Share

Ibu Angkat Psikopat
Ibu Angkat Psikopat
Author: Haura Kirana

Bab 1

Author: Haura Kirana
Suara jeritan yang menyayat hati terdengar dari ruang bersalin. Sementara itu, ibu angkatku duduk dengan wajah tak sabar di kursi.

Tak lama kemudian, dokter keluar dan memberitahukan dengan suara rendah, "Pasien kesulitan untuk melahirkan dan sekarang diperlukan operasi caesar. Di mana ayah dari anak ini? Kami butuh tanda tangannya."

Begitu mendengar hal ini, ibu angkatku langsung naik pitam, "Nggak perlu operasi caesar! Kalau sampai merusak plasenta, gimana jadinya?"

Mendengar ucapannya, dokter itu mengernyitkan dahi, "Kalau nggak operasi, nyawa pasien bisa terancam."

"Cuma agak sulit saja, 'kan? Padahal cuma melahirkan, apa susahnya? Nyawa bukan urusanku! Aku nggak peduli gimana caranya, tapi pastikan plasentanya tetap utuh. Kalau nggak, jangan harap rumah sakit ini bisa beroperasi lagi."

Begitu ibu angkatku selesai bicara, aku segera berlari mendekat dan memohon, "Dokter, tolong selamatkan kakakku."

Ibu angkatku menarikku, lalu menamparku dengan keras, "Di sini bukan tempatmu bicara." Tamparannya keras sekali, hingga pipi kananku terasa panas seolah-olah terbakar.

Aku ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi ibu angkatku langsung menendangku hingga terjatuh. Dengan sepatu hak tingginya, dia menginjak tanganku dengan kasar. Aku bahkan bisa mendengar suara tulang tanganku yang retak dengan jelas.

Aku merintih kesakitan. Ibu angkatku memandang dokter dengan tajam dan berkata, "Kalau kamu masih mau kerja besok, lakukan saja seperti yang kuperintahkan!"

Dokter terdiam sejenak sebelum akhirnya setuju. Aku merangkak dengan putus asa ke arah pintu ruang gawat darurat, tetapi ibu angkatku mengadangku. Dia menarik rambutku dengan kasar.

"Kamu benar-benar nggak tahu diuntung. Kalau bukan karena aku, kamu dan kakakmu sudah lama mati kelaparan di jalanan. Bukannya berterima kasih, malah berani melawanku."

Sambil berbicara, dia menduduki tubuhku dan memukul leherku dengan keras, "Dasar nggak berguna! Kalau saja kakakmu nggak bisa hamil, aku sudah menyingkirkanmu dari dulu."

Hidung dan mulutku sudah dipenuhi darah, tapi orang-orang yang berdiri di sekeliling hanya memandang tanpa ada yang berani menolong, wajah mereka terlihat terbiasa dengan pemandangan ini.

Saat itu, putra ibu angkatku, Donny, pun datang. Dia memandangku dengan ekspresi jijik. Dia bertanya, "Hilda gimana?"

Ibu angkatku menatapnya dan berdiri perlahan dari atas tubuhku. "Dokter bilang mungkin nggak akan selamat."

Donny berdecak, "Sayang sekali, padahal payudaranya besar sekali. Plasentanya gimana? Sudah dapat belum?"

Ibu angkatku menjawab, "Masih lagi operasi, tapi aku sudah perintahkan dokter, walaupun Hilda meninggal, plasentanya harus diambil." Mereka berbicara dengan tenang, seolah-olah nyawa manusia tidak berarti apa-apa.

Donny kemudian berjongkok, mematikan rokoknya di dadaku. Aroma kulit yang terbakar tercium dan aku berteriak kesakitan. Dia menekan mulutku dengan keras, "Diam! Kamu berdoa saja semoga plasenta itu bisa diambil utuh dari kakakmu, atau kamu tunggu mati saja."

"Melahirkan saja nggak bisa, perempuan macam apa kamu ini?"

Setelah itu, dia menendang perutku beberapa kali dengan kasar.

Saat kakakku didorong keluar dari ruang operasi, wajahnya tampak pucat pasi. Untungnya, dia berhasil selamat. Namun, ibu angkat dan Donny sama sekali tidak memperhatikan bayinya. Mereka langsung mendekati dokter yang membawa plasenta.

Ibu angkatku tersenyum senang, "Kualitasnya bagus kali ini, cepat bawa pulang dan olah."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Angkat Psikopat   Bab 10

    "Gimana, Nia? Kamu mau mati bersamaku?"Begitu mendengar ucapannya, kakakku langsung mencengkeram tanganku dan bertanya, "Apa maksudnya perdagangan manusia? Nia, apa yang kamu lakukan di belakangku?"Aku menatap kakakku dalam diam. Aku memang belum pernah memberitahunya tentang ancaman ibu angkat, hanya mengatakan bahwa aku bisa membantunya.Aku tersenyum pada Kakak untuk menenangkannya, "Nggak apa-apa, Kak." Itu adalah pengakuan tak langsung tentang ancaman ibu angkatku.Napas kakakku tiba-tiba menjadi berat. Seluruh tubuhnya tampak lelah dan letih, seakan-akan penderitaan batinnya sudah tak tertahankan lagi. "Aku sudah melapor ke polisi tiga hari yang lalu dan memberikan semua bukti, termasuk tujuan dan ciri-ciri kapal itu."Meski aku masuk penjara, hukumanku akan diringankan."Mata kakakku dipenuhi rasa sakit dan penyesalan. Dengan suara serak, dia bertanya, "Kenapa kamu menipuku?"Aku menariknya ke dalam pelukanku, seperti bertahun-tahun yang lalu ketika dia melindungiku dari kekej

  • Ibu Angkat Psikopat   Bab 9

    Ibu angkatku langsung menyadari ada yang salah dengan tubuhnya. Dia menerjang ke arahku dan berusaha merebut kontrak dari tanganku. Aku dengan gesit menghindar, lalu menendangnya hingga jatuh ke lantai."Nia, apa yang kamu lakukan padaku!" teriak ibu angkatku dengan marah.Aku memiringkan kepala, lalu menjawab pelan, "Ibu, kamu sakit. Tapi tenang saja, aku sudah mengaturkan rumah sakit jiwa terbaik untukmu."Alih-alih merasa marah mendengar perkataanku, dia malah tertawa sinis, "Hanya dengan kemampuanmu?"Aku melangkah mendekat, lalu menginjak wajahnya dengan kuat hingga berkali-kali sampai giginya copot. Mulut dan hidungnya berdarah, tangisan dan jeritan keluar bersama air mata dan air liur yang mengalir di wajahnya."Ibu, kamu kira aku akan setia padamu hanya karena kamu memberikan semua pekerjaan kotor padaku? Aku harus berterima kasih padamu. Kamu memberikan semua rahasia paling penting padaku, jadi melakukan sedikit tipu muslihat bukanlah hal yang sulit."Ibu angkatku tetap tidak

  • Ibu Angkat Psikopat   Bab 8

    Namun, terlalu banyak mengonsumsi suplemen justru bisa merusak tubuh, bukan? Ketika kehamilan kakakku hampir mencapai delapan bulan dalam beberapa hari lagi, ibu angkat memanggilku."Asistenku bilang bahwa pekerjaanmu untuk menenangkan masalah-masalah akhir-akhir ini sangat baik. Gadis-gadis yang suka membuat keributan juga semakin berkurang."Aku tersenyum tipis. "Itu sudah menjadi tugasku."Ibu angkat berdiri, lalu berjalan mendekatiku. "Aku tahu kamu nggak akan mengecewakanku. Keadaan tubuh kakakmu akhir-akhir ini nggak terlalu baik. Aku berencana untuk membuatnya melahirkan lebih awal. Bagaimana menurutmu?"Saat mengatakan hal itu, matanya menatapku tanpa berkedip. Aku tahu, dia mencoba mencari tahu reaksiku. Aku sadar, dia hanya akan merasa nyaman melakukan sesuatu jika hubungan antara aku dan kakakku tidak baik.Dengan ekspresi datar, aku menjawab, "Ikuti saja apa yang Ibu anggap terbaik.""Apa kamu nggak takut kakakmu mati di meja operasi?"Aku tertawa sinis mendengar pertanyaan

  • Ibu Angkat Psikopat   Bab 7

    Dia memaksaku untuk menatap ke arah kapal dan berkata, "Nia, mulai sekarang, kita berada di perahu yang sama. Kalau aku tertangkap, kamu juga nggak akan bisa lari."Dia terus berbisik di telingaku, sementara aku hanya terdiam menatap gelapnya bagian belakang kapal. Sesampainya di rumah, aku pergi ke kamar kakakku untuk mengantarkan makanan seperti biasa. Begitu aku menutup pintu, dia langsung bertanya, "Ke mana kamu barusan?"Aku terdiam sejenak, kagum dengan kepekaannya. Dengan suara pelan, aku menjawab, "Nggak ke mana-mana. Dia cuma memintaku memastikan keadaan orang-orang di ruang bawah tanah." Jawabanku setengah berbohong.Kakakku mengernyit, "Donny belum dijatuhi hukuman, tapi masalah ini sudah cukup besar. Pasti dia akan mendapat hukuman beberapa tahun. Apa pun yang dimintanya sekarang, kamu harus lebih berhati-hati, mengerti?"Aku terdiam sejenak, lalu berkata pelan, "Berhati-hati pun percuma, lagian kita nggak bisa melarikan diri."Mendengar itu, kakakku berdiri dan mengulurkan

  • Ibu Angkat Psikopat   Bab 6

    Kakakku dipukul begitu keras hingga mimisan. Suara dengungan memenuhi kepalanya, tetapi dia tetap hanya bisa menangis dan berkata, "Bukan aku, ini ulah Yoana!"Ibu angkat terdiam sejenak dan bertanya, "Kenapa aku harus percaya padamu?""Yoana sempat kabur selama sehari penuh waktu itu. Nggak ada yang tahu apa yang dia lakukan hari itu. Selain itu, Donny mulai kecanduan narkoba sekitar tiga bulan yang lalu, tepat setelah Yoana dibawa kembali. Ini semua adalah jebakannya!"Ibu angkat diam sejenak, lalu tiba-tiba tertawa sinis, "Kalau begitu bagaimana dengan wartawan itu? Waktu acara amal baru diumumkan seminggu yang lalu. Apa Yoana bisa meramal?"Ibu angkat tampaknya hendak memukul lagi, tetapi aku segera berlari ke arahnya, lalu meraih tangannya dan berteriak, "Kakakku sedang hamil!"Mendengar hal itu, ibu angkatku tertegun. Aku buru-buru melanjutkan, "Tolong percayalah pada kami, kami sama sekali nggak terlibat dalam hal ini. Kami selalu setia sama Ibu."Setelah mendengarku, ibu angkat

  • Ibu Angkat Psikopat   Bab 5

    Yoana meninggal, tapi kematiannya tak menimbulkan kehebohan sama sekali.Donny mengalami luka bakar parah di tubuh bagian atas, tapi bagian bawahnya hampir tak terluka. Tuhan memang tidak adil. Meski mengalami kecelakaan seperti itu, Donny tetap selamat. Ketika ibu angkatku tahu bahwa bagian bawah tubuh Donny tidak mengalami kerusakan parah, dia segera mengatur operasi rekonstruksi untuknya.Sebulan kemudian, Donny pun keluar dari rumah sakit. Pada saat yang sama, kakakku kembali hamil.Ibu angkatku sangat senang. Pasalnya, tingkat kelangsungan hidup sperma Donny sangat rendah. Itulah sebabnya dia mencari banyak wanita untuk Donny, bahkan mencoba metode ibu pengganti di luar negeri. Namun, ibu angkatku selalu merasa para wanita pengganti itu tidak cukup bersih.Kakakku yang bisa hamil hingga empat kali adalah sesuatu yang langka. Kegembiraan ibu angkatku membuatnya mengizinkan aku dan kakakku untuk menghadiri acara amal Keluarga Wicaksono yang akan datang.Betapa ironisnya. Mereka mela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status