Tiga minggu berlalu, Bre sudah mulai berdiri seimbang dan berjalan beberapa langkah. Galaksi senang melihat perkembangan anaknya. Lintang masih bersikap biasa, ia belum membahas tentang perempuan bernama 'Mira' yang mengganggu pikirannya.Lintang duduk di teras rumah kedua orang tuanya. Menemani ayah yang sedang menikmati suasana pagi."Lin, kamu nggak ada niat mau serius sama Galaksi? Ayah lihat kamu deket sama anaknya juga, 'kan?""Hm... Lintang sama Galak nggak ada hubungan spesial kok, Yah, Lintang cuma nolongin Breyana, anaknya Galak yang belum bisa berjalan lancar. Sekarang udah bisa pelan-pelan.""Berarti bener Ibu kandungnya pergi ninggalin anak itu gitu aja?" tanya ayah lagi. Lintang mengangguk."Kasian, anak sekecil itu nggak dapet kasih sayang seorang ibu, untung ada kamu.""Maksudnya?" Lintang menoleh ke ayahnya."Kamu itu suka anak-anak, peduli sama anak-anak, makanya kamu suka dan mau tolong Bre, bapak lihat kamu juga sayang sama Bre kan?" Lintang mengangguk."Banget, Pa
Kedua mata Galaksi menatap intens ke lawan bicaranya-Lintang-ia ragu untuk menatap Galaksi."Bisa lihat gue, Lin?" pinta Galaksi. Lintang perlahan menolehkan kepala."Tentang Mira. Gue jelasin, ya. Dia itu aspri direktur, dan dia itu..., iya bener, dia suka sama gue, sekantor udah pada tau semua. Cuma gue profesional aja kalo di kantor. Nggak deket sama dia atau menjauh. Karena ada urusan kerjaan. Lepas dari itu gue nggak komunikasi sama sekali. Kenapa lo tanyain tentang dia?""Waktu acara makan-makan kantor lo, gue denger dan lihat sendiri Mira sama temannya ngomongin elo, dan temannya itu bilang ke Mira, 'semoga perasaan lo terbalas sama Mas Galaksi' dan itu bikin gue males lihat lo, juga terima sikap lo ke gue, Lak." Lintang menunduk.Galaksi justru senyum-senyum. Ia menarik kursi supaya duduk berhadapan dengan Lintang."Lo cemburu?" tanya Galaksi tanpa basa basi. Lintang menggeleng."Gue cuma ... minder. Mira lebih cocok sama lo daripada gue yang jauh jomplang sama dia. Dari segi
Hal seru semakin terjadi di hidup Galaksi dan Lintang semenjak mereka semakin dekat untuk memastikan semuanya.Lintang senang karena Bre, semenjak ia dampingi selama dua bulan ini sudah bisa berjalan. Progres yang mencengangkan. Kedua orang tua Galaksi bahkan sampai terharu saat melihat cucunya bisa berjalan lancar tanpa jatuh.Saat itu, suara mobil kedua orang tua Galaksi terparkir di garasi rumah putranya, saat itu Galaksi sedang di halaman samping bersama Lintang dan Breyana."Bre, Oma sama Opa dateng, nanti kamu jalan ke sana, ya," bisik Lintang. "Samperin, terus cium tangan, harus so-pan," ucap Lintang.Suara oma memanggil Bre terdengar. Saat oma dan opa sampai di pintu, Bre berjalan perlahan dengan cengiran khasnya."Aaaaaa! Bre ... bisa jalan lancar! Pa.. lihat, Bre, Pa!" ucap ibunda Galaksi histeris.Bre memeluk kaki ibunda Galaksi saat sudah sampai di hadapannya. Lalu suara penuh rasa syukur dan haru terdengar."Lintang, makasih ....," ucap ibunda Galaksi."Sama-sama Tante, c
Sesampainya di lokasi, para peserta dipersilakan menempati kamar yang sudah disiapkan. Resort besar itu tampak asri dan sejuk. Lintang memandikan Breyana lalu memakaikan pakaian seragam acara yang sudah dibagikan panitia. Aba-aba untuk berkumpul di lapangan sudah terdengar, Galaksi menggandeng tangan kanan Breyana dan Lintang menggandeng tangan kiri Bre juga. Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Edo terkikik melihatnya, ia lalu mengabadikan dengan ponselnya untuk ia kirim ke grup keluarga dengan caption : 'Siap-siap kita kondangan-in, janda pengkolan nomer wahid udah taken ama bos gue.' Edo ngakak sendiri. Lintang yang tak sengaja melihat langsung menatap curiga. Edo mengangkat ponsel sambil menatap Lintang. Lintang komat kamit sambil menatap Edo. "Yuk duduk di sana, mau ada pengarahan dulu," ucap Galaksi yang berjalan sambil merangkul bahu Lintang. Breyana berlari menuju ke Edo karena Edo terus memanggilnya. "Hati-hati sayang, kalo jatuh jangan nangis ya!" ucap Lint
Galaksi terdengar sedang tertawa bersama kedua orang tua Lintang di ruang tamu rumah kedua orang tuanya. Hari sabtu di minggu pertama mereka resmi menjalin hubungan super serius, menjadi hari untuk Lintang memperkenalkan Galaksi ke beberapa saudaranya.Kebetulan, jadwal acara arisan keluarga sudah tiba, jadi sekalian saja dikenalin ke semua dan jadi ajang pamer Lintang kalau janda pengkolan siap kembali menikah dengan pria yang bisa terima dirinya apa adanya sejak dulu."Yuk!" Lintang sudah siap dengan dress berwarna krem selutut yang tampak cantik dengan kulit tubuhnya yang putih."Ayok, keburu macet." Lintang mencabut kunci rumah dan berdiri di dekat pintu sambil menatap ke tiga orang di hadapannya. Kedua orang tua Lintang beranjak dan berjalan keluar rumah, Galaksi senyum-senyum menatap calon wanita pendamping seumur hidupnya."Cantik banget sih, calon nyonya Galaksi," lalu Galaksi mencium kening Lintang sekilas sambil berjalan keluar.Lintang tersipu malu dan mengulum senyumnya sa
Hubungan Lintang dan Galaksi sudah berjalan satu bulan lebih. Mereka sibuk dengan banyak hal. Sekedar untuk jalan berdua pun tidak pernah lama dan intens. Weekend waktu mereka habiskan bersama Bre, hingga Galaksi meminta kedua orang tuanya untuk menjaga Bre selagi ia mengajak Lintang ngedate. Gaya banget emang Galaksi sekarang, mentang-mentang udah jadian ceritanya."Udah mau nikah masih minta ngedate juga, malu tau, nanti juga apa-apa berdua terus, nempel kayak perangko." Protes Mamanya. Galaksi memeluk tubuh wanita berusia lima puluhan itu dari belakang."Galaksi mau senengin Lintang, Ma ..., Lintang sama Galaksi juga nggak pernah akur, sekarang saatnya," ucap galaksi masih memeluk mamanya."Iya deh, anak ganteng Mama yang the one and only, sana, gih, siap-siap. Mau ke mana sih emangnya?""Nonton film, makan, sama nonton pertandingan basket. Kampus kita kebetulan ikut liga mahasiswa dan masuk perempat final. Sekalian reuni kecil-kecilan sama temen-temen dulu, kemarin Galaksi sempet
Pagi-pagi Lintang sudah siap dengan hasil masakan untuk keluarganya sarapan. Tidak heboh, ia hanya iseng masak nasi gurih dan ayam goreng rempah, terinspirasi sehabis nonton mister chef di TV beberapa waktu lalu. Wajahnya melihat dengan puas makanan yang sudah tersaji."Lintang, nanti untuk lamarannya di sini kan, nggak sewa-sewa lokasi lain?" tanya ibu sambil meletakkan piring di atas meja makan."Di sini kok, Galaksi juga udah bilang ke keluarganya, Lintang pesan catering nanti.""Loh, bukannya dari resto, ya?""Iya. Cuma Lintang nggak mau kalo gratis, walau Om Kim ngotot mau kasih gratis, Lintang nggak mau, bisnis ya bisnis, profesional," ucapnya seraya mengambil beberapa gelas dan menuangkan air putih ke dalamnya."Iya, jangan mentang-mentang saudara punya usaha, kita minta diskon terus, apa lagi gratis, justru kita dukung buat semakin majuin usaha mereka.""Betulll ... Ibuku.""Panggil Ayah sama Galaksi sana, kalian mau jalan jam berapa nanti?""Jam sembilan, Bu, cuma survey ke b
Sejak hari kamis sore, Lintang sudah berada di rumah kedua orang tua Meta. Sabtu besok acara pernikahan sepupunya itu. Kamis acara pengajian dan jumat siraman. Lintang mengenakan kain jawa dan kaftan berwarna ungu tua, seragam untuk para sepupu kata Meta. Melihat megahnya tenda dan segala macam perintilannya membuat Lintang mules dan bergidik sendiri.Tiga sepupu keturunan Koreanya sudah stand by dari pagi karena diminta Meta kontrol bagian dokumentasi dan perlengkapan.Adjie merangkul bahu Lintang saat duduk di tempat yang sudut khusus panitia, semua panitia terdiri dari keluarga, tidak pakai jasa wedding organizer, semua diurus keluarga Meta yang terdiri dari Pakde, Bude, Om, Tante dan Sepupu. Cincay ... karena mereka bahu membahu dan komunikasi justru lebih enak."Ada apa lo mepet-mepet gue?" tanya Lintang yang sibuk memegang kertas catatan susunan acara pengajian."Gue mau nembak, Vanka, ya, Tang.""Nembak ya nembak aja, nape bilang-bilang gue?!" Lintang melirik."Lo sebagai Kakak