Pandu bangun dari tidurnya dan segera keluar dari kamar, wajahnya terlihat cerah. "Mama...aku sudah sembuh!" kata Pandu sambil berlari memeluk ibunya.Nagita meraba dahi anaknya, ternyata benar panasnya sudah turun."Alhamdulillah, berarti kita gak perlu ke dokter lagi!" ucap Nagita."Sebaiknya tetap ke dokter ma, mungkin dokter bisa meresepkan vitamin untuknya!' saran Zahira."Memangnya Pandu sakit apa?" tanya Fajar yang segera melonggarkan dasinya.Dia berniat untuk tak kembali lagi ke kantor, dia tak ingin ibunya mencurigainya. Biarlah Akila ngambek sedikit saja dari pada menghadapi kemarahan ibunya itu malah lebih fatal."Aku gak mau ke dokter ma, kan ada kak Ira. Aku mau kak Ira ikut kita ke rumah dari pada di sini, kak Fajar mengabaikannya!"Anak kecil saja bisa membaca situasi apalagi Nagita. Fajar mendelik gusar ke arah adiknya, ingin rasanya dia menjitak kepala adiknya itu agar tak sok tau."Ya kalau nggak mau ya sudah, nanti mama hubungi dokter keluarga kita. Pandu kan deka
Sebagai seorang istri, Zahira ingin menjalankan perannya dengan baik walau satu yang tak bisa dilakukannya yaitu melayani suami di tempat tidur. Dia tahu hukum agama, tapi diapun memegang teguh perjanjian yang mereka sepakati bersama.Sikap Akila yang terlalu berlebihan membuat Zahira jengah, jika di tanya dia sama sekali tak menyukai Fajar walau pria itu sangat tampan. Zahira punya dunianya sendiri, dia terobsesi ingin menghasilkan uang sendiri dan membantu perekonomian keluarga.Kini menghadapi intimidasi dari Akila membuatnya harus bertindak, saat ini dia adalah nyonya rumah. Dia mau lihat bagaimana reaksi Fajar jika dia mengusir Akila.Saat sedang memasak, Akila datang mencari masalah lagi."Rupanya kau memang cocok tinggal di dapur!"Zahira menoleh, "Oh ya? Setidaknya istri yang baik itu selain mahir di dalam kamar juga harus mahir di dapur!""Oh kau pikir bisa menjadi nyonya Fajar? Hahaha...ngaca penjual pakaian bekas, kau sangat tidak level dengannya!" kata Akila sambil berkaca
Fajar memilih nongkrong di taman sebelah apartemen, dia mengirim pesan pada Zahira agar jangan terprovokasi dengan Akila. Zahira yang membaca pesan suaminya merasa lucu, mereka adalah pasangan yang sah tetapi kini mereka bagaikan sepasang selingkuhan. [Jangan khawatir kak, aku akan berdiam diri di dalam kamar sampai kau kembali].Fajar merasa aneh dengan dirinya, di sisi lain dia sangat mencintai Akila namun di sisi lain dia mengkhawatirkan Zahira.[Satu hal lagi, kalau mau keluar jangan berdandan seperti tadi lagi].Hah? Zahira tertawa tanpa suara, antara senang karena suaminya memperhatikannya dan merasa risih dengan statusnya.[Iya...pulanglah kak, ku dengar Akila mencari kakak].Mendapat balasan seperti itu membuat hati Fajar menjadi tidak enak. Rasanya dia ingin ngobrol berdua dengan Zahira, mungkin harus di mulai dengan saling berkirim pesan seperti ini. Tapi kenyataannya Zahira seakan merasa terganggu dengan pesannya.Menjelang malam Fajar kembali ke apartemen, dia di sambut d
Fajar tak konsentrasi mengerjakan tugas kantor, akhirnya dia hanya mengirimkan pesan pada Zahira. Lucu sekali, mungkinkah aku menyukainya? pikir Fajar. Zahira yang nyaris tertidur mendengar bunyi notifikasi di ponsel segera bangun.[Maaf atas kelalainku padamu, jika kau merasa tidak nyaman kau boleh meminta cerai].Zahira yang merasa bingung dengan pesan itu akhirnya hanya membalas.[Terserah, mana yang terbaik bagimu].Fajar menjadi serba salah, ingin rasanya dia masuk ke dalam kamar Zahira namun dia melihat pintu kamar utama yang masih terbuka membuatnya hanya bisa menarik nafas panjang dan mengirimkan pesan lagi pada Zahira.[Bukan itu maksudku, jangan salah sangka. Bolehkah aku tidur denganmu malam ini?]Pesan Fajar membuat mata Zahira terbelalak, dia bergidik ngeri. Gadis cantik ini mengutuk sendiri dirinya yang sengaja menggoda suaminya dengan berdandan cantik seperti tadi. Zahira tak tahu cara membalas pesan yang baik, takutnya dia keceplosan dan akan membuat suaminya tersinggu
Fajar tiba di apartemen tepat waktu, seperti ditinggalkannya seperti itu pula suasana yang di temui Fajar malam ini. Belum ada yang bergerak dari tempat duduknya. Zahira terlihat sedang meremas-remas tangannya, dia terlihat menahan kantuk. "Duduk!"Fajar duduk di samping Zahira."Papa dan mama tak ingin kejadian ini terulang kembali, kau sudah besar dan tahu mana yang baik dan mana yang tidak!"Fajar menunduk, "Maafkan aku!""Minta maaflah pada istrimu sebelum terlambat, kau akan sulit menemukan istri seperti Zahira!" kata tuan Handoko.Fajar mengakui hal itu, Zahira adalah sosok wanita yang unik. Walau dia belum mencintai gadis ini tapi dia akan berusaha untuk menjadi suami yang baik."Karena ini sudah larut, mama dan papa akan tidur di kamar belakang. Zahira pindah saja ke kamar utama!""Hah?" Zahira tercengang, ini bukan sesuatu yang dia harapkan.Nagita mengerling ke arah suaminya, keduanya segera berdiri menuju ke kamar belakang. Zahira hendak bicara namun Fajar segera mencegahn
Kedua orang tuanya segera pamit pulang setelah memastikan tausiah mereka menyentuh hati Fajar dan Zahira. Keduanya sebelum keluar dari pintu apartemen sempat berpesan pada anak dan menantunya."Jaga diri kalian baik-baik, jangan pernah mengulangi kesalahan yang hanya akan merugikan kalian berdua. Selama seminggu papa sudah mengajukan cuti untukmu, semua pekerjaanmu akan di kerjakan oleh Kevin asisten papa. Temani Zahira ke rumah sakit pagi ini!"Kini hanya tinggal pasangan suami istri itu di rumah, sama-sama canggung tak tahu harus bagaimana."Bersiap-siaplah, kita akan ke rumah sakit!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera masuk ke kamar mandi. Terdengar dering telepon, Fajar melihat panggilan dari orang tua Zahira. Dia mengangkatnya dan memberitahu jika Zahira sedang mandi. Beberapa saat kemudian Zahira keluar dari kamar mandi, dia yang melihat Fajar sedang berdiri menatapnya membuatnya jengah."Bolehkah kau keluar? Aku mau ganti pakaian!"Fajar merasa lucu dengan permintaan Zah
Zahira tiba di rumah dan langsung menaruh tas belanjaan di dalam kamar utama tanpa sama sekali menyentuhnya. Dia lalu keluar menuju kamar belakang."Mau kemana?" "Ke kamarku!""Kamarmu di sini, ntar lagi kita pindahkan semua pakaianmu ke kamar ini!"Zahira mengabaikannya dan melangkah masuk ke kamarnya terpaksa Fajar menyusulnya."Kau tidak membenahi tas belanjaan itu?" tanya Fajar dengan sabar. Dia tahu jika Selama ini dia salah makanya sikap Zahira yang ketus seperti ini di maklumi nya."Itu kan belanjaan mu!" jawab Zahira dengan ketus."Bukankah sebagai istri kau harus merapikannya?"Zahira akhirnya keluar lagi menuju kamar utama, sikap Fajar yang mulai melunak padanya malah membuatnya marah. Dia meraih tas belanjaan itu dan terkejut saat membukanya. Ini adalah lingerie dan gaun pesta yang tadi di sentuhnya. Dia berbalik dan melihat Fajar sudah berdiri di pintu kamar sambil tersenyum memandangnya."Aku tidak menginginkannya, kembalikan saja!" Zahira melipat kembali belanjaan itu d
Fajar tak kehilangan akal untuk membuat istrinya merasa nyaman, dia memeluk istrinya dari belakang sambil membisikkan kata-kata mesra namun penuh dengan godaan."Kau harus istrahat penuh siang ini, sebentar malam aku membutuhkanmu mengerjakan sesuatu!""Hah?" Zahira berbalik dan menatap wajah suaminya yang saat itu menatapnya dengan penuh gairah."Tidurlah!" Fajar mengecup kening istrinya.Agar istrinya tak bertanya lagi, dia memejamkan matanya. Zahira yang melihat hal itu kembali membalikkan badan, dia tak berani menatap wajah suaminya lama-lama. Pelukan hangat suaminya membuatnya tertidur dan terbangun saat terdengar suara ponsel berbunyi.Zahira melihat ponsel yang tengah berdering itu milik suaminya, dia membangunkan suaminya perlahan."Kak, teleponmu berbunyi!""Siapa?" tanya Fajar dengan suaranya yang berat tanda dirinya masih sangat mengantuk."Entahlah, aku mau menyiapkan makan malam. Mana kunci kamarnya?""Oh jam berapa sekarang?" Fajar terbangun dan segera merogoh kunci di s