Sarah benar-benar tidak bisa berbuah banyak. Dia hanya diam dan berlindung di balik punggung tegap suaminya yang tiba-tiba datang di depannya untuk melindungi dirinya. Entah apa yang akan dilakukan oleh Andre sehingga kini seluruh keluarga besarnya memusatkan perhatian mereka pada kedatangan Andre dengan teriakan kerasnya.
"Ada apa? " tanya Baskara dengan nada tegas khasnya.Baskara memang orang yang fleksibel. Bisa menempatkan dirinya sesuai dengan situasi yang sedang dia hadapi, seperti saat ini.Andre berdeculih pelan, " Belum berpisah dan putus denganku, kamu malah sudah menikah dengan lelaki bajingan ini. Di mana otakmu, Sarah?! "" Apa kamu ingin ikut terlihat bajingan dan pengecut karena mengkhianatiku begitu saja, sama seperti dengan lelaki di depanmu itu Sarah? Apa kau juga tidak ingat bahwa lelaki yang kau nikahi itu adalah suami dari kakakmu yang sudah mati, Sarah?! "Andre terlihat benar-benar sangat marah. Entah dari mana Andre tahu mengetahui terkait pernikahan Sarah ini. Yang jelas, Sarah merasa dirinya sedang tidak aman saat ini.Sadar akan situasi yang tidak memungkinkan untuk Sarah berada di sini, mama Ayu segera menarik tangan Sarah untuk memasukki kamarnya dan meninggalkan Andre yang kini sedang berdebat dengan Baskara."Lepasin dia! Dia cewek gue, kalau lo cowok lo nggak mungkin ngerebut cewek orang lain, bro! " ucap Andre dengan nada pelan, namun dengan raut wajah yang marah dan tajam."Kita? Kenal? "Baskara berucap dengan nada yang terkesan meremehkan Andre." Gue emang nggak kenal lo, tapi gue ada urusan sama lo! Seharunya lo sadar sialan siapa yang lo nikahin sekarang! ""Sadar kok, Sarah kan? siapa lagi? ""Dia cewek gue!""Cewek yang hampir dilecehkan sama lo juga iyakan?"Andre diam. Dia sama sekali tidak bisa berkata-kata, apa yang dikatakan oleh Baskara memang benar dan Andre berani berbicara bahwa dia hilaf. Sungguh, dia tidak ada niatan untuk melakukan hal itu kepada Sarah. Mungkin.Andre memutuskan untuk tidak mengidahkan apa yang dikatakan oleh Baskara dan Andre memilih untuk melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Baskara dan Andre mulai berbisik pelan, " Gue tunggu jandanya Sarah. Tapi, pesen gue cuman satu. Jangan coblos dia, sebelum gue ngerasain dia."Baskara marah! Dia meradang mendengar apa yang dikatakan oleh Andre dan tanpa basa-basi, Baskara segera memberikan satu bogeman kerasnpada wajah Andre."Mimpi! Pergi sialan!! "Sarah hanya miliknya dan selamanya akan begitu!•••"Tadi-- Andre bilang apa? " tanya Sarah dengan suara sangat pelan.Keduanya saat ini sedang berada di dalam mobil untuk menuju ke rumah sakit, tempat di mana Azka sedang terbaring tidak berdaya." Jangan bahas itu Sarah! Aku lagi gak mau bahas dia. "Sarah mengatupkan bibirnya, dia awalnya memang ragu untuk bertanya mengenai Andre pada lelaki yang saat ini merupakan suaminya itu. Entah sadar atau tidak, nada bicara juga panggilan Baskara kepada Sarah sudah tidak sekaku kemarin. Jelas, keduanya telah terikat dalam ikatan yang lebih serius dari kemarin, kan?Baskara memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Setelahnya, Baskara dan Sarah tidak langsung keluar dari mobil mereka.Baskara menghela nafasnya pelan, " Jangan pernah bertemu atau memberi celah pertemuan kamu dengan Andre. "Sarah mengangguk, " Iya."Baskara membenark posisinya untuk duduk menghadap ke arah Sarah, " Hari ini kita kontrol untuk induksi laktasi ya? "Sarah mengangguk kembali." Kamu milik saya Sarah dan saya tidak akan pernah membiarkan orang lain untuk memilikimu. Kamu takdir saya, hanya saya."Baskara akhir-akhir ini sedang dilanda masalah besar di kantornya. Kantornya sedang keos dan memiliki problem yang membuat keuangan kantor menurun. Sebagai seorang pemilik perusahaan, tentu saja Baskara harus turun tangan dan bekerja keras demi mempertahankan perusahaan yang menjadi penggantung hidup bagi banyak orang. Dan karena itu juga, dia harus merelakan sebagian besar waktunya untuk bekerja dan membuat perusahaan stabil kembali seperti biasa. Sarah sebagai seorang istri juga ibu tentu saja maklum. Dia berusaha mengerti dan berusaha menyemangati suaminya untuk melakukan apapun yang dia lakukan. Sarah berusaha memposisikan diri dan sebisa mungkin menjadi istri yang penuh support system untuk suaminya. Seperti saat ini, Sarah sedang ada dalam perjalanan untuk menuju kantor suaminya. Matanya melirik jam tangan yang berada di pergelangan tangannya, pukul 11:30 dan mungkin sebentar lagi dia akan tiba di kantor suaminya. Iya, dia akan mengantarkan makan siang untuk suaminya." Semoga
" Bukannya anterin dokumen itu malah sok-sokan curhat sama istri orang, " sindir Baskara.Fendi mengangkat bahunya acuh, dia tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh Baskara, dia hanya diam dan menikmati kue kering yang berada di atas meja sofa kediaman Baskara. " Lho? Udah pulang mas? " tanya Sarah. Baskara tersenyum, " Ada yang mau aku omongin sama kamu. Kita sama-sama ke kamar dulu ya. Azka biar sama Fendi aja. " " Uhukk-- " Fendi terbatuk setelah dia tidak sengaja menelan kue kering utuh yang belum sempat dia kunyah. Dia sudah terkejut duluan mendengar apa yang dikatakan oleh Baskara. " Apa? Masa Azka sama gue? Gue nggak bisa jaga bayi ya. " " Sebentar aja, gue harus cepet omongin ini sama Sarah. " " Tapi--"Fendi berdecak malas ketika dia tidak memiliki pilihan lain karena Sarah yang sudah memberikan Azka di hadapannya. Dengan ogah-ogahan, dia segera menyimpan toples kue yang semula dia peluk itu. Dan ya, sekarang yang dia peluk adalah Azka, bukan toples kue kering itu.
Sarah merasa bahwa semuanya berjalan dengan lancar akhir-akhir ini. Dia sangat menikmati peran sebagai seorang istri dan ibu muda. Ya, meski usianya bisa dibilang sangat muda, namun Srah patut diacungi dua jempol berkat ketelatenannya mengurus rumah tangga, anak juga suaminya. Ya meski begitu, tetap saja Sarah masih malu untuk 'terbuka' kepada suaminya. Dalam artian, dia belum berani jika menyusui di depan suaminya langsung, ya harus di tutup dadanya oleh kain yang selalu dia bawa ke mana pun. Pagi ini suaminya sudah berangkat ke kantornya dan Sarah sedang membetulkan posisi Azka yang berada di dalam gendongannya saat ini. Sarah sedang ada dalam perjalanan menuju tukang sayur yang berada tidak jauh dari kediamannya. " Wah mbak Sarah baru kelihatan lagi, kirain saya mbak Sarah mau pindah rumah, " ucap seorang ibu yang sebetulnya Sarah tidak ingat betul siapa nama ibu tersebut. " Enggak ibu, kebetulan kemarin hujan terus kan, terus juga Azka sedikit demam. Jadi, saya full mengurus A
"Jadi, gimana rasanya nikah lagi padahal kuburan bini lo yang onoh belum kering? Mana nikahnya sama adiknya lagi? " tanya Fendi dengan nada menggodanya. Fendi sudah sepenuhnya paham dengan situasi yang tengah sepupunya hadapi itu. Ya, Fendi pun maklum juga, bagaimana pun Azka butuh seorang ibu dan seseorang untuk ada di saat tumbuh kembangnya-- kan? Baskara menggelengkan kepalanya pelan, " Biasa aja, " jawabnya dengan singkat. " Masa sih, tadi gue liat waktu makan tadi pandangan lo nggak lepas tuh dari bini lo. Jujur aja kali, kaya ke siapa aja, " jelas Fendi seraya menahan tawanya. Baskara menggelengkan kepalanya, " Ya mengucapkan terima kasih harus sambil lihat orangnya kan? Nggak usah suudzon deh. " "Nggak suudzon, toh nggak apa-apa kali kalau lo lihatin istri lo, orang udah jadi milik lo kok. " " Udah jangan ngomongin itu terus! Mending ngomongin kerjaan lo yang nggak bener itu ya! " Fendi memutar bola matanya malas, " Gue bukan males. Tapi, ngerjainnya santuy, toh juga per
Pernikahan keduanya tak terasa sudah menginjak usia dua minggu. Selama dua minggu juga sudah banyak yang terjadi pada rumah tangga Baskara dan Sarah, mulai dari Sarah yang sudah terbiasa untuk melayani semua kebutuhan Baskara hingga Sarah yang sudah enjoy menyusui Azka. Anak Baskara dengan Laras. Seperti saat ini, weekend adalah hari yang paling ditunggu oleh keluarga Baskara dan Sarah, di mana ketika weekend mereka bisa menghabiskan waktunya dengan berleha-leha dan saling memberikan perhatian satu sama lain. "Weekendnya mau di rumah aja gitu? Nggak mau nyoba main keluar? " Sarah bermonolog. Baskara yang berada di sampingnya segera membukanya suaranya, " Di luar hujan, becek ah! Nanti mobilnya kotor, " jawab Baskara dengan santai. Sarah melirim Baskara dengan sinis, " Malah mikirin mobil kamu. Iya deh tau mobilnya baru, baru banget malah. Jadi nggak mau kotor sedikit pun, " ucap Sarah dengan nada sinisnya. Baskara terbahak dan merangkul bahu Sarah yang sedang menggendong Azka den
Sarah mendelik kesal ke arah suaminya yang sejak tadi tidak pernah absen untuk mengikuti dirinya. Sejak suaminya pulang dari kantor, suaminya itu segera membersihkan diri dan menjalankan aksinya untuk mengikuti ke mana pun istrinya pergi. Entah ada niat apa suaminya itu padanya, yang jelas Sarah benar-benar merasa risih. Sarah menghentikan langkahnya tepat di depan oven yang sedang membakar kue buatan Sarah, " Mas kamu kalau ngikutin aku lagi, aku nggak akan kasih kamu tidur sama aku ya. Biar kamu tidur di luar! " ucap Sarah dengan pandangan marahnya, namun terkesan lucu itu. "Eh jangan gitu dong istriku, mas nggak bisa kalau nggak tidur sama kamu, sama Azka. " Sarah berkacak pinggang dan menatap galak ke arag Baskara, " Makanya diem. Aku ini heran dari tadi mas tuh nggak habis-habisnya ngikutin aku. Nggak bisa diem apa? Sana jagain Azka, mas! "Baskara menyerahkan dan akhirnya lebih memilih untuk mengikuti apa yang dikatakan okeh istrinya. Dia tidak ingin ada adegan dirinya tidak