"Jadi, Fahri itu saudara kembar kamu?" tanya Kristal tiba-tiba."Iya," jawab Melati sembari tersenyum."Mitosnya, kalau orang kembar itu memiliki ikatan batin yang kuat, jika salah satu merasa tersakiti, maka kembarannya akan merasakan hal yang sama. Bener, gak?" Kristal kembali bertanya."Betul. Aku sering merasakan apa yang Melati rasakan." Fahri menyahut."Aku juga bisa merasa gelisah saat sesuatu yang buruk menimpa Fahri, contohnya saat Fahri mengalami penganiayaan hingga masuk rumah sakit, saat itu aku merasakan rasa sakit yang sama.""So sweet banget ya kalian." Kristal tampak tersenyum aneh.Sementara Bianca tampak terus menatap Fahri sembari tersenyum, dalam hatinya ia sangat mengidolakan lelaki itu."Apa Om Malaikat sudah menikah?" tanyanya tiba-tiba."Bagaimana kalau mulai saat ini Bianca panggil Om Fahri aja, karena om tidak sebaik Malaikat.""Oke, Om Fahri sudah menikah?" Gadis itu mengulangi pertanyaannya."Om pernah menikah, tapi sekarang istri om sudah meninggalkan om."
"Kalian semua siapa? Kenapa manggil saya Ibu dan Nenek? Lalu merangkul saya gitu?" Wanita berjilbab lebar itu tampak kebingungan.Andre dan Melati tiba-tiba terdiam, kembali terbayang dalam ingatan saat mereka melihat dengan kepala sendiri bahwa sosok yang mereka panggil Ibu itu telah dikafani dan dimasukan liang lahat."M..maaf, Bu. Kami mengira Ibu adalah Ibu mertua saya." Melati langsung beringsut mundur dan meminta maaf, begitu pula Andre yang langsung menarik keempat anaknya."Iya, Bu. Mohon maafkan kami," ucap Andre saat menyadari bahwa ibunya tak mungkin bangkit dari kubur lalu kembali membeli martabak di tempat langganan mereka dulu."Kalian kenal Ibu itu? Tolong bayarkan martabak yang ia beli, masa pesan dua loyang martabak tapi gak mau bayar," ujar pedagang martabak dengan wajah kesal."Jadi berapa?" tanya Andre."40 ribu."Andre langsung meraih dompetnya lalu memberikan selembar berwarna merah."Nanti kalau Ibu ini datang lagi, kasih gratis aja," ujar Andre lagi."Siap!" sa
43"Mbak, bisa ajari aku shalat?" tanya Bianca pada pembantunya."Emangnya Non Bianca belum bisa shalat?" Wanita berusia 35 tahun itu mengernyitkan dahi."Waktu kecil sih pernah diajari oleh Oma, tapi sekarang sedikit lupa karena jarang shalat."Setelah itu pembantunya yang bernama Halimah mengajari Bianca bacaan shalat, hingga ia kembali mengingat semua bacaan yang pernah diajarkan oleh omanya. "Kebetulan sekarang sudah waktunya shalat ashar, ayo kita shalat!" ajak Halimah.Bianca mengangguk, lalu mengambil air wudhu. Lalu mengenakan mukena yang setiap lebaran ia beli tapi tak pernah ia kenakan. Setelah itu ia shalat bersama Halimah. Setelah selesai shalat, Bianca mengangkat kedua tangannya seraya berucap lirih."Ya Allah, pertemukan aku dengan kedua orang tua kandungku, lalu jika boleh aku meminta, aku ingin memiliki papa seperti Om Fahri."Mata Halimah berkaca-kaca saat mendengar doa yang diucapkan anak majikannya itu, lalu ia mengaminkan doa tersebut dan berharap Allah mengabulka
Bab 44Fahri menceritakan pada Bu Farah tentang kenyataan bahwa Bianca adalah anak kandungnya."Kemarin Melati hanya cerita kalau mereka sudah meninggalkan rumah itu, karena ternyata Bianca bukanlah anak Andre. Lalu mengapa tiba-tiba kamu mengatakan bahwa dia anakmu?"Fahri langsung menceritakan semuanya, bahkan tentang hasil test DNA mereka."Kita rebut saja Bianca dari Kristal, wanita itu jahat dan licik. Bianca tak pantas tinggal bersamanya.""Jangan, Ma, Kristal tampak sangat tulus menyayangi Bianca, apalagi dia yang sangat berjasa dalam hidup Bianca, jadi kita jangan memisahkan mereka.""Tapi Kristal itu sudah hampir menghancurkan rumah tangga Andre dan Melati, seharusnya dia dipenjara karena sudah menipu dan memeras Andre, untung saja Andre dan Melati terlalu baik hingga dengan mudah memaafkan mereka.""Kristal melakukannya karena dia sangat mencintai Kak Andre, dia bukanlah tipe wanita matre.""Bagaimana bisa kamu tiba-tiba berpikir begitu?""Aku sudah menawarkan rumah, mobil a
Untuk menebus kesalahannya pada Bianca, Fahri sering menghabiskan waktu bersama Kristal dan Bianca. Mengajak mereka makan, nonton di bioskop, belanja atau pergi ke Time Zone.Sementara itu hati Kristal semakin berbunga-bunga setiap kali dekat dengan lelaki yang wajahnya mirip aktor drama Korea itu. Awalnya niat Kristal mendekati Fahri adalah untuk membuatnya patah hati, untuk membalas dendam pada Melati. Namun, rupanya ia benar-benar mencintai Fahri.Sementara itu Bianca bisa merasakan bagaimana perasaan Kristal pada Fahri, lalu saat Kristal tengah ke toilet, Bianca memberanikan diri untuk bertanya pada ayah kandungnya itu."Bagaimana perasaan Papa pada mamaku?" Fahri terhenyak bercampur haru karena Bianca tiba-tiba menyebutnya papa."Kamu menyebutku papa? Terima kasih ya, Sayang.""Aku memutuskan untuk memaafkan Papa karena Mama selalu mengatakan jika Papa sebenarnya adalah orang baik.""Terima kasih, Sayang. Papa janji akan melakukan apapun buat kamu.""Termasuk menikahi Mama?" Ia
"Banyak anak banyak rezeki itu omong kosong, yang ada kalau banyak anak tapi keadaan belum mapan itu namanya nyiksa anak."Langkahku terhenti saat mendengar suara obrolan ibu-ibu yang sedang mengelilingi tukang sayur. Aku mengurungkan niat untuk berbelanja karena pasti aku akan jadi bahan obrolan di sana. Topik mereka setiap harinya hanya akan membahas diriku yang hobby beranak seperti kelinci dan tidak mempedulikan masa depan anak-anakku."Kenapa balik lagi?" tanya ibu mertua saat melihatku kembali tanpa membawa sayuran."Aku capek, Bu, jadi bahan omongan mereka.""Mereka siapa?""Ya Bu Susi, Bu Ratna dan Bu Sumiatun.""Memangnya mereka ngomong apa sama kamu sampe kamu gak mau berbaur gitu?""Ya apalagi selain membahas anakku yang banyak padahal usiaku baru 32 tahun, tapi anakku sudah 4.""Bilang sama mereka, mau punya anak 4, kek, mau punya anak 5, kek, masalahnya apa buat mereka, toh kita gak pernah minta makan sama mereka!"Aku hanya menghela napas, lelah rasanya harus beradu argu
"Apa Ibu bilang? Ibu minta aku punya anak lagi?""Enggak, ibu bercanda, kok, 4 cucu sudah cukup. Tapi nanti kalau Aurora sudah besar gak apa-apa, kan, kalau ibu minta cucu lagi?"Aku hanya tersenyum getir, karena sebenarnya aku sudah menggunakan KB IUD setelah melahirkan anak keempat. Sebenarnya niat tersebut sudah kurencanakan setelah melahirkan anak kedua, tapi ibu mertua bersikeras agar aku memberikan 4 orang cucu untuknya. Bahkan ia pernah mengancam akan bunuh diri jika keinginannya tidak dituruti. Ibu mertua memang sangat berbeda, disaat banyak mertua membenci menantunya yang memiliki banyak anak karena dinilai akan menyusahkan anak lelakinya, ibu mertua malah memaksaku untuk memiliki banyak anak. Disaat banyak mertua menginginkan menantu yang bekerja, ibu mertua malah bersikeras agar aku selalu di rumah. Dan yang lebih anehnya lagi adalah aku, dengan semua keegoisannya itu aku malah sangat menyayangi ibu mertuaku."Kalau begitu aku masak dulu ya, Bu.""Iya, silahkan, biar ibu j
"Apakah Ibu ke sekolah?" tanyaku pada ibu mertua yang tengah fokus memotong wortel."Kamu ini lucu, kan seharian ibu sama kamu."Lalu saat suamiku pulang, aku segera menanyakan hal yang sama dengan yang kutanyakan pada ibu mertua."Apa Mas ke sekolah?""Hah? Buat apa ke sekolah, memangnya ada apa?"Aku lupa, kalau suamiku tidak tahu tentang apa yang menimpa anak-anak, karena ibu mertua melarangnya, bahkan ibu mertua juga melarangku mengatakan tentang antingnya yang kujual."Enggak, Mas, lupakan saja.""Oh, iya, tadi mas beli nasi Padang, tapi mas cuma bisa beli tiga bungkus, ini uang pendapatan hari ini, kamu harus sisihkan sebagian untuk bayar kontrakan dan biaya sekolah.""Iya, Mas."Setelah itu aku memanggil mertua juga anak-anak untuk makan."Ini untuk Ibu."Aku memberikan sebungkus nasi Padang untuk ibu mertua, lalu duanya lagi aku berikan kepada empat anakku, kusuruh mereka makan satu bungkus berdua."Kalian tidak makan?""Aku sudah, Bu," ucap suamiku."Aku juga masih kenyang."