Share

Bab 18. Tak Bisa Mengelak

Jantung Adisti seperti mau copot mendengar Felicia dengan polosnya bicara pada Vernon. Kalau bisa, Adisti ingin lenyap tenggelam ke dasar bumi.

"Ingin punya ayah?" Vernon menatap dua mata bening di depannya itu. Lalu dia alihkan pandangan pada Adisti.

"Cia, tadi belum pipis, kan? Ayo, pipis dulu. Kita ke toilet." Adisti berdiri dan dengan cepat menuntun Felicia menuju kamar kecil.

Sebenarnya bukan karena Felicia pingin buang air kecil, tapi Adisti tidak tahu harus bersikap bagaimana di depan Vernon. Mau tidak mau, Felicia manut pada ibunya.

Selesai urusan kamar kecil, sebelum kembali ke meja mereka, Adisti bicara pada Felicia.

"Sayang, ga usah bicara soal ayahmu di depan Om Vernon. Oke?" Adisti memastikan Felicia mendengar yang dia katakan.

"Kenapa?" Felicia bingung dengan yang ibunya ucapkan.

"Pokoknya ga usah bicara soal ayah lagi." Adisti tidak tahu bagaimana membuat Felicia mengerti. Nada suara Adisti sedikit naik, membuat Felicia langsung ciut. Dia mengerti ibunya marah.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status