Share

Bagian Empat

Author: Miny Yoo
last update Huling Na-update: 2023-03-07 15:00:00

Arumi telah tertidur setelah Eva mengganti popok Arumi—tentu saja mendapat pengarahan dari mamanya. Meskipun tadi, mama Eva marah-marah, jiwa keibuannya muncul melihat putrinya kewalahan mengganti popok bayi itu. Sekesal-kesalnya mama Eva, melampiaskan kemarahan dengan mengabaikan Eva dan bayi itu sulit dilakukan. Apalagi saat melihat wajah bayi itu, membuat hatinya terenyuh dan tidak bisa menahan diri untuk mengelus pipi gembulnya.

Kini, Orangtua Eva duduk tegak di sofa memandangi dua orang beda usia itu secara bergantian. Eva duduk di karpet dan Rafa duduk di single sofa. Rafa memberi kode kepada Eva untuk ikut duduk di sofa, tapi perempuan itu bergeming dengan kepala tertunduk.

Lima belas menit telah berlalu, namun belum ada yang mengeluarkan suara. Terdengar helaan napas panjang dari mama Eva yang beradu dengan suara napas tiga orang lainnya.

"Ma," panggil Eva. Dia bergerak maju menggunakan lututnya. Dia meletakkan kedua tangannya di lutut mamanya dan menumpuk dagunya di sana.

Papa Eva menatap putrinya lalu mengangguk. Memberi semangat kepada putrinya agar menyelesaikan segera kesalahpahaman itu.

"Ma, lihat Eva. Jangan memalingkan wajah seperti itu. Bagaimana cara Eva mau jelasin kalau mama nggak mau lihat Eva." Eva memohon dengan wajah memelas.

Di ujung sana, Rafa menyaksikan keluarga kecil itu. Dia tidak paham titik permasalahan mereka. Dia membiarkan saja, Eva dan orangtuanya menyelesaikan semuanya tanpa dia harus campur tangan. Rafa tidak tahu bahwa masalah yang Eva hadapi melibatkan dirinya. Bahkan, anak Rafa adalah sumber mencuatnya kesalahpahaman itu.

"Kalian menikah saja!" Mama Eva memutuskan.

"Ma! Aku sama dia nggak ada hubungan apapun." Eva membela diri.

'Siapa yang mau menikah? Eva disuruh menikah? Memangnya Eva punya pacar?' batin Rafa masih memposisikan diri sebagai pendengar.

"Nggak ada hubungan, tapi punya bayi. Terus mama harus percaya ucapan kamu dan mengabaikan bukti nyata di depan mata Mama, iya?!" 

'Eva punya bayi? Pantas saja dia bilang pernah mengganti popok bayi sebelumnya.'

"Mama salah paham. Dia bukan ...." Ucapan Eva terpotong oleh teriakan heboh dari seseorang. 

"Arumiii ... Aku datang!"

Seorang perempuan yang berpenampilan seperti wanita karir memasuki rumah dengan berteriak. Di tangannya menenteng popok bayi dan buah-buahan. Dia melongo melihat keramaian di dalam rumah. Dia melempar senyum kaku kepada semua orang kemudian melanjutkan langkahnya mendekati Rafa.

"Mereka siapa, Raf?" tanya wanita karir itu dengan suara berbisik sambil meletakkan asal bawaanya lalu duduk di samping Rafa.

"Orangtua dari salah satu penyewa kos aku, Kak. Itu anaknya yang menyewa kos di sini." Rafa ikut berbisik dan menunjuk Eva dengan dagu.

"Oh, kirain ada masalah, ternyata cuma kunjungan keluarga. Ponakan aku mana? Udah berhenti nangis?" tanya Dona, kakak Rafa.

"Udah tidur. Tadi, Eva bantuin ganti popoknya sekalian menidurkan Arumi." 

"Hebat juga anak itu," puji Dona.

Dia menatap orangtua Eva dan Eva lalu tersenyum. Senyuman kali ini lebih manis dan tulus. Aura cantiknya keluar ketika Dona tersenyum. "Semuanya, saya ke kamar Arumi ya. Silahkan lanjutkan pembicaraan kalian."

"Kamu siapa?" Pertanyaan Mama Eva menghentikan langkah Dona.

"Saya, kakaknya Rafa." Dona memegang kedua bahu Rafa.

"Kebetulan. Silahkan duduk. Kita bicarakan ini baik-baik. Sudah sewajarnya, pembicaraan ini dilakukan oleh dua pihak keluarga. Kamu wakili saja keluarga kamu."

Meskipun tidak mengerti, Dona menurut saja dan kembali duduk di dekat Rafa. Dia menatap tanya pada Rafa, meminta penjelasan. Orang yang ditatap hanya mengedikkan bahu.

"Ini ada masalah apa ya, Bu?" tanya Dona ingin segera menuntaskan rasa penasarannya.

"Saya mau adik kamu menikahi putri saya," kata Mama Eva mantap.

Eva, Dona dan Rafa kaget mendengarnya. Mata Rafa bahkan membulat sempurna. Dia baru tersadar tenyata sejak tadi, pembicaraan Eva dan orangtuanya tentang dirinya dan Eva. Dia mendongak dan menatap Dona.

Di sisi lain, Eva meringis mendengar ucapan mamanya. Sangat memalukan. Dia seperti perempuan yang buruk dan harus segera dinikahi oleh Rafa demi pertanggungjawaban. Eva tidak bisa memikirkan lagi reaksi Dona atau Rafa di ujung sana. 

"Sebentar, Bu. Kenapa adik saya harus menikahi anak ibu?" Dona bertanya dengan nada tenang.

"Tentu saja dia harus menikah dengan putri saya. Dia dan Eva sudah memiliki anak, tapi saya dan keluarga besar Eva tidak pernah mendapat kabar pernikahan mereka. Karena itu, saya sangat malu jika Eva harus pulang dengan bayinya dan dia, tanpa ada ikatan pernikahan." Mama Eva menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk Rafa.

Dona menatap Rafa lalu tertawa. Dia merasa lucu dengan situasi yang dihadapi saat ini. 

"Kenapa kamu ketawa?" Mama Eva terganggu dengan reaksi Dona.

"Begini, Bu. Ada kesalahpahaman di sini. Adik saya ini, si Rafa memang ayah dari Arumi. Tapi ibunya bukan Eva." Dona memperjelas dan meluruskan kesalahpahaman itu.

"Bukan Eva? Trus siapa?" tanya mama Eva, entah kepada siapa. Dia menatap putrinya lalu berkata, "Eva? Itu benar?"

Wajah mama Eva memerah, menahan malu. Dia tidak sanggup mendengar jawaban Eva, tapi dia harus. Eva mengangguk.

"Iya, Ma. Yang dikatakan kakak Pak Rafa itu benar. Makanya mama dengerin penjelasan Eva dulu. Mama sih langsung marah-marah, bikin heboh saja." Eva bernapas lega. Akhirnya, dia bisa mengatakan semua kalimat yang sejak tadi tertahan.

"Kenapa kamu baru bilang? Bikin malu mama tau nggak." Mama Eva mencicit. Dia sangat malu mengangkat wajahnya. Ketegasan yang telihat di wajahnya tadi berubah menjadi semu merah. Dia ingin menghilang aja dari hadapan pemilik kos itu.

"Itu salah mama sendiri. Makanya jangan negatif mulu pikirannya sama anak sendiri." Eva menyalahkan mamanya. Merasa puas bahwa dirinya benar dan mamanya salah.

"Kamu nih, bukannya belain mama malah nyalahin. Harusnya kamu cepat-cepat bilang kalau bayi itu bukan anak kamu. Siapa coba yang nggak salah paham ngeliat kamu gendong bayi dan terlihat sayang banget sama bayi itu. Mama aja kaget liat kamu." 

"Banyak kali, Ma. Banyak orang yang gendong bayi yang bukan anaknya. Mama juga sering 'kan gendong anak Tante Ayu, nggak ada tuh yang bilang anak itu anak mama." Eva tidak mau kalah.

"Ngelawan terus kalau mama ngomong." Mama Eva mendelik.

"Sudah-sudah, jangan berdebat di sini. Nggak enak sama Nak Rafa dan kakaknya." Papa Eva menengahi dua perempuan itu.

"Ma, minta maaf sana sama Rafa dan kakaknya. Mama udah bentak-bentak tadi." Perintah Papa Eva dengan suara berbisik sambil menyenggol istri.

Mama Eva menghadapkan seluruh tubuhnya ke arah Rafa dan Dona. Dengan kerendahan diri, dia berkata, "Saya minta maaf ya udah salah paham sama kamu, Ra-Rafa. Rafa 'kan? Dan maafin saya juga ya udah marah-marah tadi."

Rafa tersenyum maklum lalu membalas, "Nggak apa-apa, Bu. Justru saya mau terima kasih sama Eva karena udah bantuin saya tadi."

Rafa beralih melihat Eva yang sedang memainkan karpet. 'Ada-ada saja tingkah perempuan itu.' Rafa membatin.

"Tapi kalau Rafa mau nikahin Eva, saya setuju." Tiba-tiba Dona mengeluarkan suara. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Pengganti untuk Bayi Bapak Kos   Bab 126

    Rafa memasuki rumah dengan tergesa-gesa. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan hanya menemukan Bu Siti dan Arumi yang bermain di ruang tengah. "Pak Ra—" Kalimat Bu Siti menggantung begitu saja karena Rafa segera berlalu menuju ruangan lain seperti mencari sesuatu.Setelah memasuki tiap kamar dalam rumah, Rafa memasuki area dapur lalu berjalan ke halaman belakang. Nihil.Tidak ada jejak Eva di rumah ini. Rafa mendekati Bu Siti. Tatapannya tampak tidak fokus. Bahkan keberadaan Arumi di sana, seperti buram di mata Rafa."Eva nggak balik ke rumah, Bu?" tanya Rafa.Bu Siti mengernyit heran. "Bukannya Neng Eva ke rumah sakit ya. Tadi dia bilang mau jengukin Pak Ardi. Memangnya Pak Rafa nggak ketemu? Atau Pak Rafa bukan di rumah sakit tapi di kantor ya, makanya nggak ketemu?" "Saya di rumah sakit tadi, Bu. Cuma Eva ... pergi." Rafa bingung menjelaskan situasi saat ini. Rafa hanya mendengar kabar bahwa Eva marah. Penjelasan lebih lanjut terkait kron

  • Ibu Pengganti untuk Bayi Bapak Kos   Bab 125

    "Bu Siti, Arumi rewel nggak seharian ini?"'Tadi sempat rewel nyariin Neng Eva sama Pak Rafa. Tapi sekarang udah aman, Neng. Bibi masih bisa tangani. Sekarang, adek lagi seru-serunya main. Tuh, Neng.'Senyuman Eva merekah ketika layar ponsel menampilkan Arumi yang sedang berusaha memasang donat susunnya. Eva selalu merasa bangga tiap kali melihat tumbuh kembang Arumi. Mungkin itulah yang dirasakan oleh semua ibu di dunia ini. Sekecil apapun pencapaian si anak, tentu terasa hebat di mata seorang ibu.'Mau bicara, Neng?' tanya Bu Siti ketika melihat Eva hanya diam memandangi Arumi.Eva menggeleng dan berkata, "Nggak usah, Bu. Nanti dia nangis kalau liat aku tapi nggak gendong."Bu Siti terkekeh mendengar keluhan Eva. Kebebasan Eva terenggut ketika keberadaannya tertangkap oleh Arumi. Bayi itu sangat manja kepada Eva. Bahkan, Eva harus melarikan diri secara diam-diam jika ingin ke kampus. "Bu, nanti aku agak telat ya pulangnya. Nggak apa-apa 'kan?" Eva merasa t

  • Ibu Pengganti untuk Bayi Bapak Kos   Bab 124

    "Kami baik-baik aja kok, Pa." Eva melirik layar ponselnya yang menampilkan wajah Bagas. Panggilan telepon itu sudah berlangsung beberapa menit lalu dan Bagas bisa menangkap raut masygul di wajah putrinya. Akan tetapi, jawaban Eva yang berulang menekankan bahwa dia baik-baik saja membuat Bagas mengangguk. "Rafa belum pulang kerja?" tanya Bagas. "Bukan belum pulang, memang dia nggak mau pulang." Eva menjawab dengan jengkel. Mendengar nama Rafa disebut papanya kian membangkitkan kekesalan Eva pada suaminya. "Kalian bertengkar?" Itu bukan suara Bagas, melainkan suara mama Eva. Layar ponsel Eva kini dipenuhi oleh wajah mamanya. Desahan Eva lolos begitu saja. Dia menutup laptopnya yang sempat menganggur karena panggilan video dari orangtuanya. Seharusnya Eva melakukan itu sejak tadi. Toh, tugasnya tidak kunjung selesai sebab pikirannya tidak bisa fokus. Eva menyambar ponsel dan merebahkan tub

  • Ibu Pengganti untuk Bayi Bapak Kos   Bab 123

    "Emangnya Pak Rafa nggak ada niatan balik dulu ke rumah? Kok tiap hari nyuruh orang mulu buat ambilin baju gantinya." Pandangan Eva tidak lepas dari asisten Rafa yang lagi-lagi datang hanya untuk meminta pakaian ganti untuk Rafa. Selama empat hari berturut-turut, asisten itu rutin mengunjungi rumah dengan tujuan yang sama. "Eh, si Eneng!" seru Bu Siti kaget saat tersadar dengan kemunculan Eva di belakangnya. Dia mengelus dada lalu menutup pintu. "Maaf ya, Bu," ucap Eva menunjukkan cengiran. Cukup merasa bersalah telah mengejutkan Bu Siti. Dia melangkah lebih dulu."Pak Rafa bukannya nggak mau balik. Kan Neng Eva udah dikabarin juga sama Pak Rafa. Mertua Neng Eva masih perlu dirawat, jadi Pak Rafa nggak tega ninggalin." Bu Siti menjawab sambil menyusul Eva menuju dapur."Tapi kan, masa iya nggak ada kesempatan pulang sebentar. Emang dia nggak rindu Arumi?" Eva meraih gelas dan melangkah ke depan lemari es."Kalau itu, saya nggak tau juga Neng. Tanya Pak Rafa langsung aja." Bu Siti t

  • Ibu Pengganti untuk Bayi Bapak Kos   Bab 122

    "Wiiihhh ada ibu kos main ke sini," sambut Ajeng melihat kedatangan Eva bersama Arumi dalam gendongannya."Liat Eva gendong anak. Berasa liat ibu-ibu beneran," timpal Rida bercanda."Bangke kalian berdua. Gue masih muda ya. Paling muda di antara kalian. Mana ada muka ibu-ibu?" Eva melepas sendalnya dan bergabung duduk lesehan sambil mengomel. Bibirnya sudah maju beberap senti akibat disebut mirip ibu-ibu. Ajeng dan Rida cekikikan menanggapi Eva. "Iya-iya si paling muda." Rida tidak tega melihat bibir manyun Eva.Ajeng menyodorkan sepiring rujak mangga ke hadapan Eva. "Nih makan, gue udah potongin. Anak Lo kesiniin. Mumpung bapaknya nggak ada, gue mau unyel-unyel."Eva memeluk Arumi. "Jangan dong! Bapaknya marah ntar kalau anaknya diapa-apain.""Makanya Lo diam. Jangan laporin ke bapak kos." Ajeng menyelipkan tangannya di bawah ketiak Arumi, bersiap menariknya."Mending nggak usah. Lecet dikit, bapaknya bisa ngamuk." "Ya elah, mau dipangku doang, Va. Nggak gue banting." "Gue nggak y

  • Ibu Pengganti untuk Bayi Bapak Kos   Bab 121

    "Makasih udah anterin," ucap Eva sekenanya lalu melepas seat belt. Dia masih kesal dengan pria disampingnya. Sampai saat ini, dia masih penasaran pada percakapan antara Bu Siti dan Rafa.Kalimat 'Nanti saya sediakan. Pak Rafa pasti suka' terus terbayang-bayang di kepalanya. Sejujurnya, dia takut kalau-kalau Rafa meminta seorang perempuan untuk melampiaskan hasratnya. Bu Siti pernah memperingati Eva tentang kebutuhan seorang laki-laki pada perempuan, tapi Eva sungguh belum siap melayani suaminya. Jangankan melayani, Eva saja masih meragukan perasaannya pada Rafa. Satu hal yang pasti, Eva tidak ingin Rafa melakukan hal itu dengan perempuan lain. Entah mengapa, hatinya tidak rela."Tunggu," ucap Rafa mencegah Eva yang hendak keluar dari mobil. Eva menutup pintu mobil. Dia menunggu Rafa berbicara lagi. "Sepertinya malam ini saya akan nggak bakal pulang ke rumah. Arumi bisa saya titip di kamu?" Eva menoleh dengan cepat. Jantungnya berdegup kencang. Perasaan khawatir dan takut menyelinap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status