Share

Ibu Sambung Untuk Anakku
Ibu Sambung Untuk Anakku
Author: Rianievy

Supermarket

Lintang mendorong trolley belanjaan disalah satu supermarket besar seorang diri, ia sibuk memilih barang-barang belanjaan yang sudah ia catat di rumah. CATAT? iya, tapi pada akhirnya yang dibelanjakan akan beranak pinak dan jadi penuh dengan belanjaan unfaedah karena ke kalapan lintang.

"Makanan kucing mana sih, ya?" Lintang gerendeng sendiri. Saat ia menemukan letak rak tujuannya dan melihat produk makanan kucing yang ia biasa beli sedang ada diskon, ia langsung mendorong trolley dengan cepat.

"Orang baik, rezekinya juga baik, saikkk …," ucapnya terkekeh sendiri sambil memasukan satu kantung besar makanan kucing ke dalam trolley.

Ia memutar lagi area jajahannya, hingga ke bagian persabunan. Memasukan sabun mandi sesuai kesukaannya,pasta gigi dan printilan kamar mandi lainnya. Matanya menjelajah ke label diskon. Mau apapun asal ada label diskon, ia akan mampir dan memastikan akan beli atau tidak.

Suara tangis seorang anak terdengar sangat nyaring. Anak tersebut rewel. Lintang berbelok ke bagian area wanita. Stok pembalutnya habis.

"Iya sayang, sebentar, Papa bingung ini ditaruh di mana, salah ambil tadi kan," sosok pria yang repot menggendong anak balita berusia satu tahunan itu membuat kedua mata Lintang menyipit. Pria itu berbalik, mereka saling diam dan menatap. Sedangkan sang anak rewel hingga memukul-mukul pria tersebut.

"LINTANG?!!" sang pria terkejut.

"GALAKSI?!" Lintang pun terkejut. Mereka berdua saling menatap. Ditambah saat Lintang melihat Galaksi sedang memegang pembalut wanita.

"Itu, itu anak lo kasian, aduh…," Lintang reflek berjalan dan mengambil alih gendongan anak balita itu ke gendongannya.

"Lo belanja berdua doang? Istri lo mana!" Lintang memeluk dan menenangkan balita itu dengan menepuk-nepuk punggungnya.

"Cep..cep..cep.. Papanya gila ya, Nak, kamu nangis terus jadinya, emang gitu tuh Papa kamu, cep..." lirik Lintang ke Galaksi yang berekspresi datar.

BLUG.

Kepala Lintang di lempar pembalut wanita yang tepat sasaran.

"Nggak kebalik?!" ucap Galaksi, ia lalu mengambil alih gendongan anaknya dan meletakkan di dudukan khusus anak kecil di trolley.

"Yeeee! Bukannya makasih udah ditolongin. Gila!" Teriak Lintang. Galaksi terus mendorong trolley tidak menggubris.

Tapi saat ia sudah berbelok. Ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke Lintang yang masih memilih pembalut wanita.

Galaksi tersenyum. Ia lalu menatap putri kecilnya.

"Dia masih sama, Nak, setelah sekian tahun nggak ketemu." Galaksi melanjutkan mendorong trolley dengan perasaan dan pikiran yang tiba-tiba teringat saat masa kuliah dulu.

***

Meja kasir tampak penuh, Lintang mengantri sambil membalas pesan singkat dari teman kantornya.

"Maju Mbak, antrian panjang nih!"

Lintang menoleh, ia bersingut kesal.

"Iya Om, sabar dong," sahut Lintang ketus. Galaksi cuma diam menatap Lintang dari belakang.

Saat Lintang menaruh belanjaannya di meja kasir, ia sesekali mendengar percakapan Galaksi dengan putri kecilnya dan sesekali tertawa karena tingkah gemas putrinya itu. Setelah Lintang selesai melakukan pembayaran. Ia segera pergi sambil mendorong trolley.

"DULUAN, YA, GALAK!!!" teriak Lintang. Galaksi menoleh. Lintang masih memanggilnya dengan panggilan itu.

"BYE, LILIN!!" balas Galaksi.

Sudut bibir Lintang sedikit terangkat. Galaksi masih memanggilnya dengan panggilan aneh itu. Lilin.

***

Lintang lama menunggu taksi datang. Ia takut jika naik taksi yang dipesan melalui aplikasi. Ia memilih taksi resmi dari burung biru sebagai kendaraan untuk pulang.

Sebuah mobil sedan hitam berhenti di hadapannya. Kaca mobil turun perlahan. Lintang tidak tahu, jadi ia membuang muka.

"Lin! Balik?" Lintang menoleh saat mendengar suara Galaksi. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Enggak. Mau nonton bola." jawab Lintang diakhiri senyuman lalu kembali datar.

"Gue anter yok. Masih rumah lama, kan?" tanya Galaksi.

"Makasih. Tuh, taksi gue udah dateng, bye Galak." Lintang mendorong trolley dan menghentikan taksi. Lalu sang supir turun dan membantu memasukan belanjaan Lintang kedalam bagasi taksi. Mobil hitam itu pergi meninggalkan Lintang. Mereka kembali berpisah.

Di dalam taksi, Lintang diam sesaat sebelum menggeleng kepala pelan. Merasa lucu bertemu kembali dengan Galaksi yang menyebalkan, menjengkelkan, juga memalukan. Namun, lelaki itu kini sudah memiliki anak, tapi ke mana istrinya? 

***

"Gue baru sampai rumah, kenapa telponin terus?" Lintang menjawab telepon teman kerjanya, Vanka, yang hobi curhat tentang pacar bahkan mantan pacar yang tidak penting juga jika Lintang tau. 

"Lo nggak bestie banget, Tang. Sebel gue," dumal Vanka. 

"Gue baru balik belanja bulanan. Masih beberes, kalau mau curhat soal ini, nanti dulu. Lo kayak nggak kenal gue," bela Lintang untuk dirinya. 

"Kayaknya gue kapok jadian sama yang lebih tua, kelakuannya nggak sesuai umur, nyebelin."

"Yaudah, jangan pikirin cowok dulu. Lainnya aja, pikirin test buat naik jabatan, masa selamanya lo mau jadi teller bank, lo pintar, Van, nggak kayak gue yang mageran." 

Lintang merapikan camilan miliknya ke dalam kabinet meja dapur, lalu beralih menuangkan makanan timmy, kucing kesayangannya. 

"Cariin gue jodoh brondong, deh."

"Idih! Nggak salah lo minta ke gue?!" sewot Lintang. 

"Oh iya lupa, lo aja ngenes, ya, gue lupa hahaha."

"Van, gue tadi--" Lintang diam. "Nggak jadi, deh." 

"Apaan?! Lo main rahasia-rahasiaan sama gue?" cecar Vanka. Lintang diam, ia lalu beralasan mau ke kamar mandi, padahal malas saja membahas, biarkan itu jadi konsumsi dirinya sendiri. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status