Senyuman Leo benar-benar licik, dia sungguh puas bisa memiliki Anisa saat ini meski caranya tergolong keterlaluan dan tidak fair.Tak berselang lama Bayu datang dengan membawa uang seratus juta, dia segera memberikan uang itu pada Leo, "Kenapa lama sekali Bay," tanya Leo. "Macet Pak," jawab Bayu. "Brangkas kantor apa kosong?" Semua uang telah disetor ke bank oleh manager keuangan, jadi hanya tersisa beberapa saja, lagipula sekarang jaman modern transaksi uang tak harus wujud cash." Sembari melirik Raka. Ada sedikit rasa kesal untuk Raka pasalnya masalah uang bisa selesai melalui transfer tanpa dia harus susah payah menarik ke bank.Leo segera memberikan uangnya kepada Raka, karena pria itu terlihat sudah tidak sabar. "Ku harap ke depannya tidak ada kendala Raka." Sambil menjabat tangan rivalnya tersebut. "Semoga," sahut Raka. "Terima kasih telah merelakan istrimu padaku." Tanpa berkata apa-apa Raka meninggalkan ruangan Leo, entah mengapa ada rasa kesal dan rasa tak nyaman tapi
Di kantornya Lukas tidak fokus bekerja, dia selalu memikirkan Anisa dan adiknya bahkan sampai asisten papanya harus beberapa kali memanggilnya yang terus melamun."Lukas, apa ada masalah?""Tidak Om," jawab Lukas.Tak ingin terus terbawa pikiran, Lukas meminta ijin untuk keluar sebentar dan hal yang ingin dia lakukan adalah pergi ke rumah sang adik untuk menemui Anisa.Kebetulan Anisa dan Lean tengah ada di taman samping, sehingga Lukas langsung saja menemui mereka."Anisa."Melihat Lukas datang, Anisa pun memberikan senyuman termanisnya, hati yang gembira membuat mood wanita muda itu sangat baik."Tuan Lukas, Tuan Leo sudah berangkat," kata Anisa."Tuan lagi, panggil aku Lukas saja," sahut Lukas.Anisa mengangguk sambil tertawa, entah mengapa dia merasa nyaman memanggil para majikannya dengan panggilan Tuan."Baiklah Lukas, ada urusan apa kamu kemari?" "Aku mencarimu," sambil duduk di samping Anisa.Kerutan mulai nampak di kening Anisa, sungguh dia merasa heran karena Lukas mencarin
Tut Tut TutLeo memutuskan sambungan telponnya secara sepihak, dia sungguh kesal dengan permintaan Anisa, mereka sudah dewasa bahkan pernah merasakan nikmatnya sebuah surga dunia jadi mana mungkin bisa menjalin hubungan dengan wajar."Tadi pagi masih baik-baik saja, bahkan semalam sampai beberapa ronde, siapa yang mempengaruhinya? apa Ana sudah pulang?" Pikiran Leo berkecamuk tak karuan.Saat bersamaan datanglah Bayu yang datang memberikan laporan."Ini laporan bulan ini Pak." Dia langsung meletakkan laporan di depan Leo tanpa melihat kondisi sang Atasan.Leo yang masih terbawa emosi langsung saya meremas laporan yang ada di hadapannya sehingga membuat Bayu melongo melihatnya."Pak, itu laporannya kenapa diremas?" tanyanya.Seketika ucapan Bayu membawa Leo keluar dari lamunannya dan buru-buru dia melepas laporan itu."Maaf Bay," katanya dengan terkekeh."Padahal laporan itu saya buat dengan penuh perjuangan," sahut Bayu.Leo tertawa, dia meminta Bayu untuk membuat lagi, "Masih ada sal
Tak terasa waktu berlibur Ana telah usai, wanita itu pulang dengan perasaan bahagia, Arthur benar-benar membuatnya bak putri raja yang menurutnya sangat jauh berbeda dengan Leo suaminya."Mas, kamu sudah pulang?" Di depan Anisa Ana langsung saja mencium pipi suaminya."Kamu sudah pulang?" tanya Leo balik dengan wajah pucatnya.Ana tersenyum sambil mengangguk, kemudian dia mengarahkan pandangannya ke Lean."Halo Lean, maaf ya mama meninggalkan kamu lama kali ini." Sembari mencubit kecil pipi bayinya."Dia semakin gemuk saja Anisa, pandai sekali kamu mengurus anak kami." Kini Ana menatap Anisa."Terima kasih Nyonya atas pujiannya," sahut Anisa.Setelah berbasa basi, Ana menggandeng tangan Leo dan mengajaknya ke kamar, dia ingin menunjukkan barang-barang yang dibelinya dan sedikit bercerita tentang liburannya."Ayo Mas." Ana nampak menarik tangan Leo karena pria itu enggan meninggalkan kamar Lean."Iya," sahut Leo sembari melihat Anisa yang sudah berekspresi sulit diartikan.Ana memeluk
Leo terdiam mendengar ucapan Anisa, dia tidak memikirkan sampai sana. Dalam sebuah hubungan baik hubungan itu terlarang maupun tidak tetap ada rasa cemburu karena memang bumbu-bumbu cinta adalah rasa cemburu."Jadi kamu cemburu Anisa?" tanya Leo."Menurut anda bagaimana Tuan?" tanya Anisa balik.Leo menatap Anisa yang kini tengah menangis, seperti inilah konsekuensi yang harus dia terima jika memiliki perasaan berlebih pada suami orang."Maafkan aku Sayang." Leo mulai memeluk Anisa.Baru saja berpelukan, Anisa segera melepas pelukannya, dia tidak ingin Ana tiba-tiba masuk dan melihat mereka berpelukan."Sudah Tuan, saya takut jika Nyonya masuk." Anisa mendorong tubuh Leo."Dia tidur, dia sangat kelelahan jadi tidur lebih awal," sahut Leo."Saking lelahnya melepas rindu ya Tuan." Hati Anisa sungguh perih membayangkan Leo dan Ana bercinta.Entah rasa egois ini kapan datangnya, yang pasti dalam sebuah cinta tidak menginginkan saingan dan berbagi meski Anisa adalah orang ketiga dalam ruma
Anisa mendorong tubuh Leo, padahal sebentar lagi pria itu mendapatkan klimaksnya."Nanggung Sayang," katanya kecewa."Saya takut jika yang mengetuk pintu adalah Nyonya Tuan," sahut Anisa sembari memunguti pakaiannya."Dia ke Singapura." Anisa tetap takut karena bisa saja Ana tiba-tiba pulang, "Anda ke kamar mandi saja Tuan biar saya yang membukakan pintu." Leo mengusap rambutnya dengan kasar, sungguh dirinya sangat stres, padahal sudah dipucuk tapi dipaksa masuk lagi.Sebelum membuka pintu, Anisa membenahi rambutnya kemudian menghela nafas, "Bersikap biasa Anisa," gumamnya lalu membuka pintu.Bukannya Ana tapi Nyonya besarnya yang berdiri di depan pintu dengan wajah kesal, dan tanpa aba-aba wanita tua itu masuk ke dalam kamar untuk melihat sang cucu."Ngapain sih dikunci segala, ini tuh kamar cucuku," protes Mama Leo.Baru saja kesal karena tak kunjung dibukakan pintu, kini pandangan kesalnya tertuju pada kasur yang nampak berantakan. "Kamu ini jorok sekali, kasur kenapa berantakan
Hari ini teman Leo yang merupakan seorang warga asing datang ke kantor, diikuti asistennya yang merupakan warga asing pula mereka masuk ke dalam ruangan Leo yang tentunya sudah mendapatkan ijin dari pemilik perusahaan itu."Leo." Pria asing itu segera mendekati Leo yang duduk di sofa. "Arthur." Leo dan Arthur saling peluk untuk melepas rindu mereka, mereka tidak menyangka akan bertemu kembali setelah sekian tahun putus kontak. "Bagaimana kabar kamu Leo? apa kamu sudah menikah?" tanya Arthur. "Baik Arthur, aku sudah menikah bagaimana dengan kamu?" Bayu yang mendengar ucapan Leo menyahut dalam hati, "Bahkan kini akan menikah lagi Pak Arthur." "Aku masih single." Memang begitulah bule selama belum menemukan pasangan yang benar-benar klik dia memilih melajang, tapi bukan bearti tidak memiliki wanita untuk menemani kesendiriannya. "Imposible seoarang Arthur single." Leo tidak percaya. "Kalau hanya untuk pelepas dahaga sih pasti ada," sahutnya dengan tertawa. Obrolan santai mereka
Melihat Ana yang berdiri di samping Leo membuat Arthur tercengang dan memucat, bagaimana bisa wanita yang selama ini menjadi pelepas dahaganya berada di rumah sahabatnya."Dia istri kamu Leo?" tanyanya tak percaya."Iya dia istriku Arthur." Sambil merangkul pundak Ana.Tubuh Arthur mengeluarkan keringat dingin, bahkan mulutnya tak sanggup berbicara apapun.Tak hanya Arthur, Ana juga sama, wanita itu hanya diam seribu bahasa.Sesekali Arthur menatap Leo dan Ana secara bergantian, rasa bersalah mulai menghujani tubuhnya, bagaimana tidak wanita yang selama ini selalu dia gagahi ternyata istri sahabatnya sendiri."Maafkan aku Leo," batin Arthur dengan ekspresi sedih.Kepercayaan diri Ana hilang sudah, ekspektasi wanita itu kini memudar setelah tahu siapa sahabat suaminya."Eh kenapa malah diam-diaman seperti ini," ujar Leo.Arthur berusaha tersenyum begitu pula dengan Ana yang berbasa basi menawarkan hidangan kepada Arthur dan juga asistennya."Jadi dia ini memiliki perusahaan berlian.""