Share

Ternyata

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2023-01-15 20:26:03

"Antrian loket dua customer service,nomor antrian dua puluh satu," suara mesin panggilan antrian terdengar. Lintang dengan senyum ramahnya menyambut nasabah yang duduk dihadapannya.

"Nggak usah senyum-senyum tang, tolongin gue, kartu ATM gue ketelen," ucap seorang dihadapannya.

"Gue mau dapet point, jadi harus senyum dong," ucapan Lintang tertahan karena ia berbicara sambil tersenyum.

"KTP lo Edo ...." ia masih dengan ekspresi yang sama. Edo, tetangga sekaligus sepupu kandungnya nyengir sambil memberikan kartu tanda penduduk miliknya. Lintang lalu memprosesnya.

"Tang,"

"Ya, Bapak Edo."

"Boss gue yang baru, si Galaksi," ucapan Edo membuat senyuman Lintang memudar dari wajahnya.

"Apa hubungannya sama gue?"

"Ada, lah. Banget malah."

"Kemaren gue ketemu dia di supermarket, sama anaknya." Lintang sedikit memberikan informasi.

"Iya, sudah satu anaknya. Cewek, di bawa masa, ke kantor kemarin," sambung Edo.

"Ok. Ada lagi yang bisa dibantu bapak Edo ...." senyum palsu kembali diperlihatkan Lintang.

"Nggak. Makasih Mbak Lintang, senyumnya, manis bangettt ...." ledek Edo. Lalu berjalan keluar bank tempat Lintang bekerja.

Ada hubungannya apaan sama gue,sama-sama udah nikah. Iyalah, dia udah ada hasilnya, gue boro-boro. Udah ditinggal pergi duluan.

Lirih Lintang dalam hati. Ia kembali fokus bekerja. Melupakan kesedihan kehilangan suaminya setahun lalu karena sakit yang diderita.

Lintang merasa terpukul, karena ia mulai menyayangi suaminya itu walau saat nikah, ia tidak ada perasaan apa pun. Ia dan suaminya menikah karena sang suami didiagnosa sakit keras. Lintang yang mudah iba, setuju untuk menikahi pria tersebut hingga akhirnya takdir tetap memanggilnya pergi.

***

Lintang dan teman satu pekerjaannya berjalan keluar bank tempat bekerja dengan membawa tas kecil berisi dompet dan ponsel. Kantin gedung tempat ia bekerja memiliki kantin yang luas. Semua pekerja gedung itu akan berbondong-bondong makan siang ke kantin.

"Pindang iga enak kayaknya," ucap teman Lintang bernama Vanka itu.

"Gue juga, deh. Gue cari tempat ya, lo pesen," ucap Lintang sambil celingukan cari tempat kosong. Setelah beberapa saat, ia menemukan tempat yang kosong. Ia berjalan dan duduk ditempat itu.

Vanka tidak lama datang membawa nampan berisi pesanan mereka. Lintang tersenyum.

"Mari makan …," ucap Lintang. Ia lalu berdoa dan mulai mencicipi makanannya. Sayup-sayup terdengar obrolan dari arah belakang tentang karyawan baru dikantor mereka, boss baru tepatnya.

Lintang makan dengan kuping stand by menguping. Vanka yang asik dengan makanannya tidak perduki.

"Iya, boss kita itu kasian, ditinggal pergi sama bininya. Anaknya satu nggak dibawa, gue pepet aja kali ya," ucap perempuan di belakang Lintang.

"Gila lo. Tunangan lo mau dikemanain. Lagian mau aja si boss dititipin anak. Suruh aja mantan istrinya bawa. Gue sebagai laki-laki nggak mau ah kalo di posisi dia," ucap teman lainnya.

"Gue denger, si boss kita itu sayang banget sama anaknya. Dan nggak tega kalau nanti malah nggak diurus bener-bener sama mantan bininya itu."

"Ah gila si. Masih dua puluh sembilan, udah jadi manajer muda, ganteng,tapi duda anak satu. Gue mikir lagi deh mepet dia lagi apa nggak."

"Gue lupa. Siapa sih namanya?"

"Galaksi."

Lintang terbatuk-batuk. Vanka menyodorkan es jeruk ke hadapan Lintang.

"Kenapa, Tang?" tanya Vanka.

"Pedes. Pedes banget ini. Aduh ...!" Lintang kembali minum es jeruknya.

Ia lalu mengatur napas dan mencerna percakapan manusia-manusia yang duduk di belakangnya.

Galaksi, duda, pantesan kemarin nggak kelihatan istrinya. Kasian anaknya, jahat banget si tuh betina. Eh tapi, nama Galaksi kan banyak. Bukan Galaksinya gue, eeehhhh ...

Lintang menepuk kepalanya sendiri. Vanka menatap heran.

"Pusing? Mau gue ambil obat nanti, Tang?" Vanka memegang kening Lintang. Lintang menggeleng sambil terkekeh.

Temannya ini pintar dalam pekerjaan, tapi suka loading lama untuk hal sekitar. Terlalu polos. Tapi Lintang sayang dengan Vanka, karena baik dan asik berteman dengannya.

***

Lintang dan Vanka berjalan kembali ke dalam gedung tempat mereka bekerja sambil sesekali sibuk membahas lagu-lagu korea terbaru.

"Gue suka yang lama, Van, yang baru belum nyantol, kecuali beberapa aja sih."

"Lo sih, ratu tembang kenangan," ledek Vanka sambil terkikik.

"Lilin!?" Sosok Galaksi sudah berdiri dihadapannya. Lintang diam.

"Eh, hai, Lak," jawab Lintang.

"Kerja di bank ini?" Galaksi menunjuk ke name tag yang dipakai Lintang. Lintang tersenyum.

"Lo di sini juga?" tanya Lintang balik.

"Iya. Lantai delapan. Baru seminggu. Sekantor sama Edo, dunia sempit ya, Lin."

"Enggak si. Biasa aja," jawab Lintang datar. "Lo mau ke mana?" Lintang bertanya sambil mengangkat dagu ke arah Galaksi.

"Ke bank. Mau ketemu kepala unit."

"Oh, Bu Ajeng, nanti lima belas menit lagi," ucap Lintang.

"Iya. Gue nunggu di dalam aja," ucap Galaksi sambil tetap berdiri dihadapan Lintang dan Vanka.

"Yaudah masuk sana. Gue mau siap-siap juga. Yok, Van." Lintang menggandeng Vanka yang diam kebingungan.

"Lintang!" Panggil Galaksi. Lintang menoleh. Hanya senyuman yang Gakaksi tampakan ke arah Lintang. Lintang diam tak menggubris.

***

"Jadi ketempat Adjie, Tang?" tanya Vanka. Lintang mengangguk sambil mengganti seragam tempatnya bekerja dengan celana panjang dan blouse hitam.

"Salam buat Adjie ya, gue nggak bisa ikut," ucap Vanka.

"Salam apa?"

"Apa aja. Sepupu lo gemesin banget tau tang ...."

"Masih anak kuliahan itu Vanka. Aduh tante..." ledek Lintang.

"Yaelah Tang,beda dikit doang, restuilah"

"Ogah. Emaknya sangar. Gue takut dipecat jadi keponakan nanti." Lintang membuka sanggul keong dan menggerai rambut panjangnya. Lalu ia merapikan sedikit dengan jarinya.

"Wiihhhh so sexy ...!" ledek Vanka.

"Janda keceh ya gue." Lintang membanggakan diri.

"Buruan nikah, biar nggak jadi fitnah. Lo tau banyak laki-laki incer janda macam lo."

"Gue janda terhormat. Bukan janda kegatelan, gue janda ditinggal mati suami. Standar gue tinggi buat nanti seleksi calon suami gue lagi."

"Nah, kalo cowok tadi, siapa, Tang? Kayaknya kok kenal banget sama lo?"

Lintang berjalan keluar ruang locker diikuti Vanka.

"Masa lalu terindah gue." jawab Lintang sambil berjalan keluar gedung lewat pintu samping. Vanka diam. Seperti memikirkan sesuatu.

"Galaksi? Itu cowok sih Galaksi itu?" Teriak Vanka.

"Iyaaaa," jawab Lintang sambil berjalan ke arah halte busway. Aura Lintang membuat beberapa pasang mata seakan menatap lapar kearahnya. Tapi Lintang cuek. Ia memasang earphone dan memainkan lagu-lagu di ponselnya. Tujuannya sepulang kerja, restaurant tantenya.

Ia senang membantu disana atau sekedar duduk untuk menikmati makanan kecil dan mengobrol dengan sepupu-sepupunya yang rajin membantu tantenya itu.

***

Lintang tertawa saat Adjie bercerita tentang dosen wanita sexy yang suka tebar pesona ke Adjie.

"Gue mau pindah tang, asli jijik gue. Udah emak-emak gitu. Hiiii ...." Adjie mengelap gelas yang sudah dicuci dan diletakkan di tempatnya.

"Hahaha, makanya punya muka jangan cakep-cakep banget, muka lo korea banget si. Jadi diincer banyak emak-emak model dosen lo itu, 'kan?"

"Ya kali muka gue beda ama bokap gue. Bokap gue aja Kim. Mana lu," bela Adjie.

"Tuh, temen gue, Vanka, juga ngebet banget sama lo, Jie."

"Ya mending Vanka lah, beda cuma tipis umurnya sama gue."

"Tipis dari uranus. Vanka dua delapan, elo dua dua, mana lu" Lintang menoyor kepala Adjie. Adjie terkekeh geli. "Abang-abang lo mana, kok nggak keliatan" tanya Lintang yang duduk santai di pojok restaurant.

"Lagi sibuk di tatar mami. Bang Bima sibuk merhatiin koki masak, bang Dewa sibuk sama Papi di ruangan, diajarin mengatur pembukuan"

"Lo beruntung bisa kuliah, Jie, nggak kayak abang-abang lo yang lulus SMA langsung ditarik kesini"

"Iya, tapi mami sama papi punya lima cabang ditempat lain. Ini bukan sembarang restaurant tang, abang-abang gue penerusnya. Gue, ogah amat"

"Iya, iya, mantep pokoknya"

Restaurant korean grill and indonesian grill menjadi usaha keluarga tantenya itu. Om dan tantenya sama-sama lulusan perhotelan walau dari negara yang berbeda. Mereka bertemu saat tantenya menjadi mahasiswa yang dikirim ke korea untuk belajar culinary tiga bulan di seoul.

Karyawannya banyak, cita-cita om dan tantenya itu membuat restoran maju dan diwariskan ke anak-anaknya kelak. Hanya Adjie yang tidak mau dan minta kuliah hukum.

Lintang asik memakan edamame, jam menunjukan pukul setengah tujuh malam, ia masih belum berniat pergi.

"Lintang," suara itu membuat lintang tidak jadi memasukan edamame kedalam mulutnya dan mendongak.

"Galak," jawab Lintang. Galaksi tersenyum, ia menarik kursi dan duduk dihadapan Lintang.

"Ketemu lagi" ucap Galaksi sambil tersenyum. Lintang manggut-manggut.

"Take away?" Tanya Lintang. Galaksi mengangguk.

"Sendiri?" Tanya Galaksi. Lintang mengangguk.

"Gue beli buat sarapan besok. Gue nggak akan keburu bikin sarapan."

"Ohhh." jawab Lintang singkat. "Istri lo,nggak bisa bikinin sarapan?"

"Udah pergi" jawab Galaksi.

"Lo--"

"Duda. Gagal pernikahan gue yang waktu itu"

"Gitu," jawab Lintang singkat,lagi.

"Lo apa kabar, Lin?" tanya Galaksi.

"Lintang janda, Om. Baru setahun lalu suaminya meninggal. Tapi belum punya anak. Saudara saya ini siap dinikahi duda keren kaya Om⁶" Adjie menyambar omongan sambil meletakkan pesanan Galaksi.

Lintang melotot ke Adjie yang menjulurkan lidah ke lintang lalu kabur secepat kilat kedapur.

"Serius Lin?" Tanya Galaksi dengan tatapan sendu. Lintang tersenyum masam sambil memasukan edamame ke mulutnya.

"Gue duda, lo janda" ucap Galaksi dengan wajah tak terbaca. Lintang menatapnya dengan satu alis terangkat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yasmin Amira Prastiawan
ceritanya sangat menarik
goodnovel comment avatar
Sriamah Sriamah
ceritanya menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Bonus part

    Menjadi seorang ibu, bagi Lintang satu kebanggaan juga kebahagiaan. Memiliki anak bukan satu kerepotan, apalagi jika benih yang tumbuh dirahimnya dari orang yang ia cintai dengan tulus. Selain itu, anak juga rezeki dari pencipta, semua sudah diatur oleh-NYA. Terkadang, manusianya saja yang suka berpikir seenaknya, lupa jika dia dulunya juga seorang anak. Tangannya menggandeny Breyana, mereka sedang di mal untuk membeli sepatu baru karena Breyana akan mengikuti turnamen basket wanita usia 16. Iya, Breyana sudah remaja. Ia tumbuh cantik dan lebih mirip Lintang--ibu sambungnya--dari pada Karmen. "Ma, jangan yang mahal-mahal, Bre nggak mau, yang penting nyaman," pintanya saat mereka masuk ke toko sepatu olahraga. "Oke, Kakak," jawab Lintang sembari melihat ke jajaran sepatu yang tertata apik di rak. "Bre," panggil Lintang. "Apa, Ma?" Breyana memegang sepatu basket dengan corak pink orange. Warna yang mencolok dan itu limited edition, tertulis dirak. Saat melihat harganya, Breyana ke

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Ibu sambung untuk anakku

    Galaksi sudah selesai mandi, segera ia duduk anteng di sebelah Lintang. Ia memperhatikan istrinya melayani dirinya makan. Padahal perutnya sudah semakin membesar. Dasar Galaksi, tetap saja ia iseng dengan mencolek-colek lengan istrinya yang semakin berisi. Bukan gendut, ya, Lintang bisa sewot kalau dibilang begitu. “Jadi, katakan Adinda, ada ghibahan apa? Supaya Kakandamu itu, tidak ketinggalan informasi hangat,” kata Galaksi. Lintang menjewer pelan telinga suaminya, “Nggak usah lebay gitu bisa, nggak sih, Lak … ya ampun …,” kesal Lintang dengan menyipitkan mata menatap Galaksi yang mengusap telinganya setelah jemari Lintang menjauh. “Sebel aku,” gerendeng Lintang. “Jangan sebel-sebel, nanti anaknya mirip aku, lho,” lanjut Galaksi kemudian meneguk air putih di gelas. “Ya pasti mirip, Galak… ini anakmu, kamu yang tanam bibitnya, aku potnya, pasti mirip kamu, masa mirip Goong Yoo!” “Hah! Siapa oyong!” Galaksi terbelalak. “Kok oyong …, hih! Goong Yoo! Nih, ya, bentar aku lihat

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Hati yang lembut

    "Saya tau kamu ibu kandung Breyana, tapi saya minta kamu untuk jujur, Karmen, sekali lagi saya mau tanya sama kamu. Apa... kamu berniat bawa Breyana tinggal dan menetap sama kamu?"Pertanyaan itu terlontar begitu lancar dengan nada bicara santai namun penuh penekanan. Lintang akan benar-benar menahan emosi dan egonya kali ini. Ia tam mau meledak-ledak apalagi gegabah. Hati Breyana yang ia harus jaga.Karmen menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Iya, Lintang, aku memang... suatu hari nanti berniat bawa Bre tinggal dan kembali ke aku, seenggaknya satu tahun ke depan."Lintang sudah menduga hal itu, lambat laun pasti akan begitu. Ia menunduk, mengangguk pelan. Hatinya sakit juga sedih, bagaimana ia suatu hari memang akan berpisah dengan Breyana."Aku minta maaf sama kamu Lintang, aku begitu naif beberapa tahun lalu, nggak mau bawa Bre untuk hidup sama aku karena menurutku, fokus saat itu ke suamiku sekarang. Aku mau memperbaiki hubunganku sama dia, di mana emang aku cintan

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Cemburu

    Lintang ingin sekali bisa beraktifitas normal, namun kehamilannya membuatnya harus bersabar dan mengalah kepada Karmen yang kini, mengantar jemput Breyana sekolah. Lintang selalu diingatkan Galaksi untuk sabar dan mengerti, kasihan Breyana juga nantinya.Siang itu, Lintang sedang membeli buah-buahan di supermarket buah, diantar Adjie yang sedang memiliki waktu luang, sementara Galaksi sibuk bekerja. Ia paham posisi dan kondisi suaminya itu, dan Adjie lah yang menjadi orang yang dihubungi saat darurat."Tang, enak kayaknya nih, pir, beliin gue ya, buat di rumah." Palak Adjie."Kebangetan. Udah kaya, masih malah gue." ketus Lintang. "Ambil!" lanjutnya. Lintang tak akan tega pada akhirnya."Eh iya, Bang Igo tanya, Breys cabang Jakarta, gimana prosesnya?" tanya Adjie."Aman, Kak Dita kan yang ngurusin. Gue udah nggak boleh mondar mandir ke sana, Jie, bawel banget Kak Dita, takut gue kenapa-kenapa." Lintang mendorong troli lagi, Berkeliling mencari buah dan camilan lainnya, Adjie mengekor,

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Kesempatan

    Lintang dikejutkan dengan Breyana yang tiba-tiba demam tinggi, Sari membangunkannya tengah malam, Galak juga ikut terbangun. Breyana, kemarin saat di sekolah memang ikut ekskul renang, Sari sudah melarang karena Breyana tampak tak enak badan, namanya anak kecil, dilarang malah menangis. Sari jadi merasa bersalah, tapi Lintang dan Galaksi tak masalah, sudah saatnya sakit ya sakit saja, pikirnya. Karena ia tau Sari menjaga Breyana begitu penuh perhatian juga sayang.IGD menjadi saksi tangis Lintang saat dokter memberitahu jika Breyana tipes sehingga harus dirawat intensif di rumah sakit. Sari juga ikut menangis, bahkan meminta maaf kepada Lintang dan Galaksi."Kamu nggak salah Sari, saya cuma sedih lihat anak saya dipasang infusan sampai Breyana nangis jerit-jerit. Ibu mana yang nggak sedih, udah, kamu jangan sedih juga." Lintang mengusap lengan Sari. Ketiganya m

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Ketemu di mal

    Rencana cuma dibuat manusia, tapi penciptalah yang menentukan hasil akhirnya. Galaksi cuti mendadak selama dua hari, ia menepati janji mengajak Lintang ke mall setelah pulang dari pantai. Breyana duduk di baby stroller yang masih bisa digunakan sampai Bre lima tahunan, cukup berfungsi baik, karena model baby stroller itu yang bisa dijadikan seperti kursi dorong.“Bu, ini bagus modelnya, bisa sampai Sembilan bulan Ibu pakai,” ujar Sari.“Iya bener, Sar, yaudah boleh tuh, motifnya lucu, bunga-bunga. Bunga Lily kayaknya ya,” ucap Lintang. Galaksi bersama Breyana ke bagian pria, toko pakaian merek Z itu begitu menggoda Galaksi juga untuk berbelanja, lain emang bapak-bapak satu ini, nggak mau kalah sama bininya, padahal, dari jauh Lintang sudah melotot ke arah Galaksi saat ia memegang sepatu dan beberapa kaos santai.Dengan kode tangan yang diberikan Lintang, akhirnya Galaksi menaruh kaos kembali ke gantungan dan meminta izin membeli sepatu santai. Lintang mengangguk.“Bre, besok-sesok, Pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status