Share

3. "High"

Di antara derasnya rintik hujan di luar rumah, suara derak kuku yang berbenturan dengan permukaan meja menjadi satu-satunya pemecah keheningan di dalam ruangan kecil di bawah tangga. Obsidian hitam Yuhwa bergerak resah dari kiri ke kanan, memandangi ponsel di atas meja, atau pintu kamar yang menjadi batas amannya. Ia benar-benar resah, hingga pakaiannya yang sudah dikotori debu harus lebih kotor lagi setelah keringat dinginnya bercucuran tanpa jeda.

Konyol! Berhasil lari dari sindikat penjual organ manusia, Yuhwa kini berakhir terkurung di dalam rumah seorang pengguna narkoba.

LSD, ingatnya kembali.

Yuhwa pernah mendengar obat terlarang jenis itu. Setidaknya, ia tahu bahwa LSD adalah sebuah cairan yang biasa orang sebut dengan Acid. Yang umumnya diteteskan pada kertas kecil berbentuk menyerupai perangko, dan akan ditaruh di atas permukaan lidah untuk penggunaannya. Setahu Yuhwa juga, sang pengguna akan mengalami halusinasi berat yang tak jarang sampai ke titik di mana hal tersebut dapat sangat membahayakan pengguna maupun orang di sekitarnya.

Yang Yuhwa jelas tidak ketahui adalah; Bagaimana bisa seorang public figure yang namanya dielu-elukan masyarakat ini merupakan seorang pengguna narkoba dan bahkan tak tertangkap oleh pihak berwajib? Apakah efeknya setersembunyi itu? Apa mungkin Manajer Kim tahu? Bagaimana kalau sebenarnya tidak?

Lebih buruknya lagi, bagaimana jika suatu saat Yuhwa tertangkap polisi karena dianggap terlibat dengan penggunaan serta penyelundupan barang terlarang tersebut?

Tidak! Terlalu gila bahkan untuk sekedar Yuhwa bayangkan.

Lantas apa rencana Yuhwa untuk kedepannya? Bukankah situasi ini memiliki risiko yang sama buruknya dengan jalan kehidupan jika ia berakhir di tangan para sindikat penjual organ manusia? Terlebih untuk yang satu ini kartu identitas milik Yuhwa sudah disimpan baik-baik oleh Hans. Pasti untuk suatu jaminan agar ia tak macam-macam, kan?

Tapi jika Yuhwa pikir-pikir kembali dan merubah sedikit perspektif pada pola pikirnya, ia justru mendapat sebuah keuntungan dengan mengetahui fakta soal LSD tersebut. Bagaimana Yuhwa bisa tidak sadar? Bukankah dengan mengetahui satu atau lebih rahasia Hans ia dapat memanfaatkannya untuk sesuati yang lebih menguntungkan? Bagaimanapun juga, karier pria itu dapat hancur kapanpun informasi yang Yuhwa pegang tersebar.

Bukan menjadikan keburukan Hans sebagai kartu As. Apalagi bersikap seperti pihak yang merugikan. Disini Yuhwa hanya menyusun rencana supaya ia tidak dianggap lemah dan mudah dihancurkan. Anggap saja pemikirannya tadi hanya sebagai insting normal untuk mempertahankan hidup.

BRAKK!!!

Seiring dengan bunyi nyaring yang berasal dari luar ruangan, pencahayaan di ruang tamu pun menyala. Dapat Yuhwa lihat jelas dari sela-sela pintu kamarnya yang menghadap langsung ke ruangan itu. Padahal, Yuhwa sudah yakin mematikan lampu di setiap ruangan kecuali lampu-lampu yang menerangi halaman luar rumah. Lantas suara bising apa yang tadi didengar kedua telinganya? Apakah suara pintu? Apa Hans dan Manajer Kim sudah pulang? Bagaimana jika bukan mereka?

Tapi sejujurnya, jika itu Hans pun Yuhwa tetap akan ketakutan setengah mati. Ia benar-benar belum siap berpura-pura tidak tahu-menahu perihal LSD. Yuhwa juga masih takut jika Hans ternyata adalah orang gila yang dapat menyakitinya dengan mudah.

"Sial! Siapa yang mematikan lampu rumahku?! KELUAR KAU!!" bentak seseorang di luar yang berhasil membuat Yuhwa melonjak kaget di tempatnya.

Yuhwa menggigit bibir bawahnya sendiri, sedikit yakin bahwa suara tersebut adalah milik Hans, meski terlalu samar untuk ia pastikan seratus persen. Tapi apa alasan pria itu meninggikan nada bicaranya? Apa yang membuat Hans semarah itu? Kenapa terdengar sangat menakutkan? Apa Yuhwa perlu keluar dari tempat persembunyiannya sesuai dengan perintah Hans, atau justru akan lebih baik jika ia diam di tempat dan berpura-pura tidak tahu mengenai apapun?

Opsi kedua tentu lebih baik dan dapat menyelamatkan nyawanya. Tapi jika Hans semarah itu...

"Siapapun itu- keluar kau sekarang juga!! Kau pikir aku takut?! Aish!"

Eh? Kenapa Hans terdengar seperti sedang meracau tidak jelas?

Meneguk liur gugup, gadis bersurai hitam mengkilat itu perlahan bangun dari duduknya di atas kursi. Ia melangkah perlahan, berusaha sebaik mungkin untuk tidak menimbulkan bising sedang ujung-ujung jarinya meraih kenop pintu dengan gerakan bimbang.

Mencoba menongolkan kepalanya ke luar ruangan, hal pertama yang ditangkap netra Yuhwa berhasil membuat sang gadis menjerit, "KYAA!! LEE HANSS! KENAPA KAU KENCING DISITUU?!??"

Saat itulah Yuhwa tahu, bahwa Hans sedang kehilangan setengah kesadarannya. Entah karena narkoba, minuman keras, atau hal lain yang Yuhwa tak mau repot-repot tahu pasti.

Yang jelas, kenapa bisa Hans buang air kecil di dalam guci mewah hiasan rumahnya sendiri?!

"Berhenti! Hans! Hans, jangan gilaa!" seru Yuhwa mencoba mendekat, pun tangan kanannya yang tak mau lepas dari depan matanya sendiri. Karena jika tidak begitu, ia bisa-bisa tak sengaja melihat kejantanan Hans. Dan hal tersebut terlalu gila untuk dapat diterima akal sehatnya.

Hans menengok, menarik ke atas ritsleting celananya, kemudian berseri-seri. "Oh? Sejak kapan aku pelihara anak anjing di rumah?"

"Anak anjing?!" jerit Yuhwa terkejut, "kau yang buang air kecil sembarangan dan kau menyebutku anak anjing?!"

"Wah anak anjing ini bisa berbicara! Hey, apa kau teman Rapunzel? Siapa namamu? Apa Kak Jihun yang membawamu kemari?"

Jari Yuhwa terangkat memijit batang hidung, berharap dengan itu ia bisa sedikit mengurangi rasa pening yang tiba-tiba saja menerjang. Ia juga menerka-nerka, kenapa Hans bisa pulang sendiri tanpa didampingi oleh Manajer Kim padahal pria itu melakukan hal-hal kelewat gila untuk bahkan Yuhwa terima sebagai orang asing.

Menjamah sisi tubuh Hans, Yuhwa berkata, "Akan lebih baik jika kau ke kamarmu sebelum semakin membuat kekacauan yang lebih gila dari ini, ya?"

Sang gadis mendesah kesal, mengingat pekerjaan yang dilakukannya seharian penuh berakhir sia-sia karena sang pemilik rumah datang dan mengacaukannya kembali. Kini Yuhwa tahu, kenapa rumah Hans tidak jauh beda dengan kandang babi padahal ia sudah membayar mahal seseorang untuk melakukan pembersihan rutinitas. Pada dasarnya, sang idola banyak wanita ini memang tak sebersih kelihatannya.

Lupakan kulit putih Hans yang semulus porselen, semua itu pasti adalah hasil kerja keras Manajer Kim atau siapapun yang bertanggung jawab soal penampilan di agensi.

"Aku punya kamar? Keren! Kau memang luar biasa Hans!" puji Hans pada dirinya sendiri.

"Eh tunggu!," sela Yuhwa, "jangan lupa mencuci tangan! Oh Tuhan.."

Terlepas dari penampakannnya yang gagah dan sedikit menyeramkan, faktanya Hans memiliki tubuh kurus yang kurang sebanding dengan tinggi badannya yang menjulang tinggi. Hal tersebut Yuhwa sadari saat ia memapah pria itu pada pundaknya. Yuhwa pikir, mungkin proporsi tubuh itu juga adalah sebuah tuntutan dari pekerjaan Hans.

Ia pernah dengar, bahwa menjadi public figure di Korea terbilang sulit. Perlu diiringi dengan segelintir pelatihan serta kekuatan mental menghadapi komentar-komentar pedas yang dibuat oleh jari warganet. Terutama standar masyarakat terhadap penampilan yang terkadang terlalu berlebihan menurut Yuhwa. Meski sebetulnya, Yuhwa juga bukan orang yang pantas untuk prihatin dengan keadaan pria itu.

"Howeekk!! Howekk!!"

"Hans?!" Memekik tertahan, Yuhwa bahkan tak dapat berkata-kata ketika melihat tubuhnya dan tubuh pria di sebelahnya dipenuhi oleh isi perut Hans. Seiring dengan itu, aroma alkohol serta bau busuk lainnya pun berhasil membuat Yuhwa mual.

Baiklah, Yuhwa sudah nyaris menyentuh ambang batas kesabarannya.

***

Disamping kicau burung, dinginnya udara pagi hari juga berhasil membangunkan Yuhwa dari tidur kurang nyenyaknya semalam. Ia terduduk, kemudian merutuk gemas ketika melihat kaus kedodoran menggantikan pakaian kotor yang terkena muntah Hans semalam. Kaus putih tersebut Yuhwa ambil asal dari dalam lemari Hans, anggap saja sebagai ganti rugi serta kompensasi akan tingkah gila pria itu disamping fakta bahwa Hans bahkan mengatainya sebagai 'anak anjing'.

Sampai saat ini, Yuhwa masih berharap akan kepulangan Manajer Kim, supaya ia dapat mengadukan tindakan Hans tersebut. Yuhwa tidak banyak mau. Baginya, setidaknya permintaan maaf dari mulut Hans langsung pasti sudah dapat melapangkan dadanya. Ia juga menimbang-nimbang, apakah perlu baginya untuk mengungkapkan penemuan LSD di kamar Hans pada Manajer Kim? Tapi, bagaimana jika Manajer Kim tidak tahu apapun dan ia justru merusak karier Hans?

Akan lebih baik jika Yuhwa pura-pura tidak tahu, kan? Dengan begitu ia bisa bertahan di rumah Hans sedikit lebih lama. Sebetulnya bukan karena rumah mewah serta fasilitas lengkapnya. Kalau soal itu, Yuhwa harus mengingat kerepotan yang harus ia hadapi perihal sikap-sikap sang tuan ramah. Tapi yang menjadi pertimbangan Yuhwa adalah; fakta bahwa rumah rahasia seorang artis papan atas akan menjadi suatu tempat yang paling aman baginya untuk bersembunyi dari sang paman.

Setelah menenggak segelas air yang sempat ia taruh di sebelah kasurnya, Yuhwa segera bangun dan menegaskan langkah menuju kamar Hans. Sekedar mengecek keadaan pria tersebut, atau membangunkan si pembuat onar kalau memang perlu. Meski sejujurnya, akan lebih baik jika Hans tetap terlelap, kan? Setidaknya Yuhwa bisa menghabiskan pagi harinya dengan tenang.

"AAAAAA!!!" Jerit dari dalam kamar Hans mengejutkan Yuhwa, ia lantas mempercepat gerakan kakinya yang baru saja menyentuh anak tangga terakhir.

"Ada apa, Hans?" tanya Yuhwa langsung begitu sampai di ruangan.

Pria itu keluar dari toilet di sudut kamar, kemudian berkata murka, "Kenapa Guci ini terguling di lantai toilet?!"

Guci di lantai toilet.

Melihat itu, Yuhwa membalas, "Kau yang melakukannya."

Tentu benda indah tersebut tidak akan berakhir di situ jika Hans tidak mengencinginya kemarin, kan? Yuhwa salah apa? Ia hanya membersihkan sisa-sisa kegilaan Hans saat mabuk kemarin malam.

"Aku?! Mana mungkin?! Kau tahu berapa harganya?! Tiga juta won! Guci ini adalah benda peninggalan Dinasti Ming! Dan sekarang berakhir di—Argh!!"

Mencengkeram erat akar-akar rambutnya, Hans kemudian menatap Yuhwa dengan penuh api amarah. Bulu kuduk sang gadis berdiri, meski Yuhwa sendiri masih yakin bahwa kejadian ini adalah sepenuhnya kesalahan Hans. Tapi jujur, siapa yang tidak takut jika dilempari sorot kejam dari mata yang memicing tajam itu?

"Tapi Hans, kau—"

"Tunggu," potong Hans, "kenapa kau memakai bajuku dan aku.. Telanjang?! AAAA!! KELUAR KAU! DASAR CABUL!"

Tangan Hans meraih benda di sekitarnya, untuk kemudian ia lemparkan pada Yuhwa meski sebagian besar meleset tidak tepat sasaran. Tapi menurut Hans, setidaknya gerakan tersebut berhasil menggiring sang gadis keluar ruangan. Ternyata pendapat Yuhwa benar, akan lebih baik jika pria itu masih terlelap dan tidak merusak pagi damainya seperti ini.

"Setelah anak anjing kau bahkan menyebutku cabul?! Hans—"

"Ada apa in—Hey, Hans!! Apa yang kau lakukan?! Dasar sinting!" Sahutan Manajer Kim berhasil menghentikan keagresifan Hans. Dan Yuhwa berharap, kehadiran Manajer Kim juga dapat membuat pria itu kembali pada kewarasannya.

Atau sebetulnya, Hans memang tidak waras?

***

"Cepat minta maaf," timpal Manajer Kim sembari menyenggol lengan pria di sebelahnya.

Mencebikkan bibir bawah, Hans berujar, "Maaf. Sebetulnya aku tidak segila itu, hanya saja.. kau tahu kan.."

Meskipun terdengar setengah hati dan tidak bersungguh-sungguh, tapi hal tersebut justru sukses membuat Yuhwa tersenyum gemas. Ia lega, setidaknya Hans menyadari bahwa dirinya gila. Ada sedikit rasa gemas juga begitu melihat telinga Hans memerah malu. Tentu, seorang idola memang seharusnya malu setelah bersikap seperti itu.

"Lagipula, bagaimana bisa kau buang air kecil—"

"Aish, Kak! Sudah jangan dibahas lagi!!" sergah Hans.

Baik Yuhwa dan Manajer Kim, keduanya lantas tertawa puas begitu melihat Hans menyembunyikan wajahnya di balik bantal kecil sofa. Kalau dilihat seperti ini, jujur Yuhwa hanya menganggap pria itu sebagai pria biasa yang banyak tingkah dan cukup menggemaskan. Lantas, apa alasan Hans menggunakan obat-obatan terlarang semacam LSD? Apakah beban hidupnya sebagai seorang idola seberat itu? Tapi, kenapa harus narkoba?

Tingtong! Tingtong!

"HANSS! BUKA PINTUNYA! INI AKU!!"

Mendengar suara bel yang ditekan berulang serta gedoran tak henti dari pintu masuk utama, Yuhwa pun mengangkat alis keheranan. Terutama fakta bahwa suara seorang wanita di luar sana terdengar sangat nyaring dan tidak sabaran. Yuhwa lantas melempar pandangan penuh tanya pada Manajer Kim maupun Hans sendiri, tapi juga tak segera menemukan jawabannya.

"Gawat, Hans!" seru Manajer Kim yang semakin membuat Yuhwa bertanya-tanya.

Pria yang disebut namanya pun beranjak, sedikit menengok ke arah pintu kemudian bertanya, "Siapa itu? Kelly? Ia belum menggugurkan kandungannya? Ish! Sial!"

Kelly?

Nama tersebut mengingatkan Yuhwa pada seorang gadis Korea setengah Amerika yang sempat populer setelah menjadi peran utama di salah satu film Cina. Dan ketika ia mengingat status Hans yang juga seorang artis, mulut Yuhwa pun menganga lebar-lebar sadar akan dugaannya yang tepat sasaran.

Menggugurkan kandungan? Hans menghamili si cantik ratunya layar lebar itu?!

Oke, mari lupakan saja pendapat Yuhwa soal pria biasa yang menggemaskan. Nyatanya, seorang Lee Hans memanglah pria berengsek.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status