"Tidak perlu Nyonya."Melihat sikap Ana membuat Leo tersenyum, dia cukup bahagia dengan sikap Ana yang perhatian terhadap Anisa."Aku ke ruang kerja dulu ya, kalian saling mengobrol saja," ujarnya."Iya Mas, kami akan berbincang seputar kehamilan."Selepas Leo pergi, Ana menghempaskan tangan Anisa kuat-kuat, dia segera berubah menjadi serigala kembali setelah pawangnya pergi."Jangan harap aku bersikap manis Anisa!" "Iya Nyonya, saya paham," sahut Anisa.Ana melangkahkan kaki menuju pintu namun beberapa saat kemudian dia membalikkan badannya dan mengancam Anisa agar tidak tebar pesona dengan Leo.Ibu pengganti itu mengangguk paham meski dia sendiri juga tidak tahu bagaimana cara menjauh dari ayah dari si anak yang dia kandung.Tekanan dari Ana memberi dampak yang cukup membuat Leo khawatir, pasalnya sikap Anisa tidak seperti biasanya, ibu pengganti itu benar-benar berubah, yang awalnya welcome kini jauh lebih tertutup.Tak hanya itu, kamar yang awalnya tidak pernah dikunci tiba-tiba
Hingga dini hari, Leo masih tidak bisa memejamkan mata, rasa aneh dalam dirinya telah berkuasa membuat CEO tampan itu frustasi.Arrggg, "Please pergilah." Dia mengusap rambutnya dengan kasar karena tidak bisa tidur.Leo beranjak dari tempat tidurnya, dia mengambil sebotol air mineral lalu meminumnya hingga habis.Pria itu menyulut rokok untuk menenangkan diri sejenak sambil menunggu rasa kantuk datang, namun hingga habis satu batang matanya tak kunjung mengantuk, otaknya terus memikirkan ibu pengganti anaknya.Dia membaringkan tubuh kembali, mencoba untuk tidur karena besok pagi ada meeting dengan klien dari luar kota.####KriingggBerkali-kali ponsel Leo berbunyi namun pria itu masih saja setia di alam mimpinya. Hingga akhirnya dia tersentak dan terbangun."Astaga." Dia mengambil ponsel di atas nakas dan menerima panggilan dari asistennya Bayu."Apa Bay?" Leo beranjak dari tempat tidur."Saya ada di bawah untuk mengambil berkas Pak." Leo memerintahkan Bayu untuk ke ruang kerjanya,
Mendapati pertanyaan dari Anisa membuat Leo kikuk, dia bingung harus menjawab apa karena tidak mungkin dia berterung terang."Itu ada coklat di bibir kamu." Tangannya berpura-pura mengambil coklat di bibir Anisa padahal tidak ada coklat sama sekali.Wanita itu percaya saja dengan alasan Leo, bahkan dia merasa malu dengan majikannya tersebut."Maaf tuan saking menikmati martabak ini sampai belepotan."Leo tersenyum untung otaknya merespon dengan cepat sehingga harga dirinya masih bisa terselamatkan di depan Anisa.Hubungan Leo dan Anisa semakin dekat, hampir tiap malam mereka menghabiskan waktu bersama, meski hanya sebatas mengobrol namun sudah membuat Leo bahagia begitu pula dengan Anisa.Tak terasa waktu sudah berjalan selama dua minggu, waktunya bagi Ana kembali liburan namun hingga keesokan harinya Ana tak kunjung pulang. Leo yang khawatir mencoba menghubungi istrinya namun ponsel Ana tidak aktif."Kenapa tidak aktif?" Leo bermonolog dengan dirinya sendiri.Tak ingin terjadi apa-a
Leo bergegas keluar dari kamar Anisa, dia segera mengambil kunci mobilnya dan pergi kantor polisi.Sambil mengendarai mobilnya, Leo menghubungi bayu, memintanya untuk menyusul ke kantor polisi.Tak berselang lama mobil yang dia kendarai tiba kantor polisi, Leo turun dan berlari masuk ke dalam."Apa yang sebenarnya terjadi?" Seorang polisi menjadi sasaran pertanyaannya.Polisi itu nampak bingung dan beberapa saat kemudian ada seorang polisi yang pangkatnya lebih tinggi datang menghampiri Leo."Apa anda yang bernama Leo?" tanyanya dengan tatapan serius."Benar saya Leo." Polisi tersebut menggiring Leo duduk, dia menjelaskan jika mendapatkan laporan dari polisi internasional mengenai sebuah kecelakaan pesawat di Amerika."Salah satu penumpang pesawat tersebut adalah warga negara sini, yang mana setelah indentitasnya kami terima, korban adalah istri anda."Tubuh Leo melemas, berita dari pihak kepolisian benar-benar membuatnya begitu syok."Tidak mungkin pak, pasti anda salah orang." Leo
Keinginan menyusul Anisa hilang sudah, Leo segera menghampiri Ana dan memeluknya. "Sayang apa yang sebenarnya terjadi? kamu kemana saja? kenapa baru pulang?" Leo memberondong Ana dengan banyak pertanyaan, dia begitu khawatir dengan sang istri."Apaan sih mas, aku tuh capek." Ana berusaha melepas pelukan Leo, lalu dia masuk ke dalam kamar.Leo mematung menatap Ana, sungguh dirinya merasa kalau respon Ana tidak seperti biasanya.Beberapa waktu kemudian Leo menggelengkan kepala, mencoba menepis negatif thinking yang kini menguasainya."Sayang, kemarin aku mendapatkan berita jika pesawat yang kamu tumpangi mengalami kecelakaan, aku sangat khawatir."Akhirnya Ana menjelaskan, jika waktu itu dirinya memang pisah dengan rombongannya karena uangnya menipis, daripada malu lebih baik pulang lebih awal."Daripada aku malu lebih baik aku pulang dulu Mas," ungkap Ana dengan ketus."Lalu kenapa bisa orang lain yang menggunakan tiket kamu?" Leo kembali bertanya."Ketika di bandara ada seorang yang
"Menurutmu apa yang ingin aku lakukan Anisa." Suara Leo semakin berat, tatapannya juga berubah menjadi tatapan yang sulit diartikan."Saya tidak tahu Tuan." Anisa nampak pasrah, dia tidak bisa berpikir jernih, kalau pria yang terlihat akan mencumbunya adalah pria beristri begitu pula dengan dirinya yang merupakan wanita bersuami.Tangan Leo tergerak melewati bibir merah Anisa, salivanya mengucur deras membayangkan yang tidak-tidak."Kamu pasrah sekali Anisa, apa kamu menginginkan hal lebih dari ini?" Tangan Leo semakin mendekatkan tubuh Anisa hingga Anisa dapat merasakan sesuatu benda keras dari di balik celana Leo."Tuan milik anda kenapa sudah mengeras?" Pertanyaan Anisa membuyarkan hasrat Leo, pria itu tertawa keras, bisa-bisanya saat panas dingin seperti ini menanyakan hal itu."Kamu sungguh menggemaskan Anisa." Leo melepas pelukannya, dia terus tertawa lalu duduk di sofa."Maafkan saya Tuan." Anisa menunduk malu, dia mengutuk dirinya dalam hati karena mempertanyakan hal itu pa
"Kamu itu seorang istri seharusnya mementingkan suami daripada teman-teman kamu!" Ana menutup telinganya, seolah tidak mau mendengar ucapan Leo, bahkan dia membaringkan tubuh di tempat tidur dan menarik selimut. "Aku masih belum selesai bicara denganmu Ana!" Rasa kesal Leo sudah di puncak, hingga tangannya mengepal. "Ana!" Tak mendapatkan respon dari sang istri membuat Leo memilih keluar kamar, dia ingin keluar untuk menenangkan diri sejenak tapi saat melewati ruang tengah dia melihat buah-buahan serta botol minuman yang dibawa oleh orang tuanya tadi.Leo mengambil minuman itu, dia merasa sayang jika minuman itu dibuang begitu saja karena itu adalah bentuk perhatian mamanya kepada Ana dan juga calon bayi mereka. "Kasian Mama sudah susah payah membuat ini untuk Ana." Pria itu bergumam.Tiba-tiba dia teringat akan Anisa, "Anisa, kenapa aku tidak kepikiran dia." Leo bergegas kembali ke atas untuk memberikan minuman dan buah-buahannya kepada Anisa. Ketika Leo masuk terlihat Anisa te
Anisa beranjak dari tempatnya, dia berjalan mendekati Leo dan berdiri di samping pria itu. "Yang bisa menjawab pertanyaan anda ya anda sendiri Tuan." Anisa tersenyum dengan tatapan jauh keluar jendela.Leo juga tersenyum sembari menatap Anisa, "Hati kecilku mengatakan tidak salah Anisa.""Bearti tidak salah," sahut Anisa.Melihat Anisa Leo tidak bisa menahan dirinya lagi, dia langsung saja memeluk Anisa dengan erat," Rasa ini tidak salah kan Anisa?" bisiknya."Rasa apa Tuan?""Aku menyayangimu bukan sebagai ibu pengganti anakku, melainkan rasa sayang seorang pria terhadap seorang wanita."Entah harus senang atau harus sedih mendengar ucapan Leo, jujur dia sendiri juga merasakan hal yang sama, bahkan rasa untuk Leo sedikit demi sedikit menggeser Raka dalam hatinya."Kamu juga memiliki rasa yang sama kan Anisa?"Anisa hanya terdiam, dia tidak menjawab pertanyaan Leo itu karena dia tidak ingin ada hati yang terluka."Kenapa kamu hanya diam Anisa?""Saya tidak memiliki perasaan apapun ter