Share

3. Hancur

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 13:28:27

Bak disambar petir, Kira terkejut mendengarnya. Pengakuan Kai membuat Kira merasa ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga.

“Apa kamu bilang, Mas?” tanya Kira dengan mata berkaca-kaca. Hatinya berdenyut nyeri seperti diremas ribuan tangan tak kasat mata. “Anakmu? Maksudmu, anakmu dengan... siapa?”

“Anakku dengan kekasihku, Violet. Memang kamu pikir siapa lagi?”

Dunia Kira hancur dalam sekejap. Hatinya luluh lantak berkeping-keping. Ia memang sudah tahu hubungan rahasia Kai dan Violet semenjak awal pernikahan mereka. Namun, Kira sama sekali tidak menyangka Kai memiliki anak dari wanita itu.

Tangan Kira mengepal. Lututnya terasa lemas, tubuhnya bergetar, tapi ia tetap berusaha terlihat tenang di hadapan Kai kala mengetahui fakta menyakitkan tersebut.

Dengan bibir bergetar, Kira berkata, “Jadi... kamu ingin aku menyusui anak dari wanita simpananmu?”

“Dia kekasihku. Bukan wanita simpananku,” timpal Kai dengan suara dingin.

Kira mengeluarkan suara setengah mendengus dan setengah tertawa. “Apa bedanya? Dia tetap wanita pilihanmu.” Kepalan tangannya semakin mengerat. Lalu berkata tegas, “Tidak! Aku tidak mau menuruti permintaanmu! Aku bukan sapi perah yang bisa dimanfaatkan sesuka hati.”

“Anakku lahir prematur. Dia butuh ASI untuk bertahan.”

“Anakku! Anakku! Anakku!” seru Kira dengan mata menggenang. “Kamu berkata seolah-olah hanya dialah anakmu. Apa kamu lupa pada anakmu yang juga sudah meninggal, Mas?”

Rahang Kai mengeras, tatapannya yang tajam semakin menusuk, membuat siapapun yang ditatapnya merasa terintimidasi. Begitu pula dengan Kira, hanya saja Kira berusaha menyembunyikan rasa takut dan gugupnya di hadapan pria itu.

Alih-alih menanggapi ucapan Kira barusan, Kai justru malah berkata, “Baik, kamu boleh menolaknya. Tapi, jangan salahkan aku kalau aku menghentikan semua perawatan intensif untuk ibumu yang masih terbaring di rumah sakit itu.” ancam Kai tanpa perasaan.

“A-apa?” Kira mundur satu langkah dengan mata membulat. Hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk sembilu. “Kamu nggak mungkin melakukannya ‘kan, Mas?”

Kai mengangkat bahunya acuh tak acuh. “Aku bisa melakukan apa saja. Kamu tahu itu.”

Kira merasakan lututnya semakin lemas. Hatinya hancur berkeping-keping. Wajahnya pucat pasi dan matanya meneteskan air mata. Sekarang Kira mengerti kenapa Kai tidak pulang ke rumah akhir-akhir ini.

Ia benci Kai karena pria itu mengabaikannya saat melahirkan dan lebih memilih menemani wanita lain. Ia benci Kai karena perbuatannya selama ini yang membuat Kira sakit hati. Namun, di sisi lain ia tidak bisa mengabaikan seorang bayi tak berdosa yang membutuhkan ASI dan tidak ingin anak itu mengalami nasib seperti anaknya. Dan juga ia tidak ingin kehilangan ibunya, satu-satunya keluarga Kira yang tersisa.

Pada akhirnya Kira mengangguk pasrah. “Baiklah, aku akan melakukannya.”

“Bagus,” kata Kai dengan ekspresi datar. “Aku akan berkata pada perawat untuk segera mengurusnya.”

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Kai berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Kira yang berdiri di koridor rumah sakit dengan hati yang hancur. Tangan Kira mengepal kuat di sisi tubuhnya, menahan perasaan sakit dan hina yang semakin dalam.

Namun, saat itu juga, Kira berjanji pada dirinya sendiri. Ini bukan tentang Kai, bukan tentang wanita itu. Ini tentang seorang bayi yang tidak berdosa. Dan ini tentang ibunya yang harus tetap hidup.

Jadi, ia akan melakukannya. Ia akan menjadi ibu bagi bayi yang bahkan bukan darah dagingnya sendiri.

Seorang perawat tiba-tiba menghampiri Kira dan membawanya ke dalam NICU.

“Anak yang akan mendapatkan donor ASI dari Bu Kira adalah anak yang di sebelah sana,” kata perawat itu sambil menunjuk inkubator di paling ujung, mereka berjalan menuju ke arah sana.

“Namanya Luna. Sudah hampir satu minggu ada di inkubator tapi pertumbuhannya sangat lambat,” ujar sang perawat.

Satu minggu?

Kira tercenung. Satu minggu yang lalu ia kehilangan anaknya. Jadi, itu artinya... anaknya dan anak Violet lahir di hari yang sama?

Kira menatap bayi itu dengan perasaan campur aduk, antara marah, sedih dan kasihan bercampur menjadi satu.

Matanya kembali berkaca-kaca. Jadi, anak inilah yang membuat Kai mengabaikannya pada saat ia melahirkan Aksa? Namun Kira sama sekali tidak menyalahkan anak itu. Anak itu sama sekali tidak berdosa.

“Bagaimana dengan ibunya?” Hati Kira berdenyut nyeri kala mengingat wanita yang melahirkan Luna. “Apa dia nggak bisa memberinya ASI?”

Perawat itu tampak ragu sejenak sebelum menjawab, “Kondisi ibu kandungnya belum stabil, jadi nggak bisa memproduksi ASI. Itu sebabnya kami sangat berterima kasih atas bantuan Ibu Kira.”

Kira mengalihkan tatapannya kembali pada bayi mungil di dalam inkubator. Luna tampak begitu rapuh, tubuhnya kecil dengan selang-selang yang masih menempel di tubuhnya.

Tangan Kira terangkat perlahan, menyentuh kaca inkubator dengan lembut. “Luna...,” bisiknya lirih.

Entah sejak kapan air matanya mulai mengalir lagi. Tidak ada yang tahu, tapi di dalam hatinya, ia bertanya-tanya—bagaimana jadinya jika Aksa juga memiliki kesempatan hidup seperti ini?

“Kalau Ibu Kira siap, kita bisa mulai sekarang,” ujar perawat dengan suara hati-hati.

Kira mengangguk pelan. Mereka menuju ruang laktasi dan Kira memerah ASI-nya yang melimpah di sana. Setelah itu ia menyerahkan beberapa kantong ASI pada perawat.

Saat Kira sedang berjalan di koridor untuk pulang, tanpa sengaja ia melihat Kai memasuki sebuah ruang perawatan. Penasaran, Kira menghampiri pintu yang ternyata tidak sepenuhnya tertutup itu. Ia diam-diam berdiri di sana, dan menyaksikan Kai menghampiri seorang wanita yang terbaring di atas ranjang pasien.

“Sayang, kenapa kamu bangun?” Suara Kai terdengar begitu lembut.

Hati Kira terasa seperti disayat-sayat mendengarnya. Sepanjang pernikahan mereka, Kai tidak pernah berkata selembut itu kepadanya. Kai selalu berbicara dingin, bahkan tatapannya selalu penuh kebencian.

“Bagaimana anak kita, Honey?” tanya wanita bernama Violet itu dengan suara lemah. “Dia sudah mendapatkan donor ASI?”

“Kamu jangan khawatir, aku sudah mendapatkannya.”

Kira melihat Kai duduk di kursi yang ada di samping ranjang.

“Siapa pendonornya?”

Kai terdengar mengesah panjang. “Kira. Dia yang mendonorkan ASI-nya untuk anak kita.”

“Apa? Kira? Tapi kenapa harus dia, Kai?”

“Sayang, kita nggak punya pilihan lain.” Kai terlihat menggenggam tangan Violet. “Ini demi anak kita. Aku sudah mencari kesana-sini untuk mendapatkan pendonor ASI, tapi cuma Kira yang memenuhi kualifikasi.”

“Tapi aku nggak suka wanita itu.” Violet terlihat memberengut.

Kai mencondongkan tubuhnya ke hadapan Violet, lalu mencium bibir wanita itu dengan mesra. Kira yang menyaksikannya seketika hatinya kembali hancur lebur.

Ia segera membuang muka, tidak ingin menyaksikan pemandangan yang menyesakkan dada itu. Dada Kira terasa berdenyut nyeri. Kira mengepalkan tangannya.

Ia akan pergi, tapi suara bariton Kai tiba-tiba mengejutkannya.

“Sedang apa kamu di sini?”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
alya rahman
Bosan baca cerita dengan tema wanita hamil menyusui seperti ini .... Gakda ide lain apa buat penulis selain bikin cerita dg tema yg sama berkali kali hanya beda nama tokohnya? Tokoh laki kaya raya tp ga punya otak dan nurani lalu nanti ujung²nya balik bucin sama tokoh wanita yg lemah tak berdaya...
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
udah di tolongin anaknya..kira mau jadi ibu donor asi...masih aja belagu...sok ga butuh..dasar ga tau diri
goodnovel comment avatar
Suci Wulantica
wlwpun endingnya misal luna bkn anak kai tetep gasudi klo kai sm kira secara jelas2 tuh lakik udh celup kmn2 ih ogah tralalla thor aku gak restu yak catet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   Last Chapter.

    Suasana rumah keluarga kecil Kaisar setiap pagi selalu penuh dengan keramaian. Namun pagi ini, ada satu hal yang berbeda, Kai tampak mondar-mandir di ruang makan sambil memegang iPad, membaca sesuatu dengan dahi berkerut. “Mas, kamu kenapa sih dari tadi kayak guru BK yang habis baca nilai anak-anak?” tanya Kira sambil menuangkan teh ke cangkirnya. Kai menoleh cepat ke arah sang istri yang kecantikannya tak lekang oleh waktu. “Baby, kamu tahu nggak siapa cowok bernama Nuel dari kelas 10 IPA 2?” Kira mengangkat alis. “Lho? Itu teman sekelas Chloe, kan? Kenapa?” Kai meletakkan iPad di meja dengan wajah tegang. “Dia nge-DM Chloe semalam! Isinya ‘Kalau kamu bunga, aku rela jadi potnya.’” Kai menirukan dengan nada dramatis. “BAYANGIN ITU, BABY! POT!” Kira nyaris menyemburkan tehnya yang baru saja ia teguk. “Mas, itu cuma gombalan anak SMA!” “Tetap saja! Aku sudah bilang ke Chloe jangan balas cowok mana pun yang ngomong aneh-aneh!” Kai mulai gelisah lagi. “Aku harus ambil cuti, ak

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   Extra Chapter 12.

    Satu minggu kemudian, seperti yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, keluarga kecil itu berangkat untuk liburan singkat yaitu glamping di daerah pegunungan.Lokasinya sejuk, dikelilingi hutan pinus, dengan fasilitas mewah yang tetap mempertahankan nuansa alam.Tenda besar berbentuk kubah sudah berdiri lengkap dengan tempat tidur empuk, lampu gantung aesthetic, dan bahkan bathtub kayu yang menghadap ke hutan.“Waaahh, tenda Mommy sama Daddy kayak di kartun!” seru Alice sambil melompat-lompat.Chloe langsung mengambil alih, menunjuk tempat tidur besar. “Aku tidur di sini, ya! Dekat Mommy!”“Nggak bisa! Aku yang di sebelah Mommy!” Devano langsung protes keras, bibirnya mengerucut.Kai menghela napas panjang. “Dan perjuangan seorang ayah pun dimulai,” gumamnya dramatis.Kira hanya tertawa geli melihat anak-anaknya mulai heboh berebut tempat tidur.“Sayang, kita glamping itu buat santai, bukan untuk rebutan posisi,” celetuk Kira sambil membuka tas dan mengeluarkan jaket-jaket hangat.Tiba

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   Extra Chapter 11.

    Kira berusaha meloloskan dirinya dari belitan tangan Kai yang melingkari pinggangnya. Namun, pelukan itu terlalu erat hingga Kira sedikit menggunakan tenaga untuk menyingkirkan lengan itu. Dan pergerakan Kira berhasil membuat Kai terbangun.“Jangan meninggalkan aku, Baby,” bisik Kai hingga Kira bisa merasakan napas hangat pria itu menerpa tengkuknya. Kira bergidik pelan. “Aku masih pengen.”Kira merotasi matanya dengan malas kala mendengar suara serak Kai yang penuh arti itu. Perlahan Kira menggeser posisi tubuhnya, yang semula memunggungi Kai kini saling berhadapan. Kira mengangkat satu tangan dan mengusapkannya pada pipi Kai.“Sudah malam, Mas. Anak-anak pasti sudah nunggu kita,” komentar Kira dengan lembut. “Kita sudah terlalu lama ninggalin mereka.”Kai meraih tangan Kira dari pipinya, lantas mengecup ujung jari jemarinya satu persatu. Semenjak anak kedua, ketiga dan keempat hadir di tengah-tengah mereka, Kai dan Kira jadi memiliki sedikit waktu untuk berduaan. Seperti hari ini, u

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   Extra Chapter 10. (Julian & Bella)

    “Kamu cantik, Bel,” puji Julian blak-blakan, tanpa tahu efek dari pujiannya itu mampu membuat jantung Bella berdebar-debar tak beraturan. Bella berdehem dan memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menyembunyikan pipinya yang menghangat. Julian tersenyum melihat sikap Bella yang salah tingkah. “Aku beruntung banget ya punya pacar kayak kamu. Udah cantik, baik, independent lagi.” Sontak Bella menatap Julian dengan mata disipitkan. “Pacar?” ulangnya dengan tatapan tak percaya. “Maaf, Pak Julian. Kontrak kita sudah berakhir. Kita sudah bukan pacar lagi.” Tangan Julian terulur, menarik pinggang Bella hingga jarak di antara mereka terkikis. Mata Bella seketika terbelalak tapi seluruh tubuhnya seolah-olah membeku. “Bukannya sudah aku bilang, ya? Aku ngajak kamu ke acara ini sebagai kekasih sungguhan, bukan kekasih kontrak,” bisik Julian di dekat telinga Bella. “Itu artinya… malam ini kamu adalah kekasihku, Bella. Lagi pula kamu nggak nolak, ‘kan?” Detak jantung Bella semakin berta

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   Extra Chapter 9. (Julian & Bella)

    Bella masih duduk terpaku di kursinya, seluruh tubuhnya terasa hangat seperti habis disiram gelombang panas. Bibirnya masih bisa merasakan jejak lembut dari ciuman Julian yang datang tiba-tiba. Ciumannya singkat, tapi cukup untuk membuat seluruh sistem tubuh Bella kacau balau. Julian hanya tersenyum kecil. Tatapannya terlihat tenang, seolah tak ada yang luar biasa yang baru saja terjadi. Padahal, bagi Bella, itu lebih dari luar biasa. Itu pertama kalinya Julian menciumnya. Masih dengan pipi merona, Bella berdiri dan membawa piring kosong ke wastafel. Ia tak tahu harus berkata apa. Bagaimana mungkin seseorang yang dulunya hanya pura-pura, kini bisa membuat jantungnya serasa mau meledak hanya karena satu ciuman? Julian bangkit dari tempat duduk, mengambil jaket tipis dari dalam kamar. Lantas menatap Bella dari balik meja dapur. “Kamu masih mau ikut belanja, kan?” Bella hanya mengangguk, tak sanggup berkata-kata. Dalam hati ia menegur dirinya sendiri karena tak berhenti memutar ul

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   Extra Chapter 8. (Julian & Bella)

    Cahaya mentari pagi menembus lembut melalui celah-celah gorden kamar, menyapa wajah Bella yang masih tertidur.Ia mengerjap perlahan, mencoba menyesuaikan mata dengan cahaya yang mulai menerangi ruangan. Tapi alih-alih merasa familiar dengan suasana di sekitarnya, Bella malah terdiam.Plafon putih polos dengan sudut lampu kecil di tiap sisi itu… bukan plafon kamarnya.Tubuh Bella langsung kaku. Matanya membulat saat menyadari bahwa dirinya kini berada di atas tempat tidur Julian.Tempat tidur Julian?!Ia perlahan duduk, tubuhnya masih terbalut selimut berwarna abu-abu yang aromanya sangat khas, aroma parfum maskulin Julian yang lembut, menyusup masuk begitu saja ke dalam indera penciumannya.“Aku… tidur di sini?” gumamnya, nyaris tak percaya.Ia mencoba mengingat kejadian semalam. Ingatannya masih jelas, ia tertidur di sofa, bersandar dalam posisi duduk. Lalu… kenapa sekarang ia bangun di ranjang?Apa aku pindah sendiri? Tapi aku nggak mungkin setengah sadar bawa diri ke kasur, kan?P

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status