Short
Ibu Angkat Psikopat

Ibu Angkat Psikopat

By:  Haura KiranaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
558views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ibu angkatku memiliki kebiasaan yang mengerikan. Dia sangat suka makan plasenta dan hanya menginginkan plasenta dari kerabat dekatnya. Dia percaya bahwa plasenta dapat menyembuhkan segala penyakit, jadi dia mengadopsi banyak gadis untuk dijadikan pelampiasan nafsu bagi putranya. Aku dan kakakku adalah saudara kembar. Namun, tampang kami sama sekali tidak mirip. Kakakku cantik dan pandai, serta sangat populer di panti asuhan. Karena itulah, ibu angkatku langsung terpikat padanya. Aku tidak tahu apa yang dikatakan kakakku pada ibu angkatku waktu itu. Namun pada akhirnya, dia memutuskan untuk mengadopsiku juga. Awalnya, aku berpikir kami akan menjalani kehidupan yang normal bersama. Namun, ilusi itu hanya bertahan selama satu tahun. Kenyataan baru mulai terbuka suatu malam ketika aku terbangun untuk pergi ke kamar mandi dan mendengar suara erangan dari kamar kakakku. Dengan jelas, aku melihat bayangan Donny, putra ibu angkatku, melakukan hal yang membuatku merinding di atas tubuh kakakku. Sejak itu, kakakku harus memenuhi keinginan ibu angkat dengan memberikan plasenta dari tiga anak yang dilahirkannya. Namun, saat ibu angkatku akhirnya menelan plasenta dari anak keempat kakakku, sesuatu yang tak terduga terjadi. Ibu angkatku tiba-tiba mengalami gangguan jiwa.

View More

Chapter 1

Bab 1

Suara jeritan yang menyayat hati terdengar dari ruang bersalin. Sementara itu, ibu angkatku duduk dengan wajah tak sabar di kursi.

Tak lama kemudian, dokter keluar dan memberitahukan dengan suara rendah, "Pasien kesulitan untuk melahirkan dan sekarang diperlukan operasi caesar. Di mana ayah dari anak ini? Kami butuh tanda tangannya."

Begitu mendengar hal ini, ibu angkatku langsung naik pitam, "Nggak perlu operasi caesar! Kalau sampai merusak plasenta, gimana jadinya?"

Mendengar ucapannya, dokter itu mengernyitkan dahi, "Kalau nggak operasi, nyawa pasien bisa terancam."

"Cuma agak sulit saja, 'kan? Padahal cuma melahirkan, apa susahnya? Nyawa bukan urusanku! Aku nggak peduli gimana caranya, tapi pastikan plasentanya tetap utuh. Kalau nggak, jangan harap rumah sakit ini bisa beroperasi lagi."

Begitu ibu angkatku selesai bicara, aku segera berlari mendekat dan memohon, "Dokter, tolong selamatkan kakakku."

Ibu angkatku menarikku, lalu menamparku dengan keras, "Di sini bukan tempatmu bicara." Tamparannya keras sekali, hingga pipi kananku terasa panas seolah-olah terbakar.

Aku ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi ibu angkatku langsung menendangku hingga terjatuh. Dengan sepatu hak tingginya, dia menginjak tanganku dengan kasar. Aku bahkan bisa mendengar suara tulang tanganku yang retak dengan jelas.

Aku merintih kesakitan. Ibu angkatku memandang dokter dengan tajam dan berkata, "Kalau kamu masih mau kerja besok, lakukan saja seperti yang kuperintahkan!"

Dokter terdiam sejenak sebelum akhirnya setuju. Aku merangkak dengan putus asa ke arah pintu ruang gawat darurat, tetapi ibu angkatku mengadangku. Dia menarik rambutku dengan kasar.

"Kamu benar-benar nggak tahu diuntung. Kalau bukan karena aku, kamu dan kakakmu sudah lama mati kelaparan di jalanan. Bukannya berterima kasih, malah berani melawanku."

Sambil berbicara, dia menduduki tubuhku dan memukul leherku dengan keras, "Dasar nggak berguna! Kalau saja kakakmu nggak bisa hamil, aku sudah menyingkirkanmu dari dulu."

Hidung dan mulutku sudah dipenuhi darah, tapi orang-orang yang berdiri di sekeliling hanya memandang tanpa ada yang berani menolong, wajah mereka terlihat terbiasa dengan pemandangan ini.

Saat itu, putra ibu angkatku, Donny, pun datang. Dia memandangku dengan ekspresi jijik. Dia bertanya, "Hilda gimana?"

Ibu angkatku menatapnya dan berdiri perlahan dari atas tubuhku. "Dokter bilang mungkin nggak akan selamat."

Donny berdecak, "Sayang sekali, padahal payudaranya besar sekali. Plasentanya gimana? Sudah dapat belum?"

Ibu angkatku menjawab, "Masih lagi operasi, tapi aku sudah perintahkan dokter, walaupun Hilda meninggal, plasentanya harus diambil." Mereka berbicara dengan tenang, seolah-olah nyawa manusia tidak berarti apa-apa.

Donny kemudian berjongkok, mematikan rokoknya di dadaku. Aroma kulit yang terbakar tercium dan aku berteriak kesakitan. Dia menekan mulutku dengan keras, "Diam! Kamu berdoa saja semoga plasenta itu bisa diambil utuh dari kakakmu, atau kamu tunggu mati saja."

"Melahirkan saja nggak bisa, perempuan macam apa kamu ini?"

Setelah itu, dia menendang perutku beberapa kali dengan kasar.

Saat kakakku didorong keluar dari ruang operasi, wajahnya tampak pucat pasi. Untungnya, dia berhasil selamat. Namun, ibu angkat dan Donny sama sekali tidak memperhatikan bayinya. Mereka langsung mendekati dokter yang membawa plasenta.

Ibu angkatku tersenyum senang, "Kualitasnya bagus kali ini, cepat bawa pulang dan olah."
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status