Home / Romansa / Ikatan Hati Alina / 2. Firasat Mimpi

Share

2. Firasat Mimpi

Author: Amanda Syiefa
last update Last Updated: 2021-09-14 02:28:52

POV Alina.

Gawaiku berbunyi, sebuah pemberitahuan dari laman i*******m, aku pencet gambar lambang cinta itu : Aryo27 menyukai postingan anda. Aku tersenyum,

Aryo, seseorang yang belakangan ini selalu hadir di pikiranku, sering aku tepis pikiran konyol tentangnya, tapi tiba-tiba saja bayangan dirinya seperti muncul dimanapun aku berada. Tidak, kami tak pernah berinteraksi ngobrol langsung maupun chat, sungguh, hanya sekedar memberikan like, tidak pernah inbox atau DM, bahkan jarang sekali berkomentar. Bukankah itu wajar dalam dunia medsos? Bahkan acapkali banyak pria iseng tapi selama ini aku abai, tapi dia tuh beda... Ada yang berbeda, aku merasa... merasa hati ini saling terpaut meski tidak bersama. Ah, aneh sekali bukan?

Setelah aku ingat lagi, apa karena Mas Aryo adalah orang pertama yang aku sukai waktu kecil dulu? Ah lucu  sekali, tapi memang sama sekali bukan mantan karena aku tak pernah jadian dan aku juga tidak pernah berinteraksi dengannya. Dulu aku hanya sesekali melihatnya bermain bersama dengan teman-temannya. Kami tidak pernah satu sekolah atau kegiatan bersama. Begitu saja, tidak lebih. Setelahnya aku sudah lupa. Kami telah menjalani kehidupan kami masing-masing, aku hanya tau dia sudah menikah dan menjadi seorang pengusaha sukses di kota kami, memiliki beberapa komunitas elit, dan seiring dengan perkembangan dunia internet, bisa dikatakan dia sudah menjadi publik figur. Dari sini saja sudah terlihat mengapa kita tidak pernah berinteraksi walau tinggal di daerah yang sama dan jarang sekali bertemu, mungkin itu karena perbedaan strata sosial yang begitu jauh.

*****

Dulu sebelum menikah dengan Mas Hendra, aku sering mimpi bertemu seseorang, walaupun tidak jelas wajahnya, hanya sekejap dan tanpa berkata. Dan mimpi itu sering berulang. Dulu aku berfikir dia adalah jodohku, namun setelah menikah aku tak pernah lagi memimpikannya. Sekarang setelah aku sendiri, belakangan ini mimpi itu hadir kembali, seperti saat ini, dia hadir dimimpiku, sepintas aku melihat jelas wajahnya, dan dia adalah...

Aryo??!! Orang yang selama ini datang dalam mimpiku adalah dia??!!Aku terbangun dari mimpiku, oh no, dia lagi dia lagi! Padahal beberapa hari ini aku berhasil tidak memikirkannya, aku mengacak rambutku sendiri, segera aku bangkit dan membasuh muka kemudian menunaikan sholat subuh. Okay last day Na, kudu fokus ngikutin seminar. Buang jauh-jauh Aryo dari fikiranmu!!

"Huz huz huz sana pergi!" Aku mengibaskan tangan depan mukaku. Hari ini hari terakhir aku mengikuti kelas belajar wartawan online di kota Bandung. Selama tiga hari aku mengikuti seminar, waktu itu aku berangkat dini hari dari kota kecilku agar tidak kelamaan meninggalkan putra kesayanganku Kenzo yang sebentar lagi berusia 3 tahun. Aku hanya menginap 2 malam, memilih penginapan kecil dengan harga terjangkau yang dekat dengan hotel tempatku seminar. Nanti sore setelah seminar paling aku balik ke homestay lagi, istirahat sebentar lalu packing, malamnya checkout lanjut ke stasiun untuk kembali pulang, tentunya sambil cari makan.

"That is my plan today, Bismillah..."

*****

Aku menata notes, pena, gelas bening cantik berisi air mineral, papan nama dari kertas bertuliskan Alina, aku atur sedemikian rupa agar looknya bagus saat difoto.

Cekrek... 

Ok, good..  Aku upload di instagramku, tidak lupa aku sertakan lokasi hotel tempat seminar dengan caption : Last day belajar.

Nanti malem pulang udah kangen berat sama Kenzoku sayang. And send.

Langsung hadir beberapa like dari temanku, aku tersenyum dan segera kusimpan gawaiku di tas lalu kembali mendengarkan pembicara. Tanpa kulihat lagi bahwa ada seseorang disana yang memberikan sebuah like sebagai tanda kehadiran sepersekian detik setelah aku off gawaiku.

Dulu suamiku, Mas Hendra yang sering mengantarku jika aku ada acara di luar kota. Kini aku sendiri, tapi ini bukan kali pertama aku keluar kota sendirian, saat masih bekerja di perusahaan biasanya ada jadwal training tahunan atau pelatihan beberapa hari di luarkota. Sebenarnya kalau pas ada uang lebih ingin sekali aku mengajak Kenzo sama ibu ikut menemani sambil jalan-jalan, tapi berhubung tabunganku belum cukup dan aku harus benar-benar memperketat pengeluaranku maka kali ini aku berangkat sendirian. 

Mengingat Mas Hendra, mataku berkaca, ada perih yang menusuk dalam jiwa... sebuah rasa rindu dan rasa sakit yang datang bersamaan, walau aku akui rasa rinduku lebih berat, aku tetap merinduka sosoknya yang kini tak lagi sama.

***

"Mama lagi ngapain?"suara Kenzo dengan wajah yang menggemaskan terlihat dari videocall di layar ponsel. Aku makan siang sembari ngobrol dengan anakku Kenzo dirumah.

"Mama lagi istirahat sayang, makan siang, Kenzo udah makan?" tanyaku pada Zo.

"Udah mama," jawab Kenzo antusias. "Eh pinter, Kenzo baik-baik ya sama Eyang Uti, yang nurut yaa,"ucapku kemudian.

"Iya mam, Mama nanti pulang kan? Kenzo kangen cama mama," Kenzo berkata demikian sambil mengerjapkan mata bulatnya.

"Tentu, mama naik kereta malam dari sini sayang, kenzo tidur dulu ya gak usah nungguin mama, besok kenzo bangun tidur pasti mamah udah di rumah, oke sayang?"

"Oke mamah" sahut Kenzo cepat.

"Mmuah"

"Mmuah..." Kenzo membalasku dengan memonyongkan bibir kecilnya.

"Nduk, kamu hati-hati juga disana ya," Ibuku yang sedari tadi hanya menyimak ikut bicara. "Nggih bu, terimakasih banyak ya udah jagain Kenzo," ucap Alina pada ibunya. 

"Ah nggak apa-apa nduk, ibu malah seneng dititipin Kenzo, dia anak yang pinter dan juga lucu, sudah jangan dipikirin, lagian cuma 3 hari dan besok kamu udah pulang," Ibu berkata dengan lembut.

Aku tersenyum, iya selama pergi ke luar kota dengan berat hati aku memang menitipkan anakku Kenzo pada ibuku, kami tidak tinggal serumah tapi masih satu kompleks berdekatan.

Setelah puas bercanda melepas kangen video call dengan anakku, tadi aku juga sempat berbalas chat dengan ibuku. Aku selalu berusaha berkabar kepadanya apalagi saat jauh dari sisi Kenzo, aku selalu mengkhawatirkan kesehatan anakku.

Aku membuka aplikasi putar lagu dari gawai, lalu memutar playlist lagu-lagu kesukaan lewat headset sambil nerusin makan. Kemudian aku juga membuka aplikasi baca buku dari ponselku ini, melanjutkan novel yang ku baca saat senggang. Waktu beberapa menit sudah cukup lumayan untuk menghilangkan rasa penasaranku dari bab novel yang kubaca.  Tentang dua orang yang terpisah jarak tapi punya ikatan batin dan bisa saling merasakan keadaan hati dan sekitarnya meskipun mereka bukan saudara kembar.

Bagiku ini menarik, setidaknya seperti yang aku rasakan akhir-akhir ini. 

"Keterikatan batin, atau keterikatan hati?

ataukah itu cuma sugesti??"

《Kamu... seperti hantu...

Terus menghantuiku kemanapun tubuhku pergi...

Kau... terus membayangi aku...》

Tiba di playlist lagu dari band pentolan Ahmad Dhani membuat seketika Alina jadi mengingat Aryo, Uh sebel banget Aryo lagi Aryo lagi! Seperti ada yang selalu membisikkan nama itu. Dan seketika mataku terbelalak melihat seseorang yang sepertinya aku kenali sedang berdiri di pintu masuk resto, seseorang berbadan tegap, berkulit putih dan berhidung mancung, mengenakan kaos hitam yang makin menambah pesonanya. 

"Ah kacau-kacau! Dasar kepalaku ini!" Aku mengetuk-ngetuk kepala sendiri, dan saat laki-laki itu membalikkan badan menuju keluar... But wait, itu beneran...diaa??

"Mas Aryo??!" pekikku keras karena kaget  hingga akhirnya laki-laki itu menoleh. Jantungku langsung berdetak keras, serasa mau pingsan!!

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nina Milanova
Aku kok deg-degan baca ceritanya ya..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ikatan Hati Alina   34. Statusku Berubah?

    Part34Statusku sudah berubah?Hari demi hari setelahnya kulalui dengan sangat tersiksa, aku sering mengurung diri di kamar dan menangis. Untunglah ada ibuku yang mendampingiku dan menjaga Kenzo, juga Bu Yuni yang selalu membantuku, sebab apa saja yang kulakukan pasti aku sembari menangis mengingat Mas Hendra, tak habis pikir apa salah dan dosaku hingga ia lakukan semua ini. Aku yang mungkin tak pernah mengenal apa sebenarnya cinta itu, aku hanya merasakan sebuah rasa suka kepada seseorang saat masih kecil, selebihnya aku tidak tau bagaimana cinta itu, tiga tahun setelah tamat SMA aku dilamar oleh Mas Hendra, kulihat dia orang yang baik hingga aku menerima pinangannya. Kujalani hari yang penuh syukur dan bahagia bersamanya apalagi setelah hadir Kenzo buah hati kami, walaupun semua dalam kesederhanaan saja, aku tak pernah menuntut macam-macam darinya.Memang ujian rumah tangga berbeda-beda, ada ujian tentang anak, ada ujian tentang kesetiaan sedang rumah ta

  • Ikatan Hati Alina   33. Kedatangan Pihak Berwajib.

    Part 33"Dek, mas ingin bicara ini dari kemarin, cepat atau lambat mas akan ketahuan, mas sudah menyiapkan semua, maafkan aku dek..." Mas Hendra memeluk kakiku dan meraung lagi."Menyiapkan apa Mas?" tanyaku masih bingung."Perceraian kita! Aku tak ingin semakin membebanimu dek..." ucap Mas Hendra meninggi.Bagai petir menyambar ditengah hari. Apa? Perceraian? Aku tak mengerti jalan pikirnya.Aku terduduk di bibir ranjang. Membaca surat gugatan dari Mas Hendra, seperti tertusuk ribuan pedang dihatiku, sungguh aku tak sanggup."Mas, jangan gegabah, istighfar Mas! mengapa kau akan meninggalkanku saat kita harus berjuang demi Kenzo Mas! Aku takkan menandatangani surat itu!" Aku berteriak sambil menangis, kudengar Kenzo pun terbangun memanggilku mungkin gara-gara teriakanku."Aku bukan meninggalkanmu dek, aku justru membebaskanmu dari belengguku, seorang suami yang tak bisa bertanggung jawab dan tak bisa membahagiakanmu!""Ak

  • Ikatan Hati Alina   32. Sebuah Gugatan

    Part32*FLASHBACK ON*Tok...tok...tok...Aku yang sedang sibuk memilah pakaian laundry di belakang, menyuruh Bu Yuni untuk membuka pintu. Dengan tergopoh Bu Yuni datang, "Neng Alina ada empat orang lelaki bertampang sangar, nyari Hendra,Neng.""Apa Bu? Mas Hendra tadi kan di dalam." Aku mengernyitkan dahi lalu beranjak kedepan."Neng hati-hati, tampang mereka kayak preman serem gitu, ih ibu ngeri melihat mereka!" Ujar bu Yuni memperingatkanku dan aku mengangguk.Aku masuk ke kamar, kulihat Mas Hendra meringkuk ketakutan. "Mas, ada tamu siapa itu mencarimu," ucapku memanggil Mas Hendra."Ssstttss.... kamu saja yang temui mereka, bilang saja aku nggak ada!" Mas Hendra menyuruhku untuk segera pergi menemui tamu-tamu itu, awalnya aku heran tapi Mas Hendra bahkan sampai mendorongku untuk segera keluar, baiklah aku akan bicara dengan Mas Hendra nanti.Aku ke depan, terdapat empat orang berperawakan tinggi besar dan bertato, ben

  • Ikatan Hati Alina   31. Perjanjian Pernikahan Vera

    #part31#Perjanjian Pernikahan Vera"Jadi itu yang namanya Alina, perempuan yang selalu bertahta di hati Aryo hingga cara apapun yang kulakukan tak sanggup untuk membuat Aryo jatuh cinta kepadaku?" Vera membatin, ia menatap sepasang kekasih dari kaca jendela di dalam mobil."Apa aku perlu turun? Siapa yang harus kuhajar? Aryo atau perempuan itu?" Tawar Radit kepada Vera, yang sedang menatap sepasang manusia penuh drama cinta.Vera mendengkus, mengambil nafas sejenak."Hey, santai saja Radit, tidak perlu kau lakukan itu, hanya buang waktu dan tenagamu, aku tidak apa-apa, sungguh!"Vera berkata demikian sambil terus menatap perempuan itu, Alina, dalam batin Vera mengiyakan, bahwa Alina bukan sekedar cantik secara fisik, tapi memiliki aura layaknya dewi yang memikat.Radit cemas melihat Vera, ia yang selama ini mengerti perasaan Vera. Awalnya hanya timbul rasa kasihan terhadap Vera, istri yang tak dianggap, lama-lama Radit benar-benar jatuh ci

  • Ikatan Hati Alina   30. Aku ingin menikahimu

    Part30#akuinginmenjagamuKita tertawa dan berlari bersama, saat kulihat ada dua buah mobil box yang parkir berjejer kutarik Alina untuk bersembunyi diantara ke dua mobil itu, di celahnya yang sempit."Hahaha... parah kamu Mas, makanya jangan asal peluk!" Alina masih tertawa puas meledekku, sumpah aku jadi malu, mau modus salah fokus!"Ssttsss jangan keras-keras!" Aku berkata demikian saat kulihat lelaki berpakaian mini itu berlari melintasi kami. Kami masih menahan tawa dan terengah-engah setelah berlari tadi."Lihat ini ice cream kita jatuh tadi baru makan sedikit." Omelnya lagi, aku memperhatikan wajahnya yang ayu dari dekat."Masih ada ice creamnya." Ucapku padanya."Mana? Abang tukang ice creamnya sudah pulang tadi!""Ini..." Aku mendekatkan wajah ke arahnya, di sudut bibirnya. Kulihat matanya membulat menatapku."Tidak!" Alina mencegahku dengan tangannya mendorong dadaku."Ingat janjimu Mas k

  • Ikatan Hati Alina   29. Jagung bakar dan ice cream

    Part 29 Kulihat Alina terlihat bosan dan hanya mengaduk-aduk spaghettinya. "Hey, makanlah..." ucapku melihat tingkahnya yang hanya memainkan garpu. "Hmm..."jawabnya singkat. "Jangan ditekuk begitu wajahmu, bukankah tadi kau bilang terserah saat tadi aku menyuruhmu pesan makanan! Makanlah, kau tak lapar seharian?" Aku mulai meradang. "Aku sangat lapar...tapi..." "Tapi apa?" "Maaf, bukan aku tak menghargai apa yang kamu siapkan, hanya saja aku sedang ingin makan jagung bakar!" "Jagung bakar?! Dimana?" Aku bertanya heran, dimana aku harus memenuhi permintaannya, disini tak ada menu untuk jagung bakar. "Iya, jagung bakar di pinggir jalan sekitar alun-alun kota, sambil makan ice cream juga," ucap Alina dengan mata yang berbinar. "Ice cream? Memang ada jam segini? Aku belikan saja di mini market yang 24 jam nanti kita cari!" Meskipun permintaannya agak aneh tapi aku ingin agar bisa memenuhinya, supaya dia mau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status