***
Maxime yang baru datang dari luar negeri setelah menyelesaikan proyek besarnya, melangkah terburu-buru memasuki gedung apartemen miliknya yang dia hadiahkan kepada kekasihnya dan sudah berjanji untuk menyambut kedatangannya di sana.
"Klik!”"Kathe, Aku da—“ Suara Max menggantung di udara. Kata-katanya tadi terbawa hembusan angin. Di ranjang itu, kekasihnya sedang bercinta dengan pria lain. Wajah sumringah itu, berubah menjadi datar dan menakutkan. Max mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras. Manik mata abu kehijauan itu, mulai menggelap karna amarah. "Dasar jalang!” Sinisnya. Max melangkah keluar meninggalkan apartemen itu dalam keadaan marah besar. Max tidak melakukan apa pun, bukan karena dia tidak bisa. Hanya saja, dia terlanjur benci. Dia tidak sudi melihat tingkah wanita menjijikkan yang mulai sejak itu, akan dia lupakan sebagai seseorang yang pernah berarti dalam hidupnya.***
"Aku benci pengkhianatan. Melihat wanita jalang itu menghianatiku seperti itu, tentu saja membuatku marah. Aku memutuskan untuk pergi dari London, dan mendatangi klub itu untuk melampiaskan semua kekesalanku dengan banyak minum hingga aku mabuk. Aku membeli seorang wanita untuk membalas perbuatannya itu. Tapi, bayangan Kathe bercinta selalu berputar di otakku, hingga tadi malam aku tidak sadar siapa wanita yang aku siksa itu, karna dalam bayanganku kau adalah Kathe. Aku tidak sadar, sampai kepalaku mulai pening dan di situ aku tau. Jika kau bukan Katherine yang mengkhianatiku.” Max menunduk penuh penyesalan.
Shaylenna memeluk erat tubuh teman barunya itu. Dia tau, bagaimana takutnya, teman barunya itu. "Maxi, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu mengingat kejadian menyakitkan itu. Sekarang kita sudah berteman, jika kau punya masalah, datanglah padaku. Aku tidak mau billionaire tampan ini, melampiaskan pada minuman berpenyakit itu. Aku akan mendengarkan semua keluh kesahmu oke?” kata Shaylenna sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Cup! “Terima kasih untuk semuanya,” balas Max setelah mengecup lembut kening Shaylenna. Madam Alice yang melihat kebersamaan mereka dari tadi, menatap tak percaya. Tuan muda, yang terkenal angkuh dan dingin itu, bisa bersikap lembut dan manis juga, dan itu pada Shaylenna. Dia pun melangkah mendekat menghampiri mereka. "Sayang .... “ Panggilan madam Alice, membuat dua manusia yang masih berpelukan itu melepaskan pelukannya. "Momy, l Miss You ...” Shaylenna bangkit, dan Madam Alice segera memeluknya. "Bagaimana, keadaanmu sayang? “ tanya Madam Alice sambil menatap lekat wajah wanita yang sangat di sayanginya itu. "Aku baik, Mom. Aku punya dokter terbaik di sini. Oiya, kenalkan Dia Maxi!” kata Shaylenna, dan Madam Alice mengangguk kilas dan tersenyum pada Max. "Sayang, kata Dokter. Hari ini kita bisa pulang. Sekarang kita ganti pakaianmu.”Mereka pun kembali ke ruangan Shaylenna di rawat. Shaylenna menjalani pemeriksaan akhir dan benar, dia bisa pulang hari ini. "Madam, aku harap kau bisa bekerja sama denganku. Apa pun yang terjadi pada Rose, kau harus memberitahuku!” kata Max dingin dan sinis."Baik, Tuan.” Madam Alice tersenyum. Dia yakin, pria dingin itu akan melindungi putri kecilnya. Dan untuk saat ini, madam Alice mensyukuri pertemuan menyakitkan Shaylenna tadi malam. Walaupun awalnya Shaylenna harus mendapatkan sakit. Tapi kini semuanya berakhir manis. Shaylenna mendapatkan seorang pelindung, yang kuat dan berkuasa seperti pria di sampingnya. "MAXIME D'ORION" Ya, meskipun Shaylenna tidak tau, siapa sebenarnya sosok pria yang menjadi teman barunya itu.Sudah 15 hari Shaylenna pulang dari rumah sakit. Dia sudah sembuh dan kembali menjalani profesinya. Dan terhitung sudah 20 hari Shaylenna menjalani kehidupan malamnya, bukti perjuangan seorang anak untuk ayahnya.Tak jarang, dia mendapatkan tatapan sinis dan iri dari wanita di klub itu, karna posisi Shaylenna tak terganti. Dia masihlah menempati posisinya sebagai idola ranjangMalam itu, Shaylenna kembali memasuki aula, di mana para pria akan membeli dan menggunakannya. Lalu, entah sengaja atau tidak, Shaylenna melihat kakaknya Jane, berada dalam barisan wanita seperti dirinya."Apa yang dia lakukan disini?” lirih Shaylenna. Dia menatap cemas dan takut. Bagaimana jika Jane menghampirinya? Jane akan tau siapa dirinya, dan seperti biasa Jane akan mengolok-olok statusnya sekarang.Shaylenna bersyukur, begitu madam Alice memanggilnya. Seorang pelanggan sudah menunggunya disalah satu kamar, dan hal itu membuat Shay
Shaylenna mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia masih belum percaya, jika kakaknya, Jane benar-benar berdiri di depannya. Dia tidak sedang bermimpi. Bagaimana Jane bisa menemukannya alias mengetahui identitasnya?"Ohhh, jadi ini Idola ranjang itu? Dasar munafik! Wanita licik!” umpat Jane sambil menarik rambut Shaylenna kuat sehingga membuat Shaylenna meringis kesakitan."Argh ... lep--pas kak. Sa—kit!”Shaylenna mengambil tangan Jane, dan melepaskannya dari rambutnya. Meskipun kondisinya masih sangat lemah, dia harus bangkit untuk melawan kakaknya itu. Karena dia Shaylenna, bukan lagi Flower yang lemah."Saat ku jual kesini, kau menangis meraung-raung. Sekarang, Setelah kau melihat uang dan merasakan bagaimana kepuasan bermain dengan pria, kau menjual tubuhmu. Dasar munafik! antas saja semua wanita disini membencimu! Kelicikan mu dengan tampang polosmu itu berhasil menjera
Flower terbangun karna sinar matahari pagi yang mulai menyengat kulitnya. Dia menguap dan meregangkan ototnya perlahan. Tertidur telungkup di pemakaman, bukan hal yang mudah. Tubuhnya sakit dan pegal dimana-mana.Flower, menatap dalam nisan di depannya. Air matanya kembali jatuh. Di usapnya pelan nisan bertuliskan nama ayahnya itu. “Maaf aku harus pergi, Ayah. Aku yakin, saat ini sedang menjadi buronan Alex! Suatu hari nanti, aku akan mengunjungi Ayah lagi. Aku janji,” ucapnya pelan dengan air mata tak terbendung. Dia pun pergi dari tempat itu dengan menahan rasa sesak yang mendera.Flower menghentikan taxi dan menunjukkan sebuah alamat pada sopir itu. Dia tidak berniat untuk kembali ke rumah lamanya. Di sana ada Jane. Jane pasti akan kembali menyerahkannya pada Alex.Flower akan ke toko pakaian kecil, untuk membeli baju. Karna bajunya saat ini, sudah sangat kotor dan tak layak pakai. Setelahnya, dia akan mencari kontrakan kecil yan
1 bulan berlalu ... Flower hidup bahagia. Selama 1 bulan terakhir, Axel memperlakukannya dengan sangat baik. Para pelayan di rumah itu juga sangat baik padanya. Sejauh ini, keadaannya sangat aman dan dia tak perlu takut dan khawatir.Axel sering menceritakan kehidupannya kepada Flower, begitu pun sebaliknya. Mereka saling terbuka satu sama lain. Kini, mereka berteman sangat dekat, bahkan Axel sudah menganggap Flower adiknya. Itulah sebabnya Axel sangat menjaga keamanan Flower. Dia tidak mau, jika Flower harus kembali ke dunia hitam itu. Axel sangat tersentuh, saat Flower menceritakan kisah hidupnya. Flower sangat ingin jauh dari dunia jalang itu dan dia akan membantunya. Letak rumah Axel yang sedikit tersembunyi dari keramaian, membuat Alex sulit untuk menemukannya dan mereka bersyukur untuk itu. Bukannya Axel tidak tau, jika Alex sudah menyebar anak buahnya ke seluruh penjuru kota untuk menemukan wanita yang saat ini bersembuny
Alex membawa Flower jauh dari kota dan keramaian. Dia membawa Flower ke mansion nya yang berada di tempat terpencil. Mansion itu, berada di kaki gunung COL DE I'LSERAN yang saat ini tertutupi salju. Alex yakin. Di tempat itu Flower tak akan bisa lari lagi darinya. Dia akan mengurung wanita itu selamanya. Di musim dingin seperti ini, salju turun dengan derasnya dan menutupi daerah itu. Tapi, karna kekuasaannya, Alex berhasil sampai di mansion nya dengan bantuan beberapa alat berat yang membersihkan salju agar tak menghalangi laju mobilnya. Meskipun mansion itu sangat jarangAlex kunjungi, Alex masih memperkerjakan seorang wanita paruh baya yang selalu merawat dan menjaga kebersihan Mansion itu.Alex membawa tubuh Flower yang masih tak sadarkan diri ke sebuah kamar miliknya dan membaringkannya di sana. Alex mengikat kedua tangan Flower ke ranjang, takut jika wanita itu bangun dan nekat pergi lagi darinya."Kenapa k
Alex duduk di depan perapian. Dia merasa sangat marah karna Flower tetap dengan sikap keras kepalanya. Alex sangat benci dengan sikap Flower yang sama sekali tak takut padanya. Seolah-olah bagi Flower, dia tidak berpengaruh sedikit pun, sedangkan orang lain saja akan memilih menghindar saat namanya disebut.Alex memanggil bik Emma, dan tak lama bi Emma datang.“Bi, jaga dia. Aku akan ke kota sebentar ...”Alex menatap wanita itu, sambil memakai mantel tebalnya, dan bik Emma hanya mengangguk patuh, "jangan coba-coba melepaskannya, atau kau akan melihat ku menyiksanya di depanmu,” ancam Alex dan bik Emma kembali mengangguk patuh. Alex tidak pernah main-main dengan ucapannya.Alex pergi dari mansion. Tapi penjagaan di mansion malah di perketat olehnya. Alex tidak mau ambil risiko, karena Flower dan keras kepalanya pasti akan mencoba kabur dari mansion selagi ada kesempatan.Hari sudah malam. Bi Emma mendatangi kamar Flower da
Alex menatap Flower tajam, sedangkan Flower sibuk meringis sambil sesekali memejamkan mata."Mau lihat, bagaimana pria brengsek ini menghukum mu sampai kau akan memohon padaku?” tanya Alex, hingga detik berikutnya ..."Emmph ..." Flower bungkam, sebelum dirinya bisa membalas ancaman Alex tadi. Alex sudah lebih dulu menyatukan bibirnya.Flower terengah, dia mencoba berontak agar Alex melepaskan ciumannya. Rasanya napasnya hanya sampai sebatas dada. Akhirnya, Flower mengambil inisiatif dengan menggigit bibir atas Alex sehingga Alex melepaskan pagutannya.Napas Flower memburu. Dadanya naik turun, pipinya merah, rambutnya yang tak tersisir semakin berantakan. Sedangkan Alex, pandangannya malah semakin menggelap melihat tampilan Flower yang berantakan.Kenapa jalang ini mudah sekali memancing gairahku?Flower mulai mengumpulkan tenaganya. Dia harus melawan, atau malam ini dia akan kembali menjadi korban. Flower menga
Alex masih terdiam sambil mengepalkan tangannya kuat. Dia tau, pukulannya tadi sangat keras, hingga membuat sudut bibir Flower kembali berdarah. Tapi, begitu melihat Flower masih bisa tersenyum dan menatap menantang padanya, membuat amarahnya kembali terpancing."Apa kau benar-benar berhati iblis, sampai-sampai ingin memukul mereka yang tak melakukan kesalahan apa pun, huh!? “Flower berkata dengan lantangnya, sementara bik Emma sudah semakin khawatir melihat darah yang terus mengalir dari sudut bibir Flower. Bisa saja, tuannya akan lepas kendali dan kembali memukul Flower melihat Flower yang keras kepala melawannya.Alex mengeraskan rahangnya, manik matanya menggelap. Flower masih berani melawannya, bahkan terlihat tidak ada rasa takut sedikit pun."Apa kau pikir aku akan takut huh!? Aku tidak akan pernah takut pada pria iblis dan berengsek sepertimu! Jika kau berani menyakiti mereka, akan kubuktikan padamu jika aku bisa mati tanpa