"Lisa apa yang sudah kamu katakan terhadap dia?" tanya Ari saat mereka sudah duduk lesehan dilantai keramik.
Pertanyaan itu seketika membuat atmosfer ruangan itu berubah begitu juga hatinya, Lisa sudah dapat menebak siapa yang dimaksud suaminya."Kenapa?. Siapa yang kamu maksud?" Lisa berhenti sejenak untuk melihat ekspresi suaminya yang tidak bersahabat."Selingkuhanmu, perempuan tidak tau diri itu.""Lisa, jaga bicaramu. Kamu tau dia marah sekarang dan dia ingin melaporkanmu kepolisi atas pencemaran nama baik." nada bicara Ari sungguh tidak ada lembutnya, terlihat antara takut dan marah.Lisa yang mendengar bahwa dia akan dilaporkan oleh perempuan itu atas pencemaran nama baik menjadi kaget dan heran."Kenapa aku yang dilaporkan? bukannya dia yang salah." Lisa berucap tak terima."Lisa, dia meenunjukkan bukti padaku bahwa kamu memulai duluan dan menghinanya serta menjatuhkan harga dirinya dan dia tidak terima." kata Ari dengan mata memerah menahan emosi."Mas kenapa jadi begini? memang aku yang menghubunginya duluan tapi aku tidak menghinanya aku hanya berbicara sesuai fakta, kenapa dia jadi membalikkan keadaan.?" ucap Lisa tidak habis pikir matanya mulai memerah menahan tangis."Lisa, kamu tau dia orang berada dia punya uang dan bisa menuntut kita.""Tapi mas dia yang salah, padahal dia tau kalau mas sudah beristri dan beranak tapi dia malah berkata akan merebutmu dariku serta mengancam akan membuatku menderita seumur hidup. Seharusnya aku yang marah dan tidak terima disini mas." Lisa tak tahan kini air mata telah menetes dipipinya."Lisa kamu harus mengerti keadaan kita, kita tidak bisa melawannya karena kita tidak punya apa-apa." berhenti sejenak untuk menetralkan emosinya. "Dia akan mencabut laporannya jika kamu minta maaf padanya atau kamu mengijinkanku menikah dengannya." ucap Ari memalingkan wajahnya yang sebenarnya tidak tega mengatakan hal itu.Bagai tersambar petir mendengarnya, Lisa mendongak menatap suaminya dengan nanar tak percaya jika suaminya membela perempuan itu.Air mata mengalir semakin deras saja saat mendengar kata itu dari mulut suaminya sendiri."Apa mas?, kamu menyuruhku untuk meminta maaf padanya yang jelas-jelas dia yang salah dan kamu malah mendukungnya dan sepertinya kamu juga menginginkan dia sampai menyuruhku untuk menyetujui kamu menikah dengan dia." suara Lisa tersendat berkali-kali dia mengusap air matanya namun air matanya terus saja mengalir.Hatinya begitu sakit, kenapa dunia ini tidak adil hanya karena dia mempunyai uang dan dirinya tidak."Lisa mengertilah, aku tidak mau kamu sampai dipenjara bagaimana nasib anak kita, bagaimana dengan keluarga kita." kata Ari kembali menatap Lisa."Bukannya aku lebih bagus dipenjara, supaya kamu bisa hidup dengannya dan bahagia diatas penderitaan ku dan Laras kamu tenang saja aku bisa menitipkan dia pada orantuaku atau aku akan membawanya kepenjara sekalian supaya kamu lebih tenang. Bukankah itu bagus?" pernyataan Lisa membuat Ari terkejut tidak menyangka Lisa akan berkata seperti itu sedikit menyesal karena dia bicara asal."Bukan begitu Lisa aku hanya tidak mau masalah ini tambah besar.."Dengan menjatuhkan harga diriku pada perempuan pelakor itu." Lisa langsung memotong ucapan Ari yang belum selesai."Jika itu mau kamu, kenapa tidak lepaskan aku saja supaya kamu bisa terus bersama dengannya bukannya itu lebih bagus." sebenarnya Lisa tidak sanggup mengatakan hal itu dia menahan segala emosinya karena bagaimanapun juga suaminya adalah laki-laki pertama yang amat dia cintai dan bahkan dia rela hidup sederhana bahkan terkadang tak cukup dengannya hanya ingin terus bersamanya, tapi tak menyangka bahwa kenyataan sekarang sangat pahit suaminya mengkhianatinya.Ari terdiam bagaimana bisa dia melepaskan Lisa wanita yang amat dia cintai meski dia menyadari dia belum bisa membahagiakan istrinya secara materi."Kenapa diam saja? ceraikan saja aku, jika itu bisa membuatmu bahagia." kata Lisa yang sebenarnya merasa sakit tak berdarah saat mengatakan itu."Lisa dengarkan aku, turuti kataku bertemu dengannya dan minta maaf padanya aku tidak peduli kamu mau atau tidak." setelah mengatakan itu Ari pergi meninggalkan Lisa keluar entah kemana.Lisa menangis sejadi-jadinya suaminya begitu tega menyuruhnya minta maaf pada perempuan perusak rumah tangganya atau suaminya itu memang benar-benar ingin berpisah dengannya.Laras datang seolah ingin menghibur ibunya dan Lisa langsung menghapus air matanya tidak ingin memperlihatkan kesedihan pada anaknya yang masih kecil lalu memeluknya sambil menahan tangis."Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja