Share

Ibu Sambung Untuk Anakku
Ibu Sambung Untuk Anakku
Penulis: Rianievy

Supermarket

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-15 20:21:17

Lintang mendorong trolley belanjaan disalah satu supermarket besar seorang diri, ia sibuk memilih barang-barang belanjaan yang sudah ia catat di rumah. CATAT? iya, tapi pada akhirnya yang dibelanjakan akan beranak pinak dan jadi penuh dengan belanjaan unfaedah karena ke kalapan lintang.

"Makanan kucing mana sih, ya?" Lintang gerendeng sendiri. Saat ia menemukan letak rak tujuannya dan melihat produk makanan kucing yang ia biasa beli sedang ada diskon, ia langsung mendorong trolley dengan cepat.

"Orang baik, rezekinya juga baik, saikkk …," ucapnya terkekeh sendiri sambil memasukan satu kantung besar makanan kucing ke dalam trolley.

Ia memutar lagi area jajahannya, hingga ke bagian persabunan. Memasukan sabun mandi sesuai kesukaannya,pasta gigi dan printilan kamar mandi lainnya. Matanya menjelajah ke label diskon. Mau apapun asal ada label diskon, ia akan mampir dan memastikan akan beli atau tidak.

Suara tangis seorang anak terdengar sangat nyaring. Anak tersebut rewel. Lintang berbelok ke bagian area wanita. Stok pembalutnya habis.

"Iya sayang, sebentar, Papa bingung ini ditaruh di mana, salah ambil tadi kan," sosok pria yang repot menggendong anak balita berusia satu tahunan itu membuat kedua mata Lintang menyipit. Pria itu berbalik, mereka saling diam dan menatap. Sedangkan sang anak rewel hingga memukul-mukul pria tersebut.

"LINTANG?!!" sang pria terkejut.

"GALAKSI?!" Lintang pun terkejut. Mereka berdua saling menatap. Ditambah saat Lintang melihat Galaksi sedang memegang pembalut wanita.

"Itu, itu anak lo kasian, aduh…," Lintang reflek berjalan dan mengambil alih gendongan anak balita itu ke gendongannya.

"Lo belanja berdua doang? Istri lo mana!" Lintang memeluk dan menenangkan balita itu dengan menepuk-nepuk punggungnya.

"Cep..cep..cep.. Papanya gila ya, Nak, kamu nangis terus jadinya, emang gitu tuh Papa kamu, cep..." lirik Lintang ke Galaksi yang berekspresi datar.

BLUG.

Kepala Lintang di lempar pembalut wanita yang tepat sasaran.

"Nggak kebalik?!" ucap Galaksi, ia lalu mengambil alih gendongan anaknya dan meletakkan di dudukan khusus anak kecil di trolley.

"Yeeee! Bukannya makasih udah ditolongin. Gila!" Teriak Lintang. Galaksi terus mendorong trolley tidak menggubris.

Tapi saat ia sudah berbelok. Ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke Lintang yang masih memilih pembalut wanita.

Galaksi tersenyum. Ia lalu menatap putri kecilnya.

"Dia masih sama, Nak, setelah sekian tahun nggak ketemu." Galaksi melanjutkan mendorong trolley dengan perasaan dan pikiran yang tiba-tiba teringat saat masa kuliah dulu.

***

Meja kasir tampak penuh, Lintang mengantri sambil membalas pesan singkat dari teman kantornya.

"Maju Mbak, antrian panjang nih!"

Lintang menoleh, ia bersingut kesal.

"Iya Om, sabar dong," sahut Lintang ketus. Galaksi cuma diam menatap Lintang dari belakang.

Saat Lintang menaruh belanjaannya di meja kasir, ia sesekali mendengar percakapan Galaksi dengan putri kecilnya dan sesekali tertawa karena tingkah gemas putrinya itu. Setelah Lintang selesai melakukan pembayaran. Ia segera pergi sambil mendorong trolley.

"DULUAN, YA, GALAK!!!" teriak Lintang. Galaksi menoleh. Lintang masih memanggilnya dengan panggilan itu.

"BYE, LILIN!!" balas Galaksi.

Sudut bibir Lintang sedikit terangkat. Galaksi masih memanggilnya dengan panggilan aneh itu. Lilin.

***

Lintang lama menunggu taksi datang. Ia takut jika naik taksi yang dipesan melalui aplikasi. Ia memilih taksi resmi dari burung biru sebagai kendaraan untuk pulang.

Sebuah mobil sedan hitam berhenti di hadapannya. Kaca mobil turun perlahan. Lintang tidak tahu, jadi ia membuang muka.

"Lin! Balik?" Lintang menoleh saat mendengar suara Galaksi. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Enggak. Mau nonton bola." jawab Lintang diakhiri senyuman lalu kembali datar.

"Gue anter yok. Masih rumah lama, kan?" tanya Galaksi.

"Makasih. Tuh, taksi gue udah dateng, bye Galak." Lintang mendorong trolley dan menghentikan taksi. Lalu sang supir turun dan membantu memasukan belanjaan Lintang kedalam bagasi taksi. Mobil hitam itu pergi meninggalkan Lintang. Mereka kembali berpisah.

Di dalam taksi, Lintang diam sesaat sebelum menggeleng kepala pelan. Merasa lucu bertemu kembali dengan Galaksi yang menyebalkan, menjengkelkan, juga memalukan. Namun, lelaki itu kini sudah memiliki anak, tapi ke mana istrinya? 

***

"Gue baru sampai rumah, kenapa telponin terus?" Lintang menjawab telepon teman kerjanya, Vanka, yang hobi curhat tentang pacar bahkan mantan pacar yang tidak penting juga jika Lintang tau. 

"Lo nggak bestie banget, Tang. Sebel gue," dumal Vanka. 

"Gue baru balik belanja bulanan. Masih beberes, kalau mau curhat soal ini, nanti dulu. Lo kayak nggak kenal gue," bela Lintang untuk dirinya. 

"Kayaknya gue kapok jadian sama yang lebih tua, kelakuannya nggak sesuai umur, nyebelin."

"Yaudah, jangan pikirin cowok dulu. Lainnya aja, pikirin test buat naik jabatan, masa selamanya lo mau jadi teller bank, lo pintar, Van, nggak kayak gue yang mageran." 

Lintang merapikan camilan miliknya ke dalam kabinet meja dapur, lalu beralih menuangkan makanan timmy, kucing kesayangannya. 

"Cariin gue jodoh brondong, deh."

"Idih! Nggak salah lo minta ke gue?!" sewot Lintang. 

"Oh iya lupa, lo aja ngenes, ya, gue lupa hahaha."

"Van, gue tadi--" Lintang diam. "Nggak jadi, deh." 

"Apaan?! Lo main rahasia-rahasiaan sama gue?" cecar Vanka. Lintang diam, ia lalu beralasan mau ke kamar mandi, padahal malas saja membahas, biarkan itu jadi konsumsi dirinya sendiri. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Bonus part

    Menjadi seorang ibu, bagi Lintang satu kebanggaan juga kebahagiaan. Memiliki anak bukan satu kerepotan, apalagi jika benih yang tumbuh dirahimnya dari orang yang ia cintai dengan tulus. Selain itu, anak juga rezeki dari pencipta, semua sudah diatur oleh-NYA. Terkadang, manusianya saja yang suka berpikir seenaknya, lupa jika dia dulunya juga seorang anak. Tangannya menggandeny Breyana, mereka sedang di mal untuk membeli sepatu baru karena Breyana akan mengikuti turnamen basket wanita usia 16. Iya, Breyana sudah remaja. Ia tumbuh cantik dan lebih mirip Lintang--ibu sambungnya--dari pada Karmen. "Ma, jangan yang mahal-mahal, Bre nggak mau, yang penting nyaman," pintanya saat mereka masuk ke toko sepatu olahraga. "Oke, Kakak," jawab Lintang sembari melihat ke jajaran sepatu yang tertata apik di rak. "Bre," panggil Lintang. "Apa, Ma?" Breyana memegang sepatu basket dengan corak pink orange. Warna yang mencolok dan itu limited edition, tertulis dirak. Saat melihat harganya, Breyana ke

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Ibu sambung untuk anakku

    Galaksi sudah selesai mandi, segera ia duduk anteng di sebelah Lintang. Ia memperhatikan istrinya melayani dirinya makan. Padahal perutnya sudah semakin membesar. Dasar Galaksi, tetap saja ia iseng dengan mencolek-colek lengan istrinya yang semakin berisi. Bukan gendut, ya, Lintang bisa sewot kalau dibilang begitu. “Jadi, katakan Adinda, ada ghibahan apa? Supaya Kakandamu itu, tidak ketinggalan informasi hangat,” kata Galaksi. Lintang menjewer pelan telinga suaminya, “Nggak usah lebay gitu bisa, nggak sih, Lak … ya ampun …,” kesal Lintang dengan menyipitkan mata menatap Galaksi yang mengusap telinganya setelah jemari Lintang menjauh. “Sebel aku,” gerendeng Lintang. “Jangan sebel-sebel, nanti anaknya mirip aku, lho,” lanjut Galaksi kemudian meneguk air putih di gelas. “Ya pasti mirip, Galak… ini anakmu, kamu yang tanam bibitnya, aku potnya, pasti mirip kamu, masa mirip Goong Yoo!” “Hah! Siapa oyong!” Galaksi terbelalak. “Kok oyong …, hih! Goong Yoo! Nih, ya, bentar aku lihat

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Hati yang lembut

    "Saya tau kamu ibu kandung Breyana, tapi saya minta kamu untuk jujur, Karmen, sekali lagi saya mau tanya sama kamu. Apa... kamu berniat bawa Breyana tinggal dan menetap sama kamu?"Pertanyaan itu terlontar begitu lancar dengan nada bicara santai namun penuh penekanan. Lintang akan benar-benar menahan emosi dan egonya kali ini. Ia tam mau meledak-ledak apalagi gegabah. Hati Breyana yang ia harus jaga.Karmen menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Iya, Lintang, aku memang... suatu hari nanti berniat bawa Bre tinggal dan kembali ke aku, seenggaknya satu tahun ke depan."Lintang sudah menduga hal itu, lambat laun pasti akan begitu. Ia menunduk, mengangguk pelan. Hatinya sakit juga sedih, bagaimana ia suatu hari memang akan berpisah dengan Breyana."Aku minta maaf sama kamu Lintang, aku begitu naif beberapa tahun lalu, nggak mau bawa Bre untuk hidup sama aku karena menurutku, fokus saat itu ke suamiku sekarang. Aku mau memperbaiki hubunganku sama dia, di mana emang aku cintan

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Cemburu

    Lintang ingin sekali bisa beraktifitas normal, namun kehamilannya membuatnya harus bersabar dan mengalah kepada Karmen yang kini, mengantar jemput Breyana sekolah. Lintang selalu diingatkan Galaksi untuk sabar dan mengerti, kasihan Breyana juga nantinya.Siang itu, Lintang sedang membeli buah-buahan di supermarket buah, diantar Adjie yang sedang memiliki waktu luang, sementara Galaksi sibuk bekerja. Ia paham posisi dan kondisi suaminya itu, dan Adjie lah yang menjadi orang yang dihubungi saat darurat."Tang, enak kayaknya nih, pir, beliin gue ya, buat di rumah." Palak Adjie."Kebangetan. Udah kaya, masih malah gue." ketus Lintang. "Ambil!" lanjutnya. Lintang tak akan tega pada akhirnya."Eh iya, Bang Igo tanya, Breys cabang Jakarta, gimana prosesnya?" tanya Adjie."Aman, Kak Dita kan yang ngurusin. Gue udah nggak boleh mondar mandir ke sana, Jie, bawel banget Kak Dita, takut gue kenapa-kenapa." Lintang mendorong troli lagi, Berkeliling mencari buah dan camilan lainnya, Adjie mengekor,

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Kesempatan

    Lintang dikejutkan dengan Breyana yang tiba-tiba demam tinggi, Sari membangunkannya tengah malam, Galak juga ikut terbangun. Breyana, kemarin saat di sekolah memang ikut ekskul renang, Sari sudah melarang karena Breyana tampak tak enak badan, namanya anak kecil, dilarang malah menangis. Sari jadi merasa bersalah, tapi Lintang dan Galaksi tak masalah, sudah saatnya sakit ya sakit saja, pikirnya. Karena ia tau Sari menjaga Breyana begitu penuh perhatian juga sayang.IGD menjadi saksi tangis Lintang saat dokter memberitahu jika Breyana tipes sehingga harus dirawat intensif di rumah sakit. Sari juga ikut menangis, bahkan meminta maaf kepada Lintang dan Galaksi."Kamu nggak salah Sari, saya cuma sedih lihat anak saya dipasang infusan sampai Breyana nangis jerit-jerit. Ibu mana yang nggak sedih, udah, kamu jangan sedih juga." Lintang mengusap lengan Sari. Ketiganya m

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Ketemu di mal

    Rencana cuma dibuat manusia, tapi penciptalah yang menentukan hasil akhirnya. Galaksi cuti mendadak selama dua hari, ia menepati janji mengajak Lintang ke mall setelah pulang dari pantai. Breyana duduk di baby stroller yang masih bisa digunakan sampai Bre lima tahunan, cukup berfungsi baik, karena model baby stroller itu yang bisa dijadikan seperti kursi dorong.“Bu, ini bagus modelnya, bisa sampai Sembilan bulan Ibu pakai,” ujar Sari.“Iya bener, Sar, yaudah boleh tuh, motifnya lucu, bunga-bunga. Bunga Lily kayaknya ya,” ucap Lintang. Galaksi bersama Breyana ke bagian pria, toko pakaian merek Z itu begitu menggoda Galaksi juga untuk berbelanja, lain emang bapak-bapak satu ini, nggak mau kalah sama bininya, padahal, dari jauh Lintang sudah melotot ke arah Galaksi saat ia memegang sepatu dan beberapa kaos santai.Dengan kode tangan yang diberikan Lintang, akhirnya Galaksi menaruh kaos kembali ke gantungan dan meminta izin membeli sepatu santai. Lintang mengangguk.“Bre, besok-sesok, Pa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status