Home / Romansa / Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO / Bab 52. Sebuah Penawaran. 

Share

Bab 52. Sebuah Penawaran. 

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-08-04 20:50:32

Langit pagi itu cerah dengan matahari yang belum terlalu terik, menyinari taman di kediaman keluarga Alfaruq dengan lembut. Di bawah rindangnya pepohonan yang berjajar rapi, suara tawa kecil Lingga terdengar samar-samar dibawa angin. Hannan dan Andini baru saja kembali dari berjalan-jalan santai bersama bayi itu, menyusuri jalur setapak yang biasa dipakai untuk jogging oleh penghuni rumah.

Dari teras belakang rumah, Lena tengah duduk santai sambil menyesap teh hangat dalam cangkir porselen bermotif klasik. Di sampingnya berdiri Ira, orang kepercayaannya. Tatapan Lena tidak lepas dari tiga sosok yang mendekat dari kejauhan. Ada sesuatu yang berbeda dari cara Hannan berjalan. Lebih rileks. Lebih hidup.

"Hannan, Andini? Tumben sekali melihat kalian datang bersama," sapanya begitu mereka tiba di halaman belakang.

Andini nyaris membuka mulut untuk menjawab, tetapi Hannan lebih dulu maju selangkah.

"Saya jalan-jalan dengan Lingga di taman. Andini menyusul dan kami memutuskan pulang bersama,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 83. Sehari menjadi Manusia Biasa

    Mentari pagi menyapu pelataran rumah mewah Alfaruq dengan semburat keemasan yang hangat. Di taman belakang, embun belum sepenuhnya menguap dari rumput yang baru saja diinjak oleh sepasang sepatu lari Hannan Alfaruq. Kemeja lengan panjang yang biasa menjadi ciri khas CEO Alfaruq Group pagi itu digantikan dengan kaos abu dan celana jogger hitam. Peluh membasahi pelipisnya, namun kegagahan lelaki itu tidak luntur sedikit pun di mata Andini.Dari jauh, Andini hanya bisa mematung. Sejak kapan melihat seseorang lari pagi bisa membuat jantung berdebar seperti baru jatuh cinta?"Pantas saja dia selalu percaya diri. Tuhan menciptakannya sesempurna itu," gumam perempuan yang jatuh dalam pesona Hannan.Pria yang sedang dibicarakan itu seolah sadar, berjalan santai ke arah Andini sambil menyeruput air mineral."Masih jam segini, Mas," gumam Andini. "Udah selesai maratonnya?"Hannan menatap tanpa senyum, namun ada cahaya lembut di matanya. "Saya tidak bisa lama-lama meninggalkan rumah kalau kamu a

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 82. Cahaya yang Dipilih

    Pagi itu, sinar matahari menerobos masuk lewat jendela kamar bayi, membias lembut di wajah Andini yang tengah menyusui Lingga. Bayi mungil itu tumbuh begitu cepat. Geraknya lincah, matanya cerdas, dan senyum kecilnya selalu berhasil mencairkan beban pikiran yang bersarang di kepala ibunya.Namun hari-hari Andini tidak hanya diisi dengan tangis, tawa, dan popok. Di sela waktu menyusui, di antara jadwal tidur Lingga yang tidak menentu, Andini memanfaatkan setiap celah untuk belajar. Dia menyusun rutinitasnya perlahan. Setiap pagi, setelah memastikan Lingga nyaman dan tidur nyenyak, dia akan membuka laptop.Di layar, tersusun rapi folder bertuliskan "Langkah Awal", "Konseling Bisnis", "Minat dan Bakat", dan "Peluang Usaha". Andini menonton video pendek dari pelaku UMKM, membaca e-book seputar strategi pemasaran digital, serta mengikuti kelas daring seputar pengembangan produk.Andini mulai dari pertanyaan sederhana: "Apa yang benar-benar aku sukai?"Andini mengumpulkan data, membuat diag

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 81. Ruang untuk Tumbuh

    Senja menorehkan gradasi oranye pada kaca-kaca gedung pencakar langit. Di puncak menara Alfaruq Group, ruang kerja Hannan menyajikan panorama metropolis yang tak pernah tidur.Tirai kantor tersapu cahaya jingga dari matahari terbenam, memantulkan kilau lembut pada meja kayu tua yang selalu dipenuhi tumpukan berkas dan layar laptop. Di sudut ruangan, Ira—asisten pribadi sekaligus kepercayaan Hannan—duduk di kursi tamu, setengah bersandar, tablet di tangannya menampilkan laporan terakhir.Hannan menutup map kemudian menatap Ira dengan serius. Dia meninggalkan kursi kerjanya, lalu berjalan pelan menuju rak buku."Ira, ada kabar terbaru tentang pemegang saham?" tanyanya, suara datar namun jelas mengandung pertanyaan tajam.Ira mengamati ekspresi Hannan sejenak, lalu menjawab. "Beberapa saham utama sedang beralih tangan, Pak. Itu jadi topik terhangat di sidang dewan kemarin.""Pak, jika boleh berpendapat, menurut saya ini adalah kesempatan bagus untuk Andini mengambil posisi pemegang saham

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 80. Berjalan Bersisian

    Andini berdiri, mendekat. "Aku bukan orang besar, bukan siapa-siapa. Aku hanya seorang ibu, seorang wanita biasa. Maka dari itu, jika aku harus masuk ke dunia kamu, aku harus tahu aku masuk bukan sebagai beban. Aku ingin punya pijakan sendiri, Mas. Aku ingin kamu izinkan aku tetap bekerja."Hannan terdiam. Rahangnya menegang. Bukan karena marah, melainkan sedang menimbang."Aku tidak minta dilindungi dari dunia kamu, Mas. Aku minta diperbolehkan berdiri sejajar, bahkan kalau suatu saat aku harus ikut jatuh. Aku mau jadi pasangan kamu, bukan pelengkap di kartu atau keadaan."Hannan menatap lama. Lalu perlahan, lelaki itu menghela napas dan mengangguk. Senyum tipis terbentuk di sudut bibirnya.Hannan menarik napas pelan. "Saya tidak mencintai kamu karena kamu cukup, Andini. Saya mencintai kamu karena kamu adalah kamu. Kalau itu syaratmu, maka saya akan pastikan dunia membuka semua pintunya untuk kamu.""Syarat darimu saya anggap sudah dipenuhi. Kamu boleh bekerja. Tapi perlu diingat, di

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 79. Sebuah Syarat

    Andini bersandar di sandaran kepala ranjang dengan selimut hangat menutupi tubuhnya. Ruangan itu tenang, hanya sesekali terdengar suara lembut dari alat humidifier yang mengepulkan uap di sudut kamar. Jendela besar menghadap taman, cahaya pagi menelusup lembut melalui tirai tipis.Hannan sedang sibuk di ruang kerja, memberi waktu bagi ibunya untuk menemani Andini pagi ini. Lena datang dengan baki berisi semangkuk bubur hangat, segelas air putih, dan obat."Sudah cukup baikan untuk makan, Nak?" tanya Lena lembut. Wanita paruh baya itu duduk di tepi ranjang, meletakkan baki di atas meja kecil.Andini mengangguk pelan. "Terima kasih, Bu. Maaf sudah merepotkan."Lena terkekeh, menyendokkan bubur ke dalam mangkuk yang lebih kecil. "Kamu ini, baru sakit sebentar sudah merasa merepotkan. Padahal aku sudah lama ingin mengurus seseorang lagi."Andini menunduk malu. Ada getaran canggung dalam dadanya. Dirawat oleh calon ibu mertua—jika sebutan itu memang sudah pantas digunakan—bukanlah hal yang

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 78. Merawat Calon Istri

    Cahaya pagi menyelinap pelan lewat celah tirai jendela kamar, mewarnai seisi ruangan dengan nuansa keemasan yang hangat. Di atas ranjang berbalut linen putih bersih, tubuh Andini masih terbaring tenang. Sementara Hannan duduk di sisi tempat tidur, tubuh tegap itu tak bergeming semalaman. Mata tajam yang biasa penuh ketegasan kini menatap lembut wajah Andini.Andini membuka mata perlahan. Pandangannya masih buram, namun suara lembut Hannan langsung menyambut kesadarannya."Aku di mana?" tanya Andini serak."Rumah," jawab Hannan dengan suara yang lebih pelan, seolah takut mengusik kelemahan calon istrinya. "Kamu ingat? Kamu keracunan, Andini. Tapi kamu sudah aman sekarang."Andini mengangguk pelan. Kepalanya berat, namun dia cukup sadar untuk membaca sorot mata Hannan yang penuh tekanan—satu malam tanpa tidur tak cukup menyembunyikan kekhawatiran lelaki itu."Kamu yang jagain aku semalaman, Mas?""Saya tidak pergi sedikit pun." Hannan duduk lebih dekat ke sisi ranjang. "Bahkan kalau wak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status