingling bertanya pada gurunya sambil meneteskan air mata. Lingling sangat sedih melihat Limdong tak terkendali seperti saat ini. Karena hari-hari biasanya mereka bertiga selalu menjalani hari-hari yang bahagia dan Limdong juga termasuk anak yang periang. Walaupun Limdong hanya memiliki dua teman, namun mereka sangat akrab. Kenapa hanya ada dua teman? Padahal banyak anak lainnya yang ada di sekitar mereka. Karena memang sejak kecil Limdong kerap dianggap berbeda. Limdong selalu saja dikucilkan. Kehidupan masa kecilnya sangatlah berat. Tanpa teman, dan juga tanpa kedua orang tua.

Tak jarang Limdong suka mengurung dirinya di kamar dan menangis sendirian karena kesepian. Bukan hanya di kamar saja, terkadang jika Limdong merasa sangat bosan maka Limdong akan pergi ke pinggir sungai di dekat makam kedua orang tuanya. Dan di sanalah Limdong juga menangis sambil mengatakan keluh kesahnya.

Ada hari di mana pertama kali Lee dan Lingling sedang pergi memancing dan saat itu tidak sengaja melihat Limdong yang sedang menangis di bawah pohon. Tanpa ragu Lee dan Lingling mendekati Limdong dan bertanya apa yang terjadi. Akan tetapi, kala itu Limdong malah melarikan diri. Karena memang Limdong sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Lee dan Lingling mencoba mengejar Limdong tapi tidak berhasil mengejarnya. Begitulah awal mula mereka bertemu.

Sejak saat itu, Lingling merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Limdong. Lingling sering memperhatikan apa yang dilakukan Limdong sehari-hari. Dan itu ditemani oleh Lee.

Dan lambat laun, Lingling dan Lee paham apa yang terjadi dan mereka berdua memutuskan untuk berteman dengan Limdong. Awalnya Limdong tidak percaya. Limdong mengira ajakan pertemanan mereka berdua hanyalah sekedar candaan atau lelucon. Tapi ternyata mereka bersungguh-sungguh untuk menjalin hubungan pertemanan mereka di masa kecil kala itu. Dan sampai sekarang umur mereka sudah enam belas tahunan, hubungan mereka semakin erat.

"Guru, apakah Limdong bisa sadar kembali seperti sedia kala?" tanya Lingling yang masih meneteskan air matanya.

"Tentu saja bisa. Tapi harus menunggu kedatangan teman-temanku. Karena penyegelan kali ini bukanlah seperti biasanya. Kalian bisa lihat sendiri bukan, bahkan Beiji yang ternyata sosok Iblis pun bisa dikalahkan secara telak. Aku tidak mau mengambil resiko. Kita harus sabar menunggu," jawab Shifuyi.

"Sebenarnya kenapa tubuh Limdong bisa berubah seperti itu, Guru? Apakah Limdong juga iblis?" tanya Lee.

"Entahlah muridku. Jujur saja, aku pun baru pertama kali melihat perubahan pada tubuh Limdong saat mengamuk. Sebelumnya ia hanya mengamuk biasa dan kekuatannya tidaklah terlalu besar seperti saat ini. Kalau dibilang Limdong adalah iblis, aku rasa itu juga bukan. Karena auranya bukanlah murni aura kegelapan. Bisa dibilang aura yang Limdong miliki ada dua. Aura kegelapan dan aura suci," ucap Shifuyi menjelaskan.

"Em..., jadi..., Limdong itu apa?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status