Melihat Ana yang berdiri di samping Leo membuat Arthur tercengang dan memucat, bagaimana bisa wanita yang selama ini menjadi pelepas dahaganya berada di rumah sahabatnya."Dia istri kamu Leo?" tanyanya tak percaya."Iya dia istriku Arthur." Sambil merangkul pundak Ana.Tubuh Arthur mengeluarkan keringat dingin, bahkan mulutnya tak sanggup berbicara apapun.Tak hanya Arthur, Ana juga sama, wanita itu hanya diam seribu bahasa.Sesekali Arthur menatap Leo dan Ana secara bergantian, rasa bersalah mulai menghujani tubuhnya, bagaimana tidak wanita yang selama ini selalu dia gagahi ternyata istri sahabatnya sendiri."Maafkan aku Leo," batin Arthur dengan ekspresi sedih.Kepercayaan diri Ana hilang sudah, ekspektasi wanita itu kini memudar setelah tahu siapa sahabat suaminya."Eh kenapa malah diam-diaman seperti ini," ujar Leo.Arthur berusaha tersenyum begitu pula dengan Ana yang berbasa basi menawarkan hidangan kepada Arthur dan juga asistennya."Jadi dia ini memiliki perusahaan berlian.""
Sindiran dari Ana membuat Leo beranjak dari tidurnya, kemudian dia menatap sang istri dengan tatapan yang sulit diartikan."Apa maksud kamu?" tanya Leo."Aku yakin kamu tau maksud aku Mas," jawab Ana .Wanita itu lalu tertawa sambil meletakkan ponselnya, "Sudah ayo tidur, besok kamu harus berangkat pagi kan?" Ana menepuk bahu Leo.Keesokan paginya, ketika Leo membuka mata dia sudah tidak melihat Ana di sampingnya, padahal selama ini dia bangun lebih dulu daripada Ana istrinya.Masa bodoh akan hal itu, Leo pergi ke kamar mandi, dia bergegas bersiap karena klien minta meeting cukup pagi.Dengan semangat 45, Leo pergi ke kamar Lean selain ingin berpamitan pada sang anak, Leo juga ingin berpamitan pada calon istri keduanya.Namun siapa sangka, ketika dia masuk ke dalam kamar sang anak, dia mendapati Ana juga di dalam, wanita itu nampak berbicara dengan anaknya."Ana," gumamnya heran."Itu Papa mau berangkat kerja Sayang." Ana menggendong Lean dan mendekatkannya pada Leo.Raut wajah Leo be
Di kamar, Anisa terus menangis, dirinya benar-benar sakit tapi dia sendiri tak memiliki kuasa untuk menyudahi ini semua, rasa cintanya terhadap Leo benar-benar sudah mendarah daging, bahkan hubungan setiap malam mereka tidak mungkin dilupakan begitu saja."Bagaimana ini?"Saat bersamaan Leo menghubunginya, tapi panggilan sang Tuan dia abaikan. Rasa sakit plus cemburu tadi pagi masih membekas di kepalanya, membuatnya enggan menerima panggilan.TingSebuah pesan dia terima namun Anisa masih enggan untuk membukanya. Lama tak dibalas Leo kembali menelepon namun lagi-lagi Anisa mengabaikannya.Satu jam kemudian, Leo pulang dengan rasa kesalnya, dia menemui Anisa dan meminta konfirmasi atas panggilan serta pesannya yang tidak terbalaskan."Sedari tadi aku memikirkanmu, ada waktu aku berusaha menghubungimu tapi kenapa malah diabaikan?" Protes Leo dengan nafas menggebu."Maafkan saya," sahutnya lirih."Masalah tadi pagi, please jangan dimasukkan ke dalam hati, Ana memang seperti itu," ucap Le
Semua pandangan mengarah ke Lukas begitu pula dengan Anisa, wanita itu bertanya-tanya, apa iya Lukas menyukainya? "Sudah sudah! kamu jangan asal bicara Ana!"Lukas nampak begitu kesal tapi memang itulah kenyataannya, tak bisa dipungkiri jika dirinya menyukai Anisa.Tak ingin suasana canggung, Lukas mengalihkan pembicaraannya, dia memasukkan pembicaraan tentang bisnis ke obrolan di maja makan."Aku dengar kamu bekerja sama dengan perusahaan berlian Leo." "Iya Kak, presdirnya kebetulan sahabat aku sendiri," sahut Leo."Kamu yakin Le? terjun ke pertambangan harus merogoh modal sangat dalam." Lukas berusaha mengingatkan sang adik akan kerja sama yang baru saja disepakati, dia takut kalau adiknya terjerat kasus seperti yang tengah viral, yang Mana perusahaan mereka ternyata ilegal sehingga mengakibatkan perusahaan rugi ratusan triliun."Tidak Kak, perusahaan mereka perusahaan legal," sahut Leo."Semoga sukses Le, aku selalu mendukungmu." Tak bisa dipungkiri jika Lukas sangat menyayangi
Keesokan harinya pagi sekali Leo pergi ke kamar Anisa, dia ingin mempertanyakan hubungan sang kekasih dengan kakak tercintanya."Apa hubungan kamu dengan Kak Lukas Anisa!" Mendapati pertanyaan dari Leo membuat Anisa mengerutkan alisnya."Apa maksud Anda Tuan?" tanya Anisa."Alah nggak usah berpura-pura, semalam kalian bersama kan?" Hati Anisa terasa sakit karena Leo menuduhnya memiliki hubungan dengan Lukas."Kami memang bersama Tuan tapi saya dan Tuan Lukas tidak memiliki hubungan apa-apa, kami hanya berteman." "Tidak ada pertemanan antara laki-laki dan pria Anisa!" Leo benar-benar menyakiti perasaannya, "Kalau memang begitu penilaian saya dengan Lukas ya sudah!" Anisa nampak tegas dengan ucapannya, hal ini membuat Leo marah. Dan tanpa aba-aba pria itu menidurkan Anisa di tempat tidur dan memaksanya melakukan hal itu."Lepas! tidak semua masalah diselesaikan dengan cara seperti ini Tuan!" Anisa berusaha melepaskan diri dari kungkungan Leo."Agar kamu tau Anisa kalau dirimu adalah
"Pagi semua." Dengan senyum termanisnya Ana yang menggendong Lean duduk bersama keluarga besar Leo.Dia ingin menunjukan kepada Mama dan Papa mertuanya jika dia juga bisa menjadi ibu yang baik."Begitu dong, Lean diajak jangan Anisa terus yang menggendongnya," sahut Mama Leo."Iya Ma." Mereka semua terlibat obrolan yang cukup serius karena kali ini mereka membahas jodoh untuk Lukas."Sebaiknya Mama yang mencarikan jodoh untuk kamu Lukas." Ucapan Sang Mama sontak membuat Lukas menggeleng, untuk masalah jodoh dia tidak ingin dipaksa."Lukas akan mencari jodoh Lukas sendiri Ma, nggak perlu dicarikan," sahut Lukas dengan kesal."Mana, sampai sekarang kamu tak kunjung membawa calon mantu Mama," timpal Mama Leo."Lukas sudah menemukan wanita, hanya saja Lukas belum bisa membawa dia kemari."Mendengar hal itu membuat Leo menatap kakaknya jika yang Lukas maksud adalah Anisa maka dia tidak akan tinggal diam, karena Anisa adalah miliknya."Calm down Le, kenapa kamu menatap aku seperti itu." S
Lukas segera melerai pelukannya begitu pula dengan Anisa yang segera berdiri dan menunduk. "Ada apa Ma?" tanya Lukas. "Ada apa, ada apa, Mama yang seharusnya bertanya kalian sedang apa?" Tatapan Mama Lukas yang tajam membuat Anisa katakutan, dia takut jika masalah ini membuatnya dipecat. "Kami hanya....." Lukas menggantung ucapannya. "Jangan bilang jika wanita yang kamu maksud itu adalah Anisa Lukas," sahut mama. Lukas menggaruk kepalanya yang tidak gatal, apakah saatnya memberi tahu sang mama akan perasaannya terhadap Anisa? "Lukas!" Embusan nafas Lukas cukup terdengar, dia kemudian mengangguk seraya menatap Anisa yang masih menunduk. "Iya Ma." Sontak Anisa menatap Lukas, dia sungguh terkejut dengan pengakuan kakak majikannya itu, tak hanya Anisa mamanya juga sedikit shock, dia menganggap jika anak-anaknya gagal mencari pasangan, Leo mendapatkan wanita yang tak peduli dengan keluarganya kini Lukas menyukai seorang baby sitter yang bersuami. "Bagaimana bisa Luka
Sesampainya di rumah sang adik Lukas tak langsung pulang dia ingin membicarakan masalah Anisa dengan Leo."Ada apa kak?" tanya Leo yang sedikit kesal dengan sang kakak."Aku ingin membahas masalah Anisa Leo," jawab Lukas.Tatapan tajam Leo segera mendarat ke kakaknya ketika sang kakak ingin membahas Anisa dengannya."Ada apa?" Lukas mengungkapkan keinginannya untuk meminta Anisa, dia ingin Leo mengerti jika drinya telah memiliki Ana jadi tidak mungkin memiliki Anisa juga.Pengungkapan Lukas ini membuat Leo membola, bagaimana bisa sang kakak meminta calon istri keduanya sedangkan pernikahan mereka akan segera diadakan."Tidak sampai kapan pun aku tidak akan merelakan Anisa untukmu, aku lebih memilih kehilangan Ana daripadan harus kehilangan Anisa.""Gila kamu Leo," sahut Lukas kesal. "Bagaimana dengan Lean," imbuhnya.Leo tertawa, justru karena memikirkan Lean, dia mempertahankan Anisa daripada Ana, ibu sesungguhnya adalah Anisa bukan Ana. Kasih sayang Anisa jauh lebih besar daripada