Share

BAB 24

Author: Fredy_
last update Last Updated: 2025-07-15 09:16:48

Sore mulai menjingga saat motor Pak Eman melaju pelan di jalan beraspal sempit, membelah permukiman padat penduduk. Nayla duduk membonceng, memeluk erat kantong belanja berisi lauk dan sayur pemberian Bu Erna. Angin sore membelai pipinya, membawa sedikit debu jalanan.

"Haa...Hacciiihhh!"

Motor sedikit oleng saat Pak Eman bersin keras. Nayla refleks memegang bahu pria itu. "Pak, hati-hati. Bapak sakit, ya?"

"Maaf, Nay. Iya, nih. Sebenernya dari kemarin udah nggak enak badan," gumamnya, napasnya terdengar berat. "Tapi ... temen OB yang satu lagi udah ijin sakit duluan. Ya udah, saya terpaksa masuk, sekalian diminta Mpok Lilis nganterin kamu."

Nayla menatap punggung pria paruh baya itu dengan prihatin. "Maaf ya, Pak. Saya jadi nggak enak udah ngerepotin."

"Iih, nggak apa-apa, Nay. Santai aja kali ..."

"Jangan-jangan Pak Eman masuk angin?"

"Bisa jadi, sih. Kemaren lusa abis ronda. Terus, istri juga sempet meriang ..." ucapnya, diselingi satu bersin lagi. "Haciihh! Huh, pilek ini sih."

Mot
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Matteo rindu ibu nay sama kyk nay juga
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
dih Arlene ga tau diri dasar Kunti
goodnovel comment avatar
Apri Yani
"gak lama lagi dia bakal tinggal di sini" siapa,siapa yang nyuruh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 26

    Pak Eman datang menjemput Nayla dengan jaket tebal dan masker menutupi setengah wajahnya. Pria itu terlihat semaput. Tapi, lagi-lagi, ia memaksakan diri masuk kerja, karena rekan OB nya yang kemarin izin sakit, sekarang harus dirawat di rumah sakit. "Ayo, Nay ..." ujarnya pendek sambil mengusap hidung dengan sapu tangan. Nayla segera mengangguk, dan berpamitan pada Bu Lilis. Di atas motor, sepanjang perjalanan menuju warung, Pak Eman lebih banyak diam. Kadang hanya terdengar suara bersin tertahan-tahan di balik jaket. Sampai akhirnya, saat melambat di tikungan, ia sempat berucap, “Maaf ya... kamu jangan sampai ketularan, Nay.” Nayla hanya mengangguk pelan. "Saya kuat kok, Pak. Sakit hati aja nggak mempan sama saya, apalagi cuma flu," candanya, sedikit berusaha menghibur Pak Eman. Begitu tiba di warung, aroma bawang goreng dan kaldu sapi menyeruak tajam dari dapur. Bu Erna sudah berjibaku dengan bumbu-bumbu, dan seorang pelayan warung yang lain tengah mengelap meja, serta menata sen

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 25

    Tangis Matteo akhirnya mereda setelah hampir sepuluh menit digendong dalam pelukan Leo yang sudah semakin pandai. Suhu tubuh bayi itu sedikit hangat, tapi bayi mungil itu akhirnya terlelap, matanya mengatup rapat dengan wajah yang memerah karena lelah menangis.Leo membelai kepala Matteo perlahan, lalu melangkah menuju kamarnya sendiri. Rasanya, malam ini dia tak percaya siapa pun lagi. Pintu kamar tertutup, dan Leo meletakkan Matteo di sisi kasur, membuatkan ruang aman dengan bantal di sekelilingnya. Baru saat itu, ia sempat menghela napas panjang.Drrt. Drrt.Ponselnya bergetar di meja.Leo hanya melirik sekilas. Notifikasi pesan dari Arlene mencuat di layar."Papih minta ketemu lebih cepat. Kapan kamu ada waktu, Leo? Kabarin aku, ya."Leo hanya menatapnya, tak membuka, tak membalas, tidak tertarik. Tubuhnya sudah terlalu lelah. Tangannya malah mengambil selimut untuk membungkus tubuh Matteo, dan juga tubuhnya.Wanita sialan itu...Sudah membawa masuk baby sitter tanpa izin, merasa

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 24

    Sore mulai menjingga saat motor Pak Eman melaju pelan di jalan beraspal sempit, membelah permukiman padat penduduk. Nayla duduk membonceng, memeluk erat kantong belanja berisi lauk dan sayur pemberian Bu Erna. Angin sore membelai pipinya, membawa sedikit debu jalanan."Haa...Hacciiihhh!"Motor sedikit oleng saat Pak Eman bersin keras. Nayla refleks memegang bahu pria itu. "Pak, hati-hati. Bapak sakit, ya?""Maaf, Nay. Iya, nih. Sebenernya dari kemarin udah nggak enak badan," gumamnya, napasnya terdengar berat. "Tapi ... temen OB yang satu lagi udah ijin sakit duluan. Ya udah, saya terpaksa masuk, sekalian diminta Mpok Lilis nganterin kamu."Nayla menatap punggung pria paruh baya itu dengan prihatin. "Maaf ya, Pak. Saya jadi nggak enak udah ngerepotin.""Iih, nggak apa-apa, Nay. Santai aja kali ...""Jangan-jangan Pak Eman masuk angin?""Bisa jadi, sih. Kemaren lusa abis ronda. Terus, istri juga sempet meriang ..." ucapnya, diselingi satu bersin lagi. "Haciihh! Huh, pilek ini sih."Mot

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 23

    Leo berdiri mematung.Papih Arlene tahu soal proyek Berlin? Bahkan tahu kalau proyek itu adalah bagian dari janjinya untuk Zoya?Matanya menyipit, menatap tajam Arlene yang kini tengah tersenyum kecil—senyum kemenangan yang memuakkan.Dari dulu wanita itu memang bukan wanita sembarangan. Manja, dominan, dan terlalu percaya diri seolah dunia hanya punya dua pilihan—tunduk padanya atau kalah darinya. Arlene anak tunggal dari Budiman Surya, konglomerat senior yang tak segan menggunakan pengaruh untuk membersihkan jalan anak semata wayangnya.Pernah suatu waktu—saat mereka masih sama-sama lajang—Leo menolak undangan pesta ulang tahun Arlene. Esoknya, dua ajudan kekar berdasi gelap datang menjemputnya paksa. Dan ketika Leo mencoba meminta tolong pada ibunya, jawaban yang ia dapat sungguh menyakitkan."Leo, My Son ... ikut saja. Pesta ulang tahun kan cuma setahun sekali, nggak setiap hari. Kalau kamu tidak datang, proyek kita di Meikarni akan dibekukan. Tolong Mama Papa, ya."Seketika itu j

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 22

    Leo menaikkan kembali kaca jendela mobilnya tanpa mengucap sepatah kata. Pengendara motor sok jago itu pun bergegas menjauh dari mobil Leo dengan kepala tertunduk. Mesin mobil Leo kembali meraung halus, dan sedan hitam mengkilap itu melesat pergi, membelah jalanan siang yang mulai padat. Setibanya di depan rumah, Leo hanya membunyikan klakson satu kali—dan itu sudah cukup bagi Pak Dirman untuk segera membuka pintu pagar otomatis. Hati pria itu seketika tidak tenang mendapati Leo pulang kerja pada jam yang tidak biasanya, terlebih lagi tadi ada tamu yang memaksa masuk yang bilangnya sudah dapat ijin dari Leo. Sebuah mobil mewah berwarna merah menyala—dan menyebalkan—yang terparkir santai di halaman membuat dada Leo membara. "Mau apa dia?" batinnya, mengencangkan rahangnya. Leo menginjak rem dengan dalam tepat di samping mobil itu—dan nyaris menyenggol spionnya. Ia turun tanpa mematikan mesin, dan melangkah penuh amarah. Pintu rumah dibuka Pak Dirman, tapi Leo tak mengucap salam, ta

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 21

    Suasana siang di Warung Makan Bu Erna awalnya biasa saja. Hiruk pikuk pelanggan yang mayoritas karyawan kantor mebyatu bersama aroma soto betawi, semur jengkol, dan aneka macam sambal yang memenuhi udara. Semua makan dengan syahdu, mengisi perut mereka dengan sajian enak, murah dan porsinya banyak. Namun ketenangan itu terusik saat dari arah jalan, saat suara motor menderu keras di depan jalan. Lima pria berpakaian serba hitam masuk berurutan. Jaket kulit, tato di leher, dan helm yang sengaja tidak dilepas, membuat siapa pun yang melihat mereka akan langsung menahan napas. Gaya mereka jelas mencolok—seperti geng motor yang biasa muncul di film-film kriminal. Nayla yang sedang mengelap meja bekas nyaris menyenggol gelas es saat melihat rombongan itu masuk. Setitik trauma lama menyelinap di hatinya, membangkitkan ketakutan yang tak bisa dijelaskan. Ia mundur setapak. Ketimbang melayani mereka, Nayla buru-buru beringsut ke dapur. "Bu, saya cuci piring dulu ya, udah numpuk banget," bisi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status