Leo berusaha menahan rasa cemburunya, dan selepas Ana berangkat barulah dia mendatangi Anisa di kamar sang anak."Kamu terlihat senang sekali!" Sindir Leo."Senang bagaimana Tuan?"Anisa merasa ambigu dengan pernyataan Leo, pasalnya dia biasa saja."Sudahlah jangan bohong, kamu senang kan bisa bersama kak Lukas." Mendapati tuduhan dari Leo membuat Anisa sedih, dia tak menyangka jika Leo berpikiran sekeji itu terhadapnya."Saya tidak seperti itu Tuan." Air mata Anisa menetes, dia benar-benar sakit hati dengan ucapan Leo, dia paham dirinya kini adalah wanita rendah yang mau digagahi suami orang tapi bukan bearti dengan setiap lelaki dia welcome."Alah, jangan mengelak." Leo masih saja tidak percaya, rasa cemburunya membuat ucapannya tidak terkontrol sehingga menyakiti Anisa."Terserah anda Tuan." Anisa pun pasrah.Melihat sikap Anisa semakin membuat Leo kesal, ekspektasinya sungguh berbeda.Tanpa aba-aba pria itu membawa Anisa di atas tempat tidur dan segera menindihnya."Apa yang and
"Sepuluh miliar!" Bayu melotot.Leo berusaha menenangkan Bayu yang ada di sampingnya."Aku tidak bisa memberi kamu sepuluh miliar Raka, karena itu terlalu banyak." Leo berusaha menawar."Anisa adalah istriku, kamu memintanya dan setelah aku ucapkan nominalnya kamu malah keberatan," protes Raka.Hidup bergelimang harta sudah menari-nari di pikiran Raka, dia sudah masa bodoh dengan Anisa yang terpenting sekarang dia hidup enak bersama kekasihnya."Nominal itu terlalu banyak," sahut Leo."Katanya orang kaya, punya perusahaan besar tapi uang sepuluh miliar saja jadi masalah."Leo tersenyum santai, dia sudah menemui banyak orang seperti Raka jadi dia tidak terpancing oleh ucapannya."Aku hanya berbaik hati padamu, memberikan kamu kompensasi atas Anisa tapi kalau kamu menentukan nominal yang tinggi aku angkat tangan.""Kalau angkat tangan jangan meminta istriku!" Raka mulai geram.Bayu ingin sekali memberi pelajaran kepada Raka tapi Leo menahannya, dia sudah punya solusi atas masalah ini."
"Den Lean memang anak saya Nyonya." Tanpa sengaja Anisa mengtakan hal yang tak seharusnya dia katakan."Anakmu???"Tanda tanya besar muncul di kepala wanita tua itu, bagaimana tidak si baby sitter mengklaim kalau cucunya adalah anaknya.Anisa yang baru sadar segera mengklarifikasi ucapannya, "Kan saya yang merawatnya Nyonya jadi sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri," ujar Anisa."Ooo," sahut Sang Mama.Lukas yang tidak ingin Anisa dalam situasi yang sulit mencoba untuk menyelamatkannya, "Bukankah bagus Ma, daripada Mamanya yang nggak jelas itu.""Benar, anaknya sakit seperti ini apa dia merasa," sahut Mama kesal.Kini mobil sudah memasuki kawasan rumah sakit, Lukas segera menurunkan Anisa di lobi bersama sang Mama, "Kamu masuk dulu Anisa."Ditemani sang Mama Anisa masuk ke dalam rumah sakit, dia segera meminta Dokter untuk mengecek keadaan sang bayi.Kebetulan dokter yang Anisa temui di lobi adalah dokter anak jadi dia menggiring Anisa ke ruang prakteknya poli anak.Serangkaia
Senyuman Leo benar-benar licik, dia sungguh puas bisa memiliki Anisa saat ini meski caranya tergolong keterlaluan dan tidak fair.Tak berselang lama Bayu datang dengan membawa uang seratus juta, dia segera memberikan uang itu pada Leo, "Kenapa lama sekali Bay," tanya Leo. "Macet Pak," jawab Bayu. "Brangkas kantor apa kosong?" Semua uang telah disetor ke bank oleh manager keuangan, jadi hanya tersisa beberapa saja, lagipula sekarang jaman modern transaksi uang tak harus wujud cash." Sembari melirik Raka. Ada sedikit rasa kesal untuk Raka pasalnya masalah uang bisa selesai melalui transfer tanpa dia harus susah payah menarik ke bank.Leo segera memberikan uangnya kepada Raka, karena pria itu terlihat sudah tidak sabar. "Ku harap ke depannya tidak ada kendala Raka." Sambil menjabat tangan rivalnya tersebut. "Semoga," sahut Raka. "Terima kasih telah merelakan istrimu padaku." Tanpa berkata apa-apa Raka meninggalkan ruangan Leo, entah mengapa ada rasa kesal dan rasa tak nyaman tapi
Di kantornya Lukas tidak fokus bekerja, dia selalu memikirkan Anisa dan adiknya bahkan sampai asisten papanya harus beberapa kali memanggilnya yang terus melamun."Lukas, apa ada masalah?""Tidak Om," jawab Lukas.Tak ingin terus terbawa pikiran, Lukas meminta ijin untuk keluar sebentar dan hal yang ingin dia lakukan adalah pergi ke rumah sang adik untuk menemui Anisa.Kebetulan Anisa dan Lean tengah ada di taman samping, sehingga Lukas langsung saja menemui mereka."Anisa."Melihat Lukas datang, Anisa pun memberikan senyuman termanisnya, hati yang gembira membuat mood wanita muda itu sangat baik."Tuan Lukas, Tuan Leo sudah berangkat," kata Anisa."Tuan lagi, panggil aku Lukas saja," sahut Lukas.Anisa mengangguk sambil tertawa, entah mengapa dia merasa nyaman memanggil para majikannya dengan panggilan Tuan."Baiklah Lukas, ada urusan apa kamu kemari?" "Aku mencarimu," sambil duduk di samping Anisa.Kerutan mulai nampak di kening Anisa, sungguh dia merasa heran karena Lukas mencarin
Tut Tut TutLeo memutuskan sambungan telponnya secara sepihak, dia sungguh kesal dengan permintaan Anisa, mereka sudah dewasa bahkan pernah merasakan nikmatnya sebuah surga dunia jadi mana mungkin bisa menjalin hubungan dengan wajar."Tadi pagi masih baik-baik saja, bahkan semalam sampai beberapa ronde, siapa yang mempengaruhinya? apa Ana sudah pulang?" Pikiran Leo berkecamuk tak karuan.Saat bersamaan datanglah Bayu yang datang memberikan laporan."Ini laporan bulan ini Pak." Dia langsung meletakkan laporan di depan Leo tanpa melihat kondisi sang Atasan.Leo yang masih terbawa emosi langsung saya meremas laporan yang ada di hadapannya sehingga membuat Bayu melongo melihatnya."Pak, itu laporannya kenapa diremas?" tanyanya.Seketika ucapan Bayu membawa Leo keluar dari lamunannya dan buru-buru dia melepas laporan itu."Maaf Bay," katanya dengan terkekeh."Padahal laporan itu saya buat dengan penuh perjuangan," sahut Bayu.Leo tertawa, dia meminta Bayu untuk membuat lagi, "Masih ada sal
Tak terasa waktu berlibur Ana telah usai, wanita itu pulang dengan perasaan bahagia, Arthur benar-benar membuatnya bak putri raja yang menurutnya sangat jauh berbeda dengan Leo suaminya."Mas, kamu sudah pulang?" Di depan Anisa Ana langsung saja mencium pipi suaminya."Kamu sudah pulang?" tanya Leo balik dengan wajah pucatnya.Ana tersenyum sambil mengangguk, kemudian dia mengarahkan pandangannya ke Lean."Halo Lean, maaf ya mama meninggalkan kamu lama kali ini." Sembari mencubit kecil pipi bayinya."Dia semakin gemuk saja Anisa, pandai sekali kamu mengurus anak kami." Kini Ana menatap Anisa."Terima kasih Nyonya atas pujiannya," sahut Anisa.Setelah berbasa basi, Ana menggandeng tangan Leo dan mengajaknya ke kamar, dia ingin menunjukkan barang-barang yang dibelinya dan sedikit bercerita tentang liburannya."Ayo Mas." Ana nampak menarik tangan Leo karena pria itu enggan meninggalkan kamar Lean."Iya," sahut Leo sembari melihat Anisa yang sudah berekspresi sulit diartikan.Ana memeluk
Leo terdiam mendengar ucapan Anisa, dia tidak memikirkan sampai sana. Dalam sebuah hubungan baik hubungan itu terlarang maupun tidak tetap ada rasa cemburu karena memang bumbu-bumbu cinta adalah rasa cemburu."Jadi kamu cemburu Anisa?" tanya Leo."Menurut anda bagaimana Tuan?" tanya Anisa balik.Leo menatap Anisa yang kini tengah menangis, seperti inilah konsekuensi yang harus dia terima jika memiliki perasaan berlebih pada suami orang."Maafkan aku Sayang." Leo mulai memeluk Anisa.Baru saja berpelukan, Anisa segera melepas pelukannya, dia tidak ingin Ana tiba-tiba masuk dan melihat mereka berpelukan."Sudah Tuan, saya takut jika Nyonya masuk." Anisa mendorong tubuh Leo."Dia tidur, dia sangat kelelahan jadi tidur lebih awal," sahut Leo."Saking lelahnya melepas rindu ya Tuan." Hati Anisa sungguh perih membayangkan Leo dan Ana bercinta.Entah rasa egois ini kapan datangnya, yang pasti dalam sebuah cinta tidak menginginkan saingan dan berbagi meski Anisa adalah orang ketiga dalam ruma