Idol's Secret Housemate

Idol's Secret Housemate

By:  Lalunaxx  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
10Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Diiming-imingi pekerjaan tetap sebagai model sebuah merek pakaian di negeri kelahiran ibunya, Korea, Zhao Yuhwa jatuh terjerat ke dalam lingkaran praktek perdagangan organ manusia. Gadis itu berhasil melarikan diri, lalu bertemu dengan seorang pria tak dikenal yang terpaksa membantunya untuk bersembunyi. Siapa sangka, pria tersebut adalah seorang bintang papan atas yang namanya dielu-elukan oleh seluruh penjuru negeri, Lee Hans. Dengan sedikit paksaan, Yuhwa berakhir tinggal di rumah rahasia milik Lee Hans. Terkenal sebagai artis penuh karisma, cerdas, dan profesional, Yuhwa hanya dapat menggelengkan kepala mengetahui Hans sebenarnya adalah pria arogan, angkuh dan menyimpan banyak rahasia. Rahasia semacam apa yang disembunyikan Hans? Apakah hubungan mereka hanyalah sebatas penghuni dan pemilik rumah? Lalu bagaimana cara agar Yuhwa dapat selamat sepenuhnya dari incaran sindikat penjual organ tersebut?

View More
Idol's Secret Housemate Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Lalunaxxx Tjan
ide cerita bagus dan jarang ditemukan
2021-09-06 15:06:36
2
10 Chapters
1. Meeting a Top Star
  "Ada tambahan lain? Perlu kantung plastik?" Setelah meneguk liur, Yuhwa lantas menggelengkan kepala singkat menanggapi pertanyaan dari sang petugas kasir berkulit putih cerah di hadapannya. Netra gadis itu bergerak resah, mencuri lirik ke luar bangunan minimarket dan mencari-cari keberadaan pria berjaket hitam yang sedari tadi berjaga di sana. Begitu pandangan Yuhwa tidak mendapati sosok yang dicarinya, segera pula sang gadis menyambar kantung belanja yang sudah di bayar, secepat kilat berlalu keluar bangunan dengan langkah tergesa. Entah ia atau sepatu kets putih di bawah kakinya, keduanya tak tahu apapun soal arah dan tujuan. Tapi menurutnya, sekarang adalah waktu yang tepat bagi Yuhwa untuk menyelamatkan diri. Lari atau tidak sama sekali. Dua minggu sudah ia dikurung di dalam ruangan berukuran tiga kali tiga meter. Pengap, minim penerangan, ditambah ancaman berbahaya yang harus Yuhwa terima setiap kali ia mencoba untuk kabur. Meringk
Read more
2. New Sojourn, New Journey
 "Kau bisa tidur di sini untuk sementara waktu. Aku dan Hans jarang sekali berkunjung, mungkin hanya di akhir minggu atau dua sampai tiga kali sebulan jika grupnya sedang melakukan comeback," jelas manajer Kim sembari menunjukkan sebuah kamar sederhana di bawah tangga.Ruangan itu berinterior putih, dengan satu kasur ukuran medium serta sebuah meja kerja yang dilapisi oleh debu tipis. Yuhwa tebak, ruangan tersebut memang dibiarkan kosong untuk beberapa waktu kebelakang. Sang gadis mengambil langkah masuk, kemudian menyadari bahwa ruangan tersebut tidak terlalu gelap untuk ukuran ruangan kecil yang biasa berada di bawah tangga. Mungkin, karena tangga rumah mewah tersebut juga terbilang lebar dibandingkan tangga pada umumnya."Toilet ada di sana kalau kau perlu man–," menggantung bicara, manajer Kim terlihat menilik Yuhwa sembari mengangkat kedua alis. "Ohh, kau tidak ada pakaian ganti, ya?"Yuhwa berpaling canggung. Toh, tidak ada yang dapat di
Read more
3. "High"
  Di antara derasnya rintik hujan di luar rumah, suara derak kuku yang berbenturan dengan permukaan meja menjadi satu-satunya pemecah keheningan di dalam ruangan kecil di bawah tangga. Obsidian hitam Yuhwa bergerak resah dari kiri ke kanan, memandangi ponsel di atas meja, atau pintu kamar yang menjadi batas amannya. Ia benar-benar resah, hingga pakaiannya yang sudah dikotori debu harus lebih kotor lagi setelah keringat dinginnya bercucuran tanpa jeda. Konyol! Berhasil lari dari sindikat penjual organ manusia, Yuhwa kini berakhir terkurung di dalam rumah seorang pengguna narkoba. LSD, ingatnya kembali. Yuhwa pernah mendengar obat terlarang jenis itu. Setidaknya, ia tahu bahwa LSD adalah sebuah cairan yang biasa orang sebut dengan Acid. Yang umumnya diteteskan pada kertas kecil berbentuk menyerupai perangko, dan akan ditaruh di atas permukaan lidah untuk penggunaannya. Setahu Yuhwa juga, sang pengguna akan mengalami halusinasi berat yang tak j
Read more
4. (Girl)friend
 "Tunggu apa lagi? Cepat temui Kelly! Yuhwa biar aku yang urus," perintah Manajer Kim kepada Hans.Yuhwa tebak, pasti agensi menemui banyak kesulitan demi mempertahankan nama baik seorang Lee Hans. Buktinya, belum ada dua hari Yuhwa kemari, ia sudah bertemu dengan berbagai fakta buruk soal pria itu. Mulai dari narkoba, tingkah gilanya saat mabuk, dan kini bahkan perkara kisah cintanya dengan wanita. Entah, sudah berapa banyak wanita yang pria itu hamili. Hingga begitu mudahnya pula kata 'aborsi' meluncur dari bibir laknat itu.Hebat sekali orang-orang di luaran sana yang mengaku sebagai penggemar Hans. Apakah mereka tahu bahwa idolanya bertingkah bejat di balik kamera? Kalau itu Yuhwa, pasti sangat merasa terkhianati.Memang benar kata orang, bahwa pria tampan biasanya bersikap seenaknya.Lengan Yuhwa ditarik, karena kini tugasnya adalah bersembunyi. Tapi begitu sang gadis mulai mengekori langkah Manajer Kim, Hans berseru, "Sebentar! Aku puny
Read more
5. MINE
  "Kalian itu terlalu sombong, sampai lupa ada banyak orang di luaran sana yang tidak mengenali kalian." Sementara dalam hati menyetujui, Yuhwa hanya dapat bungkam dan berdiri kaku menghadap ke arah kelima pria yang tengah menaruh atensi padanya. Dinilai dari sopan santun serta tutur kata yang terlontar, Yuhwa berpendapat bahwa seseorang yang pantas untuk menjadi pemimpin grup MINE adalah si pria berambut hitam yang baru saja hadir beberapa saat lalu. Yuhwa tidak paham mengenai aspek lain. Tapi baginya, Hans terlalu kasar dan arogan. Pria itu mengulurkan tangan, kembali mengembangkan senyum manisnya lalu berkata, "Aku Kang Taehee, anggota termuda MINE. Kau bisa menyebutku Taehee atau apapun senyamanmu." Tanpa buang waktu, Yuhwa pun menyambut uluran tangan ramah Taehee. Tak lupa dengan senyum termanis yang ia simpan sejak kedatangannya ke Korea. Menyimpan senyumnya lama-lama, tak rugi jika ia membagikannya pada pria selemah lembut Taehee.
Read more
6. Barter
  Minggu pertama bulan Juni, tepatnya di tanggal lima. Mencondongkan tubuh dengan kaki rapat, Yuhwa memicing sipit sembari menilik kalendar meja yang berdiri tepat di bawah lukisan cat minyak bernuansa biru. Gadis itu mengusap dagu, mengerucutkan bibir ragu sebelum kembali memasukan untaian tali-temali di tangannya ke dalam saku. Kuno, jelek, dan murahan. Hans tidak akan menyukainya, menurut Yuhwa. Maka ia urungkan kembali niatnya untuk memberi hadiah kecil pada si pria yang tengah bertambah usia hari itu. Pandangannya kemudian berselancar, secepat angin berhembus dan jatuh pada pintu kayu oak yang tanpa suara berteriak 'tolong jangan ganggu aku', meminta Yuhwa untuk segera berlalu dan mengabaikan eksistensi seseorang di balik itu. Semenjak siaran langsung bersama para member MINE tadi, Hans berada dalam suasana hati yang buruk. Tak ada satu orangpun yang berani mengusik ketenangannya, terlebih Yuhwa. Bahkan pria itu belum keluar ruangan relaksas
Read more
7. The Riot
  Yuhwa sudah melewati malam itu dengan mata terbuka lebar. Entah pukul berapa tepatnya, tapi dari sorot lampu yang menelisik lewat tirai jendela, pasti di luar sana masih gelap dan belum ada sinar matahari sama sekali. Dengan udara dingin yang menyapa pundak menggigil, Yuhwa pun menyerah. Beranjak dari baringnya, membuka lemari pakaian di sudut kamar, dan mengambil sebuah jaket hitam dari sana. Terimakasih pada Manajer Kim, kini ia memiliki setumpuk pakaian di dalam lemari. Bahkan tak lupa dengan pakaian dalamnya. Hebat! Darimana Manajer Kim tahu soal ukuran dan sebagainya? Oh mari lupakan soal itu sejenak. Sebelum keluar dari kamar dengan niatan berjogging di ruang tamu yang luasnya mendekati ukuran lapangan voli itu, Yuhwa melemparkan pandangannya ke atas nakas, mempertimbangkan diri untuk membawa ponsel yang Hans berikan padanya tiga hari yang lalu. Ponsel bercita rasa kopi yang telah ia keringkan dengan pengering rambut selama
Read more
8. Mr. Cunning
 Kepala Yuhwa pening, seperti dijatuhi ribuan batu pualam yang turun dari langit dan menghantam langsung tepat di utara tubuhnya. Mungkin karena rasa lelah yang tak terbendung, atau kantuk yang menyelimuti seperti langit mendung. Hari itu terasa abu-abu bagi sang gadis kewarganegaraan Cina ini. Mulai dari menanti kesadaran Hans untuk kembali, menyiapkan sarapan yang pantas untuk si pria sakau, bahkan menjemur bantal dan selimut Hans yang basah kuyup akibat tragedi semalam.Yuhwa pikir ia akan segera kaya raya bilasaja pekerjaannya di rumah Hans mendapat upah yang sesuai. Sayang, dirinya hanyalah seseorang yang harus bekerja secara sukarela. Wajib dan harus. Keputusan yang mutlak kalau memang ia tidak ingin kembali mengancam nyawa di bawah kaki para sindikat perdagangan organ manusia."Astaga.. mereka ini selalu membuat masalah," keluh Manajer Kim selesai bicara melalui ponselnya.Omong-omong soal Manajer Kim, demi keamanan dan keselamatan nyawa Hans
Read more
9. Weakness
  "Di mana Kak Jihun?" Kalimat tersebut menjadi pemecah keheningan yang telah mengudara sejak tigapuluh menit lalu. Saat itu Hans tengah sedikit demi sedikit menghabiskan teh calendula sembari menonton drama yang ia bintangi sendiri, sementara Yuhwa mengambil bagian untuk mempercantik rumah Hans dengan sapu dan kain lap di tangan. Meski berada dalam satu ruangan yang sama, keduanya tidak mau repot-repot buka suara untuk sekedar basa-basi atau berbincang santai selayaknya teman serumah. Kelewat canggung bahkan untuk sekedar bertemu pandang, dalam waktu sepersekian detik salah satu atau keduanya akan segera memalingkan wajah ogah-ogahan. "Ah, aku lupa! Aku seharusnya memberi tahumu lebih awal. Jason diterpa isu plagiarisme," jawab Yuhwa sembari menepuk kening. Hans nampak membolakan matanya terkejut, hingga detik kemudian ia mendesis singkat dan mengeluh, "Anak itu lagi." Dari ucapan Hans, Yuhwa jelas akan menebak-nebak, apakah ini
Read more
10. Dream
  Semuanya menjadi titik tolak di malam itu. Bagaimana kegelapan menyelimuti suasana rumah, dilengkapi dengan kisah ironis Hans yang sempat Yuhwa dengar dari Manajer Kim beberapa saat lalu melalui sambungan telepon. Kepala sang gadis menengok, mempertemukan raut prihatinnya dengan wajah mengkhawatirkan Hans yang kini memangku kepala di atas lipatan lutut. Keduanya membisu, tapi Yuhwa seolah tahu berbagai pikiran yang mungkin menjadi misteri di dalam kepala Hans. Sebuah misteri yang sama sekali tidak pernah terungkap di hadapan siapapun, bahkan orang terdekat Hans sekalipun. Trauma masa kecil. Yuhwa tidak perlu penasaran soal apa yang terjadi, apa yang membuat Hans sangat-sangat ketakutan, atau bahkan mengapa tidak ada yang mencoba untuk mengobati kekhawatirannya itu. Sebab ia lebih peduli soal bagaimana dirinya dapat menjadi seseorang yang dapat Hans andalkan di tengah badai ribut yang menghantui mental si arogan berkulit pucat, Hans.
Read more
DMCA.com Protection Status