"Itu mobilnya!" teriakku sembari menunjuk sebuah mobil berwarna putih.Lelaki yang wajahnya mirip aktor Ji Chang Wook itu langsung melajukan mobilnya lebih cepat lalu seketika ia menghadang mobil tersebut. Kulihat mobil Avanza berwarna putih itu seketika berhenti, lalu tidak lama kemudian, tampak dua orang lelaki bertubuh tinggi besar mendatangi kami.Kulihat lelaki itu menghajar dua penculik tersebut."Elsa, tunggu di mobil, ibu mau melihat Aurora di mobil itu," ujarku.Ia mengangguk, lalu aku segera berlari menuju mobil itu. "Ibu!" terdengar suara teriakan Aurora sembari menggedor kaca mobil.Rupanya mobil itu terkunci, sehingga aku kesulitan untuk membukanya. Namun, tidak berapa lama kemudian, pintu mobil tersebut akhirnya terbuka, sepertinya Aurora berhasil membukanya."Sayang, kamu gak apa-apa?" tanyaku sembari memeluknya dengan erat.Ia hanya mengangguk sembari berderai air mata, tampaknya ia sangat ketakutan, meski sepertinya penculik itu belum sempat melukainya.Untunglah Aur
"Next time, bawa kedua anak kamu main kesini ya," ujarnya sembari tersenyum ramah.Rasanya baru kali ini aku bertemu dengan orang kaya yang ramah, padahal biasanya aku selalu dipandang sebelah mata karena miskin."Terimakasih untuk undangannya, tapi mohon maaf, Bu, saya tidak bisa. Karena akhir-akhir ini saya sangat sibuk."Meskipun rasanya aku penasaran ingin memasuki rumah yang seperti istana itu, tapi aku harus sadar bahwa diri ini telah memiliki suami. Lagipula aku harus berjuang mencari uang dan tak memiliki waktu untuk bermain-main."Baiklah, Melati, semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi," ujarnya.Setelah itu ia membayar snack box yang ia pesan, karena aku belum memiliki rekening."Melati, biar Fahri antar kamu pulang," ujar Bu Farah tiba-tiba."Gak perlu, Bu, saya kan sama tukang ojek," sahutku lalu segera pamit.Selama di perjalanan, aku terus kepikiran dengan sikap Bu Farah dan Fahri. Mereka terlihat tertarik padaku, padahal apa yang menarik dari wanita miskin dan berwaja
"Andre, kamu kenapa? Tiba-tiba datang langsung marah-marah sama istrimu, kasihan dia seharian capek kerja," ujar ibu mertua."Memangnya Ibu pikir aku gak capek? Aku sampai lembur demi mendapatkan banyak uang, tapi Melati malah jalan sama cowok lain.""Kamu jangan ngomong sembarangan, seharian ini Melati membuat snack box bersama Ibu, lalu dia mengirimkan ke rumah orang yang memesan, dia sama sekali gak ada waktu buat pergi bersama lelaki!""Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, dia pergi bersama seorang lelaki naik motor sport mahal. Aku jadi ingat, dulu dia bilang kalau dia ingin dibonceng pakai motor sport seperti itu."Mendengar ucapan Mas Andre, seketika lidahku terasa kelu, aku benar-benar bingung harus berkata apa."Melati! Kenapa kamu diem aja? Kamu diem pasti karena kamu tidak bisa menyangkal bahwa kamu pergi bersama lelaki tadi, kan?""Aku akan menjelaskan semuanya secara detail, aku harap kita semua duduk tenang."Suamiku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan secara
"Kalian saling mengenal?" tanya Mas Fahri."Melati itu teman kecil saya," ujar Arthur."Melati, apakah Pak Fahri ini suami lo?" tanya Gladis.Degh! Situasi macam apakah ini? Aku benar-benar bingung harus menjawab apa."Anu...itu...""Kenapa lo terlihat gugup? Keren loh jika suami lo ternyata atasan suami gue."Apa yang harus aku lakukan? Berbohong demi gengsi atau jujur lalu dipermalukan?"Bukan, dia bukan suami gue."Akhirnya Kalimat itu meluncur dari mulutku. Sepertinya mulai saat ini aku harus berani jujur meski harus direndahkan. Aku tak bisa terus menerus berbohong hanya agar terlihat keren dibandingkan Gladis."Kalau bukan, ngapain lo jalan berdua dengan cowok lain? Apa lo selingkuh?""Saya sepupu suaminya Melati, kebetulan kami sedang membahas bisnis.""Oh, sepupunya. Ngomong-ngomong, apa jabatan suaminya Melati?""Suaminya Melati adalah CEO di perusahaan yang saya pegang, berhubung dia sedang mengurus perusahaan yang lain, jadi perusahaan itu untuk sementara saya yang urus."A
"Andre, stop!" teriak ibu mertua hingga bogem mentah itu tak jadi mengenai wajah Mas Fahri."Kenapa, Bu? Dia itu berniat merusak rumah tanggaku.""Hahahhaha, gak usah lebay, Kak. Gue cuma nolong Melati dari preman, gak lebih."Hah? Kak? Apa maksudnya itu? Apakah suamiku dan Mas Fahri adalah saudara?"Lo dan ibu lo, sama aja, tukang merebut milik orang!""Gak usah ngomong sembarangan kalau gak tau apa-apa.""Kalian itu dulunya miskin, lalu tiba-tiba merebut semua harta keluarga gue, kalian itu licik!"Mendengar itu Fahri hanya tersenyum, entah apa yang ia pikirkan."Jangan-jangan, nyokap lo udah ngasih tubuhnya sama bokap gue, hingga tanpa sadar bokap gue ngasih semua aset hartanya sama nyokap lo?" Seketika raut wajah Mas Fahri berubah, tampaknya ia sudah tak tahan dengan ucapan suamiku.Plaaaak! Tiba-tiba ibu mertua menampar Mas Andre hingga membuatku terhenyak."Jaga mulutmu! Jangan bicara sembarangan pada adik ibu."Jadi, Bu Farah adalah adiknya ibu mertua? Sekarang aku mengerti, r
"Aku tahu Ibu suka bercanda, tapi gak gini juga bercandanya, Bu," ujarku yang sempat berbinar-binar saat mendengar ibu mertua hendak membelikanku emas yang banyak.Aku memang sudah lama ingin memiliki emas, tapi rasanya mustahil jika ibu mertua tiba-tiba mengabulkannya. Daripada harapanku dijatuhkan dengan ucapan "Ibu cuma bercanda" lebih baik aku tidak mempercayainya saja sekalian."Sudahlah, jangan banyak protes, mending sekarang kalian semua ganti pakaian."Pranknya gak lucu, Bu," ujar Mas Andre yang tampaknya juga tidak percaya."Ibu sedang tidak bercanda, kok.""Tapi uang darimana, Bu?""Pokoknya hari ini kalian nurut aja sama ibu dan gak perlu protes, kalau protes ibu akan marah dan meninggalkan kalian."Meski masih bingung, akhirnya aku segera mengganti pakaian anak-anakku dengan pakaian terbaik yang dibeli beberapa tahun lalu. Lalu setelah kami semua berdandan rapi, kami bergegas menemui ibu mertua."Melati, cepat pesan taksi online," ujar ibu mertua yang telah mengenakan paka
"Apakah kamu tidak ingin ibu menikmati hidup?" tanya ibu mertua yang membuat Mas Andre seketika tak lagi mengeluarkan suara.Setelah itu kami semua langsung melahap makanan yang ada di meja."Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, sudah mengabulkan doa Elsa," ujar anakku yang nomor 3 hingga membuat kami semua menoleh ke arahnya."Memangnya Elsa berdoa agar bisa makan di restoran?" tanya ibu mertua tiba-tiba."Iya, soalnya kemaren Putri dan Regina bercerita kalau mereka sering makan di restoran, makanya aku berdoa sama Allah agar aku bisa makan di restoran kayak mereka.""Kalau gitu ibu akan foto Elsa lagi makan dessert itu."Ia mengangguk sembari tersenyum senang, lalu mulai menyendok dessert di hadapannya. Setelah memfoto Elsa, aku juga berkali-kali mengambil selfie, aku akan memposting di Facebook agar Bu Ratna dan Bu Susi tidak merendahkanku lagi."Udah foto-fotonya, cepat habiskan makanan kalian, karena setelah ini masih banyak hal yang akan kita kerjakan," ujar ibu mertua."Pasti k
"Ibu beneran gak apa-apa?" tanyaku saat ibu mertua terus memegangi kepalanya.Dia tidak menjawab, kulihat matanya masih terpejam. Aku langsung meraih tangannya, alhamdulilah masih kurasakan denyut nadi ibu mertua. Nyaris saja pikiran ini memikirkan hal buruk yang mungkin membuatku menangis histeris. Namun, kulihat wajahnya begitu pucat dan berkeringat."Bu, apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit aja?""Ibu hanya butuh istirahat, tolong jangan lagi mengganggu ibu," ujarnya dengan mata terpejam.Aku langsung menghela napas, lalu membiarkan ibu mertua kembali terlelap."Loh, kita mau kemana, Pak? Arah rumah kami bukan kesini?" tanyaku saat menyadari bahwa lelaki yang mengaku bernama Pak Yono itu membawa kami ke arah yang berlawanan dengan tempat tinggal kami."Iya, kita mau kemana ini, jangan bilang kalau kamu ternyata orang jahat, apa jangan-jangan kamu menghipnotis ibuku?" tanya suamiku."Mas Andre dan Mbak Melati gak usah negatif thinking, saya bukan orang jahat. Saya adalah sopir Bu