Share

7. Penguat Hati

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2025-03-14 11:28:14

Bab 7

"Jangan pernah ganggu Aruna, Bas, atau kamu akan berhadapan sama Mami!"

Bastian memukul setir kemudi. Masih teringat jelas peringatan keras yang diberikan oleh ibunya sendiri siang tadi. Lelaki yang tengah menempuh perjalanan menuju rumah itu tak bisa menahan umpatan di bibirnya.

"Sialan! Apa Aruna sengaja mau mengadu domba aku sama Mami? Kenapa dia cerita-cerita sama Mami segala?!"

Setir kemudi kembali dipukul. Bastian tak peduli dengan rasa sakitnya, sebab ia perlu melampiaskan amarah ini, agar bisa terurai sedikit demi sedikit. Sejak awal Bastian pikir, kalau Aruna tidak akan pernah memiliki pengaruh sebesar ini setelah mereka menikah.

Akan tetapi, apa faktanya? Aruna bisa sangat dekat dengan Fathan. Selain itu, Aruna juga mampu membuat Lusiana selalu berpihak padanya, sampai-sampai Lusiana berani menghadang teman-teman sosialitanya untuk membela si menantu, yang memang benar berasal dari keluarga miskin!

Sampai di rumah, Bastian mencoba mengatur napas. Sekarang sudah pukul sepuluh malam. Bastian yakin, kalau Fathan sudah terlelap di kamarnya. Sejak ia menikah dengan Aruna, Bastian menyadari jika dirinya jarang sekali menghabiskan waktu dengan Fathan.

Selain karena punya banyak urusan di perusahaan, ia juga tak mau berlama-lama dengan Aruna!

Masuk ke dalam rumah, Bastian harus membuang napas jengkel, sebab perempuan yang ingin dihindarinya malah ada di depan mata. Aruna sengaja menunggu suaminya pulang. Ia harus mengucapkan maaf. Aruna sadar, kalau Bastian pasti sangat marah besar.

"Mas," panggil Aruna saat Bastian sengaja melewatinya. "Aku minta maaf soal yang tadi," tambahnya sungguh-sungguh.

Bastian tak menggubris. Lelaki itu lebih memilih duduk di sofa dan berkutat dengan ponselnya selama hampir lima menit. Sementara Aruna? Tentu saja berdiri di sebelah sofa yang diduduki oleh suaminya.

Aruna memutuskan kalau ia dan Bastian harus berdamai malam ini juga. Akan Aruna lakukan apa pun, agar Bastian tak marah lagi. Bukan tanpa sebab ia melakukan itu. Aruna hanya tidak mau Fathan bertanya seperti beberapa jam lalu, ketika anak lelaki itu belum tidur.

"Papa masih marah sama Mama?"

Pada saat itu, ia hanya menjawab dengan gelengan kepala. Entah mengapa, Aruna merasa tak akan pernah sanggup berbohong terlalu banyak di depan Fathan.

"Aku minta maaf." Aruna mengulang, kemudian kembali berkata, "aku akan tau diri, Mas. Kejadian seperti tadi gak akan pernah terulang lagi. Sebisa mungkin, aku juga akan jagain Fathan."

Barulah Bastian mengangkat kepala, menatap sang istri dengan sorot yang masih saja datar. "Bagus! Harusnya kamu sadar diri lebih awal!" timpalnya lantas naik ke lantai dua.

Aruna memejamkan mata. Kedua kakinya bergerak pasti menyusul Bastian. Namun, ia melihat sendiri jika lelaki itu tak masuk ke kamar mereka. Bastian memilih masuk ke ruang kerja, dan tak pernah lagi keluar dari sana.

***

Perempuan itu senantiasa tersenyum, beriringan dengan matahari pagi yang muncul ke permukaan. Sebisa mungkin Aruna bersikap seperti manusia yang tak punya banyak persoalan. Tentu ia harus tampil ceria dan energik ketika bersama dengan Fathan.

Mobil yang mereka tumpangi masuk ke area sekolah, kemudian berhenti tepat di area lobby yang luas dan megah. Sudah dua kali Aruna mengantar Fathan sekolah, tetapi ia masih tak bisa beradaptasi dengan lingkungan di mana anak sambungnya mengenyam pendidikan.

"Mama?" panggil Fathan.

Aruna menoleh. "Kenapa, Sayang? Ada yang ketinggalan?"

"Nggak ada. Kita keluar, yuk? Mama harus liat tempat-tempat bagus di sekolahku!"

Ajakan itu sungguhlah berat. Aruna menatap ke luar jendela mobil. Di luar sana, mobil mewah berjejer teratur. Anak-anak keluar ditemani oleh para orang tua. Kebanyakan para ibu tampil cantik, elegan, serta bersahaja. Sudah pasti mereka semua adalah golongan orang kaya.

"Fathan pasti malu kalau aku keluar mobil pake baju kayak gini," gumamnya dalam hati, menilik penampilannya sendiri.  Aruna hanya memakai celana jeans panjang, dipadukan dengan kaos sederhana. Rambutnya pun hanya diikat kuncir kuda. Aruna tak membawa tas mewah, atau memakai sandal mahal. Bahkan ia tak memakai perhiasan, kecuali cincin emas yang diberikan Bastian sebagai salah satu mas kawin mereka.

"Besok aja ya, Sayang?" Aruna mencoba bernegosiasi.

"Kenapa harus besok, Ma? Ayo sekarang aja."

"Jangan sekarang," tolak Aruna disertai gelengan kepala. "Pagi ini Mama salah pake baju. Nanti kamu malah diejek sama temen-temen kalau mereka tau, kalau Mama ini adalah Mama kamu."

"Mama …." panggil Fathan seraya memegang tangan Aruna. "Mama jangan malu sama baju Mama. Gak ada yang salah, kok! Mama itu cantik pake baju apa aja!"

Kontan Aruna tertawa. Ia menganggap Fathan sedang menghiburnya. Padahal apa yang dikatakan oleh bocah lelaki itu bukanlah bulan semata.

"Mama itu mirip sama ibu peri!" tambah Fathan membuat Aruna tak bisa menahan air matanya.

Segera ia menengadah, agar tak ada air mata yang jatuh.

"Aku serius lho, Ma!"

Aruna pun tersenyum hangat. "Dari mana kamu belajar bilang kayak gitu?" tanyanya penasaran.

"Dari Papa!" jawab Fathan cepat. "Papa selalu bilang, kalau kita sebagai manusia, gak boleh hanya menilai orang lain dari penampilan."

"Kamu bijak sekali, Nak," puji Aruna mengusap penuh kasih kedua pipi Fathan. "Kasih Mama kesempatan, ya? Mulai besok, Mama akan keluar terus nganterin kamu sampai ke depan pintu lobby. Oke?"

Fathan pun mengangguk. Ia sudah ingin keluar, tetapi lagi-lagi mengurungkan niatnya, karena ada hal yang harus ia katakan pada Aruna.

"Mama jangan sedih terus, ya. Aku jamin kalau Papa itu baik. Kemarin Papa marah karena aku yang nakal. Nanti aku minta maaf sama Papa. Tapi kalau Papa masih marah sama Mama, Mama bisa lapor sama aku!"

Sekarang tak hanya Aruna yang tertawa, tetapi sopir pribadi yang sejak tadi duduk di kursi depan pun melakukan hal serupa. Sopir tersebut sengaja diam, karena ia diminta Bastian untuk memata-matai bagaimana Aruna mengasuh Fathan.

Sementara Aruna memilih menganggukkan kepala. Di matanya, Fathan terlihat sangat memesona daripada Bastian. Ya, mungkin karena anak lelaki berusia tujuh tahun itu pandai membuat orang dewasa di sekitarnya terkesima, dengan perangai yang baik.

"Mama doakan semoga kamu selalu bahagia, Nak," batin Aruna dalam hati, saat Fathan sudah keluar dari mobil dan melambaikan tangan padanya.

Melihat Fathan, rasanya Aruna bisa bertahan sampai akhir.

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   8. Direndahkan

    Bab 8Genap satu minggu Aruna tinggal di rumah Bastian. Berstatus sebagai istri dari lelaki kaya raya tentu membuat semua kebutuhannya tercukupi. Namun di sisi lain, Aruna merasa kebebasannya mulai terenggut. Ia masih bisa pergi ke luar rumah, entah untuk sekedar makan atau berbelanja makanan ringan di minimarket. Hanya saja, setiap gerak langkahnya selalu ditunggui oleh sopir, atau bahkan bodyguard yang sengaja ikut.Hari ini pun, Aruna hanya bisa melihat ke luar jendela. Untuk pertama kalinya, Aruna tak berselera menyantap semua makanan yang disiapkan di atas meja makan. Semuanya terasa hambar. Mendadak Aruna rindu pada kehidupannya sebelum menikah.Di tengah lamunan itu, ponselnya berdering. Aruna pun tersenyum karena sang ibu mertua yang menghubungi. Dua hari ini, Lusiana tengah bepergian bersama koleganya."Runa, Sayang ...." Di seberang sana, Lusiana memanggil hangat. "Besok kamu ikut ke rumah Om Liam, ya. Anaknya yang paling besar baru aja lulus jadi sarjana. Kita ke sana buat

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   9. Jangan Besar Kepala

    Bab 9Aruna menjadi orang pertama yang sangat terkejut akan pengakuan Bastian. Kepalanya langsung menoleh. Aruna ingat sekali, sejak ia meminta maaf pada Bastian di malam itu, mereka hanya bicara sekedarnya saja. Keduanya akan tampak akur di depan Fathan, kemudian bersikap seolah tak saling kenal, jika bocah lelaki itu tak ada di rumah."Tapi, Mas, apa yang diomongin sama Arinda itu bener, kok! Aruna memang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu!" Riani angkat bicara."Tuh, kan! Yang berpikir kayak gitu bukan cuma aku aja, Mas!"Bibir Bastian menipis. Selama beberapa saat ia tak mengatakan apa-apa, dan hanya fokus menatap semua orang yang ada di gazebo. Hal tersebut sukses membuat nyali para adik sepupunya perlahan menciut. Bagaimanapun juga, Bastian masih menegang tahta tertinggi sebagai cucu pertama, juga sebagai pemimpin perusahaan keluarga.Siapa pun yang berani menentangnya, sudah pasti akan didepak dan tak akan pernah mendapatkan posisi bagus nan terhormat di perusahaan milik

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   10. Tahanan Rumah

    Bab 10Kekecewaan tampak jelas di raut Aruna. Perempuan itu menatap Marini, memohon agar diizinkan pergi ke luar. Namun, sayangnya Marini tetap menggelengkan kepala."Maaf, Bu," ucap Marini sekali lagi."Apa alasannya, Bi?" tanya Aruna penasaran. Disisi lain, ia juga merasa Bastian telah berlebihan. "Kayaknya Mas Bastian mau ngurung saya di rumah ini pake cara yang halus, ya?"Marini tidak berani menjawab. Sebagai kepala asisten rumah tangga yang sudah bekerja belasan tahun di rumah Bastian, tentunya ia harus selalu menuruti segala titah dari sang tuan."Saya mohon kerjasamanya, Bu," pinta Marini dengan sangat.Secepat mungkin Aruna memutar otak. Ia akan mencari jalan agar dirinya bisa keluar dari rumah, dan Marini tetap bisa patuh pada Bastian."Begini aja, Bi, gimana kalau Bibi Mar bohong sama Mas Bastian? Dia juga gak akan tau, kok, kalau kita kerja sama," bujuk Aruna.Hal pertama yang dilakukan oleh Marini adalah terkesiap. Kontan kepalanya menggeleng, sebagai bentuk penolakan ata

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   11. Pengusiran

    Bab 11Aruna berbalik. Pertama, ia mengerutkan kening karena sang suami sudah ada di rumah tepat pukul tiga sore. Kedua, napasnya sedikit tertahan saat sadar, mungkin saja Bastian akan marah mendapati lelaki asing berada di rumahnya. Apalagi lelaki itu melipat tangan di dada, sembari menghunuskan tatapan tajam penuh peringatan."Mas Bastian pasti belum tau siapa Chef Akbar ini," gumamnya dalam hati, bergegas meninggalkan area dapur demi menyusul sang suami yang masih berdiri dengan raut datar."Ini Chef Akbar, Mas. Beliau yang akan mengajari aku memasak," terang Aruna berusaha tak menanggapi tatap tajam dari Bastian."Kalian akan belajar di sini tiap hari?"Aruna mengangguk"Kamu ikut saya, kita bicara di atas!"Perasaan Aruna sudah sangat tak keruan saat mendapatkan titah seperti itu. Namun, tentu saja kedua kakinya tetap melangkah, mengekor langkah panjang Bastian yang sampai di kamar mereka lebih cepat. Dari belakang, Aruna sudah menebak bagaimana napas dari suaminya yang terkadang

    Last Updated : 2025-03-26
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   12. Mati Kutu

    Bab 12Permintaan Fathan tak akan pernah bisa ditolak, Bastian tahu itu. Ia terkesiap saat sang putra naik ke lantai atas. Bastian segera menyusul. Berbagai cara ia lakukan agar Fathan tak mengajak Aruna, tetapi putra semata wayangnya tak pernah mau mendengarkan.Fathan itu keras kepala, sama seperti Bastian."Fathan!" panggil Bastian terpaksa sedikit meninggikan suaranya.Kedua kaki mungil itu tetap melangkah menuju kamar utama. Fathan membuka pintu, tetapi kamar tersebut kosong. Tak ada Aruna di dalamnya."Mama mana, Pa?" tanya Fathan berbalik. Ia sudah memeriksa ke kamar mandi, wardrobe, sampai ke balkon kamar. Namun, lagi-lagi Aruna tak bisa ditemukan. "Tadi Mama naik ke atas, 'kan?""Mama ada di kamar yang lain," ucap Bastian terpaksa memberitahu. Di depan Fathan, ia tak bisa terlalu banyak berbohong. Bastian juga tahu, kalau putranya ini sangat cerdas. Jika Fathan mencium sesuatu yang mencurigakan, maka bocah lelaki itu tak akan berhenti mencecarnya dengan banyak pertanyaan."Lh

    Last Updated : 2025-03-26
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   13. Kabur?

    Bab 13"Yeee ... Mama mau nganter aku!" Fathan bersorak heboh saat Aruna turun dari lantai dua dan menghampirinya.Mereka pun berangkat bersama tanpa sopir pribadi, karena Bastian yang akan menyetir. Selama perjalanan itu, Fathan begitu ceria. Aruna juga tak kalah bersemangat menimpali setiap pertanyaan dari anak sambungnya.Hingga sampai di sekolah, Bastian dan Aruna keluar dari mobil, mengantar Fathan sampai ke lobby sekolah. Mereka melambaikan tangan. Satu-satunya kekompakan yang jelas terlihat, berasal dari bibir keduanya yang sama-sama tersenyum, saat melihat Fathan disambut hangat oleh para guru yang sengaja menunggu para murid tepat di depan pintu lobby."Setelah ini jangan pergi ke mana pun!"Aruna menoleh pada sang suami. Ia pikir Bastian sudah bertaubat, tapi lelaki itu tetap memberikan peringatan saat mereka sudah berada di dalam mobil, dan akan menempuh perjalanan menuju rumah."Itu artinya, aku gak bisa lagi nganter jemput Fathan, dan kamu gak bisa maksa aku!" balas Aruna

    Last Updated : 2025-03-26
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   14. Mulai Curiga?

    Bab 14Lelaki yang tengah menginap di hotel, usai menghadiri pertemuan antar pebisnis di seluruh ibu kota itu menggeram penuh amarah, setelah mendapatkan kabar dari kepala asisten rumah tangganya."Bu Aruna tidak ada di rumah, Pak. Dari tadi Den Fathan tidak mau berhenti menangis."Segera saja Bastian mengemas semua barangnya, dan ia pun memutuskan pulang detik itu juga. Sepanjang perjalanan, Bastian kerap melayangkan sumpah serapah. Sopir pribadi yang mengantarnya pun menjadi sangat gelisah. Lelaki paruh baya itu takut kalau ia kena getahnya.Akan tetapi, syukurlah kali ini tidak begitu. Bastian tergesa menghampiri Fathan, setelah mobil mewah yang ditumpanginya berhenti di sebuah halaman rumah yang luas dan asri.Semua pekerja terlihat was-was. Tak ada yang merasa tenang, saat Bastian pulang dengan wajah memerah seperti saat ini."Fathan?" panggil Bastian masuk ke dalam kamar sang putra."Papa!" Tangis Fathan makin pecah. Ia beranjak dan memeluk Bastian sembari tergugu. "Mama di mana

    Last Updated : 2025-03-26
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   15. Kejutan

    Bab 15Aruna tertegun mendapatkan pernyataan semacam itu. Jantungnya seakan berhenti berdetak, apalagi ketika Yanti menatapnya seraya memicingkan mata."Soalnya aneh lho, Run. Suami kamu itu kaya raya, dia punya perusahaan besar di Jakarta. Tapi kenapa dia malah biarin istrinya pulang kampung naik bus travel? Kalau memang suami kamu itu sibuk, harusnya dia tetep ngasih kamu mobil sama sopir, supaya kamu aman selama perjalanan." Yanti benar-benar menumpahkan semua keanehannya.Awalnya ia ingin menahan itu semua. Namun, Yanti yang terbiasa bicara ceplas-ceplos dengan Aruna pun tak bisa tinggal diam. Hatinya resah karena Aruna malah dibiarkan pergi sendiri. Lantas apa gunanya Bastian kalau begitu?"Mas Bastian udah maksa aku, Bi. Tapi aku nolak semua fasilitas yang udah disiapin sama Mas Bas." Lagi-lagi Aruna harus berbohong. "Selama di Jakarta, aku ini gak bisa bebas pergi kemanapun sendirian, selalu ada aja orang yang disuruh sama Mas Bas buat ngikutin aku. Kalau aturan itu dibawa ke k

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   56 Kalang Kabut

    Bab 56 Kalang KabutAruna menyerah, tak lagi berusaha mendebat Bastian. Ia hanya merasa bersalah, lantaran bunga pemberian dari Juanda berakhir di bak sampah.Ya, Aruna tahu, kalau buket mawar itu berasal dari Juanda, setelah mengkonfirmasinya pada pihak toko. Hanya saja, ia tak tahu mengapa lelaki itu mengiriminya bunga tersebut. Aruna juga tak tahu, dari mana Juanda tahu kalau ia memiliki kegiatan di studio, padahal mereka hanya bertemu satu kali, yakni saat di toko buku.Sementara Bastian tentunya tak akan tinggal diam saja. Akan ia cari tahu siapa pengirim bunga itu. Bastian tak terima, merasa kehadirannya sebagai suami Aruna diremehkan."Suami?" Bastian mengerjap, kala status itu disebutkan oleh hatinya sendiri.Ia berdecak, tak suka tiap kali kepalanya ini memikirkan Aruna. "Punya istri seperti Aruna memang merepotkan!" gerutunya kemudian keluar dari kamar.Akan tetapi, Bastian kembali lagi ke dalam kamar, lantas menghubungi Angga saat itu juga. "Saya akan absen hari ini. Tolong

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   55. Salah Sangka

    Bab 55 Salah SangkaAruna benar-benar tertegun. Sangat keheranan melihat Bastian tampak kesal, saat ia membawa buket mawar merah ke dalam rumah. "Bukannya dari kamu?" tanyanya."Dari saya?" Bastian malah menunjuk dirinya sendiri, kemudian tertawa congkak. "Saya gak punya pikiran mau mengirimi bunga buat kamu!" tambahnya kesal sekaligus bingung.Sementara Aruna terhenyak. Ditatapnya bunga yang masih ada dalam pelukan. Karena ukuran buket tersebut benar-benar besar, Aruna harus punya tenaga ekstra agar ratusan bunga mawar yang dihias begitu cantik itu tak jatuh ke lantai."Jawab saya, Aruna! Siapa yang ngasih bunga itu!" desak Bastian mendekat pada Aruna."Aku pikir ini dari kamu, Mas! Tadi ada kurir yang dateng terus ngasih bunga ini," ujar Aruna.Bastian langsung berdecak keras. Tangan kekar nan panjangnya sudah siap merebut bunga itu, tapi Aruna segera berbalik. Perasaan Aruna sungguh tak nyaman dengan gerak tubuh Bastian yang kentara ingin merusak buket miliknya."Kasih bunga itu sa

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   54. Pembuktian

    Bab 54 Pembuktian"Mami ini ngomong apa? Selain penasaran, aku gak mau ada orang yang sampai menjahati Aruna," kilah Bastian."Menjahati gimana maksud kamu? Aruna aman di tangan Tante Merry. Jangan mikir yang aneh-aneh!""Mami tau sendiri aku ini pengusaha besar, musuhku ada di mana-mana. Gimana jadinya kalau salah satu di antara mereka melakukan sesuatu sama Aruna? Fathan bisa sedih kalau perempuan itu terluka waktu pulang ke rumah, Mam!"Lusiana duduk di depan Bastian setelah mendengkus pelan. "Mami jamin, Aruna akan selalu aman, Bas. Karena apa? Karena gak ada satupun dari saingan bisnis kamu yang tau, bahwa kamu sama Aruna adalah sepasang suami istri! Jangankan mereka, orang-orang yang kerja sama bareng Tante Merry aja gak tau kalau Aruna istri kamu.""Tetep aja, Mam, aku akan mengusahakan segala cara. Sedia payung sebelum hujan gak ada salahnya, kan?"Sekarang Lusiana mencebik, lantas kembali berkata, "kamu ngomong ajalah, Bas, kalau kamu ini mulai gak nyaman karena Aruna punya j

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   53. Rasa Penasaran

    Bab 53 Rasa Penasaran"Nah, yang ini namanya Aruna. Aruna juga akan bergabung di acara peragaan busana nanti." Merry mengenalkan Aruna yang beberapa saat lalu tiba di rumahnya.Perempuan yang satu itu mengangguk sopan, senyumnya terpatri ramah, meski dalam hati ia merasa sangat gugup. Di sekelilingnya ini, ada sekitar 12 perempuan dengan tinggi di atas rata-rata. Bisa dibilang, Aruna menjadi yang paling pendek di antara mereka, padahal selama ini ia merasa sudah cukup semampai dengan tinggi badan 170 cm."Halo, Aruna!" Masing-masing mengenalkan diri dan saling bersalaman. Dari yang Aruna tangkap, sebagian para model itu sudah saling mengenal satu sama lain, lantaran pernah berada di acara yang sama lebih dari satu kali."Karena semuanya sudah berkumpul, kita langsung saja pergi ke studio. Miss Laura sudah menunggu di sana.""Wah ... serius ada Miss Laura?""Ya ampun, aku seneng banget bisa belajar sama Miss Laura!"Aruna menjadi satu-satunya orang yang tidak paham, mengapa perempuan-p

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   52. Perang Dingin

    Bab 52 Perang DinginPerang dingin telah kembali. Sejak siang kemarin, Aruna benar-benar tak sudi menemui Bastian dan bicara dengan lelaki itu. Bahkan Aruna menghabiskan waktu di dalam kamar, tentu untuk menangis, sampai-sampai Fathan merasa kebingungan."Mama gak enak badan, Sayang."Hanya kalimat itu yang diucapkan oleh Aruna, agar Fathan tidak selalu mengetuk pintu kamarnya dan meminta masuk. Cara itu rupanya berhasil. Seharian kemarin, Fathan hanya bermain dengan Wulan.Di sisi lain, Lusiana tak kunjung mendapatkan jawaban dari hasil pertemuan Aruna dan Sandra kemarin. Aruna sengaja tak membalas semua pesan dari ibu mertuanya. Ia benar-benar ingin sendiri, seraya berusaha menepis perasaannya pada Bastian.Aruna mulai merasa, bahwa rasa suka ini adalah satu hal yang salah. Tak seharusnya ia terbawa perasaan melihat semua kebaikan Bastian. Aruna sungguh menyesal, menganggap suaminya telah berubah menjadi lelaki yang lembut dan perhatian, padahal kenyataannya tidak begitu.Di lantai

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   51. Amarah Bastian

    Bab 51 Amarah Bastian[Siang, Pak. Sekarang Bu Aruna sedang ada di rumah Sandra.]Pesan yang baru saja dikirimkan oleh salah satu mata-mata Bastian, membuat lelaki itu langsung berdecak keras."Kenapa Aruna tau di mana rumah Sandra?" tanyanya heran. Bastian sudah berdiri dan berkacak pinggang, saat ia menduga mungkin saja Marini yang memberitahu Aruna."Ngapain dia ke sana?"Tahu ada sesuatu hal yang janggal, segera saja Bastian menghubungi istrinya. Butuh hampir lima menit, sampai panggilannya dijawab oleh Aruna."Pulang dari sana!" titah Bastian tak mau berbasa-basi.Aruna yang masih bicara di depan Dina, menatap lurus pada perempuan paruh baya itu, sementara tangan kanannya menempelkan ponsel ke telinga."Kamu dengar saya, Aruna? Pulang sekarang juga dari rumah Sandra!""Iya, Mas," jawab Aruna pelan, kemudian mengakhiri panggilan itu lebih dulu. "Aku gak peduli kalau Tante mau ngasih tau Sandra soal semuanya. Toh aku memang berasal dari kampung," ucapnya seakan menantang.Dina meng

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   50. Berpihak Pada Pelakor

    Bab 50 Berpihak Pada Pelakor"Ngapain kamu datang ke sini? Mau cari mati?" tanya Dina benar-benar tak ramah.Dina sengaja berkunjung ke rumah Sandra. Ia ingin memberikan dukungan moral, bahwa Sandra tak boleh menyerah. Selama ini, Dina mati-matian menahan diri, kendati ia tak suka pada Aruna—seorang perempuan miskin yang tiba-tiba saja menjadi istri dari keponakannya."Kenapa Tante ada di sini?" Aruna balik bertanya, berusaha tetap meneguhkan kedua kakinya agar tak goyah."Menurut kamu, kenapa saya ada di sini?" Terang-terangan Dina menatap Aruna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Senyum ejekan tercetak begitu jelas. "Kalau berpenampilan seperti ini, kamu mirip seperti orang kaya. Tapi sayangnya ... wajah kampungan kamu masih terlihat jelas!" bisiknya tepat di telinga Aruna.Menelan ludah, sekali lagi Aruna berusaha tidak mundur ke mana pun. Dina memang bukan tandingannya. Namun, jika perempuan paruh baya itu berada di pihak Sandra, maka Aruna harus berani melawan."Siapa, Tan?" tan

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   49. Tekad Aruna

    Bab 49 Tekad Aruna"Baguslah kalau Mas Bastian gak ketemu sama perempuan itu," ucap Aruna merasa lega. Ia tak sadar telah mengusap dadanya.Ada rasa bersalah dalam hatinya, karena ia sudah berketus ria pada Bastian tanpa memastikan semuanya lebih dulu. Selama ini, Aruna lebih memilih menduga-duga semuanya. Tentu ada alasan mengapa ia sampai melakukan itu.Sekali lagi, Aruna terlampau takut jika ia bicara terlalu banyak tentang Sandra. Bastian akan marah, karena merasa urusan pribadinya dicampuri oleh Aruna. Selain itu, suara Bastian yang kerap menggelegar saat memarahi dirinya, masih menjadi momok paling menakutkan."Tapi, Bi, apa Sandra bilang sesuatu soal saya?" tanya Aruna ingin tahu, barangkali Sandra membahas lagi soal perkataannya di depan rumah Bastian beberapa hari yang lalu."Ada," jawab Marini pelan."Bibi bisa ngasih tau saya?""Sandra cuma bilang, supaya saya menyampaikan pada Pak Bastian, kalau Sandra adalah perempuan terbaik. Kalau dibandingkan dengan Ibu, jelas Sandra l

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   48. Silent Treatment

    Bab 48 Silent TreatmentPulang dari tempat berenang, Aruna menjadi irit bicara. Semua itu ada sebabnya. Aruna yakin, Bastian benar-benar pergi menemui Sandra dan mengantarkan perempuan itu ke dokter, lantaran lelaki itu pergi setelah mengantarkannya dan Fathan pulang. Bastian baru kembali ke rumah, saat matahari sudah tak nampak di atas langit.Saat itu Aruna tak henti menggerutu. Ia yakin, Sandra yang sudah tinggal lama di Jakarta, pasti punya banyak kenalan yang bisa dimintai tolong. Lantas, kenapa Bastian mengatakan Sandra hanya punya dirinya seorang? Itu sungguh menyebalkan!Keesokan harinya, Bastian tak henti merasa keheranan. Ia merasa Aruna kerap menghindar darinya. Bahkan perempuan yang satu itu terkesan tak mau bicara padanya."Kamu kenapa?" Bastian tidak bisa tinggal diam, saat sikap orang terdekatnya mendadak berubah seperti ini.Aruna hanya menatap. Alih-alih menjawab, ia malah mengangkat bahu. Aruna bahkan tidak duduk di sebelah Bastian, saat suaminya itu baru saja pulang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status