Share

Chapter 6

"Lisa apa yang sudah kamu katakan terhadap dia?" tanya Ari saat mereka sudah duduk lesehan dilantai keramik.

Pertanyaan itu seketika membuat atmosfer ruangan itu berubah begitu juga hatinya, Lisa sudah dapat menebak siapa yang dimaksud suaminya.

"Kenapa?. Siapa yang kamu maksud?" Lisa berhenti sejenak untuk melihat ekspresi suaminya yang tidak bersahabat.

"Selingkuhanmu, perempuan tidak tau diri itu."

"Lisa, jaga bicaramu. Kamu tau dia marah sekarang dan dia ingin melaporkanmu kepolisi atas pencemaran nama baik." nada bicara Ari sungguh tidak ada lembutnya, terlihat antara takut dan marah.

Lisa yang mendengar bahwa dia akan dilaporkan oleh perempuan itu atas pencemaran nama baik menjadi kaget dan heran.

"Kenapa aku yang dilaporkan? bukannya dia yang salah." Lisa berucap tak terima.

"Lisa, dia meenunjukkan bukti padaku bahwa kamu memulai duluan dan menghinanya serta menjatuhkan harga dirinya dan dia tidak terima." kata Ari dengan mata memerah menahan emosi.

"Mas kenapa jadi begini? memang aku yang menghubunginya duluan tapi aku tidak menghinanya aku hanya berbicara sesuai fakta, kenapa dia jadi membalikkan keadaan.?" ucap Lisa tidak habis pikir matanya mulai memerah menahan tangis.

"Lisa, kamu tau dia orang berada dia punya uang dan bisa menuntut kita."

"Tapi mas dia yang salah, padahal dia tau kalau mas sudah beristri dan beranak tapi dia malah berkata akan merebutmu dariku serta mengancam akan membuatku menderita seumur hidup. Seharusnya aku yang marah dan tidak terima disini mas." Lisa tak tahan kini air mata telah menetes dipipinya.

"Lisa kamu harus mengerti keadaan kita, kita tidak bisa melawannya karena kita tidak punya apa-apa." berhenti sejenak untuk menetralkan emosinya. "Dia akan mencabut laporannya jika kamu minta maaf padanya atau kamu mengijinkanku menikah dengannya." ucap Ari memalingkan wajahnya yang sebenarnya tidak tega mengatakan hal itu.

Bagai tersambar petir mendengarnya, Lisa mendongak menatap suaminya dengan nanar tak percaya jika suaminya membela perempuan itu.

Air mata mengalir semakin deras saja saat mendengar kata itu dari mulut suaminya sendiri.

"Apa mas?, kamu menyuruhku untuk meminta maaf padanya yang jelas-jelas dia yang salah dan kamu malah mendukungnya dan sepertinya kamu juga menginginkan dia sampai menyuruhku untuk menyetujui kamu menikah dengan dia." suara Lisa tersendat berkali-kali dia mengusap air matanya namun air matanya terus saja mengalir.

Hatinya begitu sakit, kenapa dunia ini tidak adil hanya karena dia mempunyai uang dan dirinya tidak.

"Lisa mengertilah, aku tidak mau kamu sampai dipenjara bagaimana nasib anak kita, bagaimana dengan keluarga kita." kata Ari kembali menatap Lisa.

"Bukannya aku lebih bagus dipenjara, supaya kamu bisa hidup dengannya dan bahagia diatas penderitaan ku dan Laras kamu tenang saja aku bisa menitipkan dia pada orantuaku atau aku akan membawanya kepenjara sekalian supaya kamu lebih tenang. Bukankah itu bagus?" pernyataan Lisa membuat Ari terkejut tidak menyangka Lisa akan berkata seperti itu sedikit menyesal karena dia bicara asal.

"Bukan begitu Lisa aku hanya tidak mau masalah ini tambah besar..

"Dengan menjatuhkan harga diriku pada perempuan pelakor itu." Lisa langsung memotong ucapan Ari yang belum selesai.

"Jika itu mau kamu, kenapa tidak lepaskan aku saja supaya kamu bisa terus bersama dengannya bukannya itu lebih bagus." sebenarnya Lisa tidak sanggup mengatakan hal itu dia menahan segala emosinya karena bagaimanapun juga suaminya adalah laki-laki pertama yang amat dia cintai dan bahkan dia rela hidup sederhana bahkan terkadang tak cukup dengannya hanya ingin terus bersamanya, tapi tak menyangka bahwa kenyataan sekarang sangat pahit suaminya mengkhianatinya.

Ari terdiam bagaimana bisa dia melepaskan Lisa wanita yang amat dia cintai meski dia menyadari dia belum bisa membahagiakan istrinya secara materi.

"Kenapa diam saja? ceraikan saja aku, jika itu bisa membuatmu bahagia." kata Lisa yang sebenarnya merasa sakit tak berdarah saat mengatakan itu.

"Lisa dengarkan aku, turuti kataku bertemu dengannya dan minta maaf padanya aku tidak peduli kamu mau atau tidak." setelah mengatakan itu Ari pergi meninggalkan Lisa keluar entah kemana.

Lisa menangis sejadi-jadinya suaminya begitu tega menyuruhnya minta maaf pada perempuan perusak rumah tangganya atau suaminya itu memang benar-benar ingin berpisah dengannya.

Laras datang seolah ingin menghibur ibunya dan Lisa langsung menghapus air matanya tidak ingin memperlihatkan kesedihan pada anaknya yang masih kecil lalu memeluknya sambil menahan tangis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status