Share

Jenuh

Auteur: Cahaya Asa
last update Dernière mise à jour: 2022-02-16 21:05:52

Sepeninggal suaminya, Zahra memilih untuk membereskan kamar. Sebenarnya kamar itu sudah rapi, sangat rapi malah. Namun karena tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan, ia mencoba menata ulang kamar tersebut. Mengganti sprei dan sarung bantalnya, mengganti korden, dan apapun yang bisa ia lakukan. 

Kegiatan itu lumayan bisa membunuh waktu sehingga kejenuhan yang mendera bisa terobati. Terbiasa bekerja di kantor, berdiam diri di rumah sangat membosankan. Terlebih segala sesuatu di sini dikerjakan pembantu, Zahra nyaris tak memiliki aktivitas selain melayani suaminya. Namun ketika sang suami keluar seperti saat ini, ia bingung mau melakukan apa. Ingatkan dia untuk meminta izin kembali bekerja. 

Di saat gadis itu hendak mendudukkan dirinya di sofa sambil menonton TV, gawainya berdering. Nama Intan, teman sekantornya terpampang di layar depan handpondnya. 

"Assalamualaikum, Tan."

[Ya ampun, Ra ... kenapa mengundurkan diri nggak bilang-bilang, sih? Jahat banget, kamu]

"Sorry, Tan, semuanya serba mendadak. Aku juga nggak ada niat buat mengundurkan diri sebenarnya." 

Terbersit penyesalan di dada Zahra ketika mengingat ia sudah tak lagi bekerja di kantor yang membuatnya nyaman. Jarang ada perusahaan yang menerima karyawan yang memakai pakaian syar'i seperti dirinya. Rata-rata setiap perusahaan memberlakukan peraturan untuk karyawan perempuan memakai pakaian rapi dan berpenampilan menarik. Tentu memakai gamis dan kerudung besar bukan termasuk di dalam kategori tersebut. 

[Ra, kok diam, sih? Kamu masih di sana, 'kan?]

"I--iya, masih. Itu ... suamiku yang mengurus semuanya. Aku tidak diperbolehkan bekerja lagi," balas Zahra akhirnya. 

[Hah, suami? Kamu udah nikah?]

Sesaat tidak terdengar suara apapun dari seberang telepon. Sepertinya gadis bernama Intan itu shock mendengar kabar pernikahan Zahra. Memang Zahra tidak memberitahu kepada teman-temannya kalau dia keluar karena menikah. Semuanya terkesan buru-buru, sehingga tak ada kesempatan baginya untuk mengatakan pada rekan sekantornya.

"Tan, Intan, kamu masih di sana?"

[Ih, kok kamu jahat banget sih, Ra? Menikah gak bilang-bilang! Sama siapa? Pak Andika, ya? Pantesan dua hari ini beliau gak datang]

Kini giliran Zahra yang bengong. Bagaimana bisa sahabatnya menyimpulkan demikian? Padahal dia tahu kalau Zahra tidak pernah dekat dengan lelaki manapun sebelumnya termasuk orang yang disebutkannya. Terlebih Pak Andika adalah seorang general manager perusahaan tempatnya bekerja dulu. Sangat tidak mungkin menurut Zahra.

"Jangan ngaco kamu, Tan. Pak Andika mana mau saya aku?"

[Jadi bukan sama Pak Andika?]

Zahra menghembuskan napas beratnya. Dari mana Intan punya pikiran seperti itu? Dasar aneh. 

Keduanya berbincang cukup lama. Bahkan Intan rela menghabiskan separuh waktu istirahatnya untuk teleponan dengan Zahra demi memuaskan rasa keponya yang meronta. Padahal, gadis yang selalu bersama Zahra itu paling anti menyia-nyiakan waktu istirahatnya. Banginya, itu adalah kesempatan emas untuk makan dan merelaxkan saraf-sarafnya yang kaku ketika diporsir di depan komputer. 

Tanpa Zahra ketahui, aktivitasnya berbincang dengan teman di telepon membuat seseorang meradang. Terlebih melihat raut bahagia dan senyum yang sesekali terpampang di wajahnya. 

"Apa dia selalu tebar pesona pada siapa saja?" gumam pria berwajah tampan itu dengan tatapan tajam menyorot laptop di hadapannya. 

"Cari tahu dengan siapa dia telepon! Saya nggak suka barang yang sudah saya bayar mahal diincar oleh orang lain," ucapnya datar pada salah seorang anak buahnya.

"Baik, Pak." 

Sepeninggal anak buahnya, pria dengan manik cokelat madu itu menggeram kesal. Membayangkan gadis yang ditatapnya melalui layar monitor berbicara dengan laki-laki lain. 

"Tunggu hukuman apa yang akan kamu dapatkan nanti, gadis nakal," ucapnya dengan senyum smirk yang mengerikan.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Imam Tak Sempurna   Misterius

    "Kamu ... pacarnya Dika?" tanya Al, dengan tatapan yang membuat Zahra bergidik.Sejenak istri Alvino itu menatap mata sang penanya, lalu beralih pada Andika yang juga menatapnya. Lalu ia menggeleng dan tersenyum tipis, sebagai jawaban kalau dia bukan pacar Andika. Entah hanya perasaan Zahra saja atau atau dia yang terlalu peka, pria itu tersenyum tipis mendengar jawabannya."Permisi, Assalamualaikum," pungkasnya.Dia melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari dua pria yang masih menatapnya itu. Sementara Intan yang sadar kalau sahabatnya benar-benar pergi langsung pamit dan mengejarnya.“Apa cewek itu yang sedang kamu incar? Dia … sepertinya biasa saja.” Al masih tak melepas tatapan dari Zahra yang mulai menghilang di antara kendaraan yang terparkir di depan kafe.“Ya. Kalau kamu hanya melihatnya sekilas saja, penilaianmu padanya hanya sampai situ. Secara fisik memang tak ada yang istimewa darinya. Bahkan banyak gadis yang

  • Imam Tak Sempurna   Tak Nyaman

    "Pak Dika? Kenapa bisa di sini?" tanya Zahra gugup. Tidak menyangka akan ketemu mantan atasannya di sini."Sama seperti kalian, saya juga mau makan siang." Dengan santai lelaki bernama Andika Mahardika itu duduk di samping Zahra, membuat gadis berhijab itu merasa terganggu. Ia menggeser kursinya sedikit menjauh dari pria yang ada di sampingnya. Sementara Intan menatap dua insan di depannya sambil mengulum senyum."Kenapa kamu resign tiba-tiba, Ra? Apa ada yang membuatmu nggak nyaman?"Sejak masuk ke kafe ini, Andika tak melepas tatapan dari mantan karyawannya itu. Ada rasa bahagia di dalam hatinya bisa bertemu di kafe ini. Entah, dorongan dari mana tiba-tiba ia ingin makan di kafe ini. Padahal biasanya pria yang menjabat sebagai General Manager itu lebih suka makan di ruangannya. Sejak mendengar kabar Zahra resign, lelaki itu jadi kebingungan mencari informasi tentangnya. Apalagi nomor Zahra sudah tidak aktif."Tidak papa, Pak. Kar

  • Imam Tak Sempurna   Bertemu Teman

    Suara mobil menderu di halaman rumah. Zahra yang sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu menyambut kedatangan suaminya, segera berlari ke balkon. Memastikan apakah benar suaminya yang datang atau orang lain. Dia tak berani mengambil resiko dengan bertemu Daniel lagi kalau nekat ke bawah sendirian.Senyumnya terukir di bibir tipis Zahra ketika melihat Eksan mendorong kursi roda Alvino memasuki rumah. Entah perasaan apa yang sekarang mendera, membuat gadis lulusan administrasi perkantoran itu berdebar-debar. Detik-detik menunggu pintu terbuka seperti seorang terdakwa yang tengah menunggu putusan hakim saja, hingga suara itu benar-benar menembus rungunya.Spontan Zahra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Menyambut kedatangan sang imam dengan senyum merekah meski ia yakin suaminya nggak bakalan bisa melihat."Sudah pulang, Mas? Mau langsung mandi atau-""Mandi," jawab Alvino cepat.Perasaannya masih bergemuruh me

  • Imam Tak Sempurna   Jenuh

    Sepeninggal suaminya, Zahra memilih untuk membereskan kamar. Sebenarnya kamar itu sudah rapi, sangat rapi malah. Namun karena tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan, ia mencoba menata ulang kamar tersebut. Mengganti sprei dan sarung bantalnya, mengganti korden, dan apapun yang bisa ia lakukan.Kegiatan itu lumayan bisa membunuh waktu sehingga kejenuhan yang mendera bisa terobati. Terbiasa bekerja di kantor, berdiam diri di rumah sangat membosankan. Terlebih segala sesuatu di sini dikerjakan pembantu, Zahra nyaris tak memiliki aktivitas selain melayani suaminya. Namun ketika sang suami keluar seperti saat ini, ia bingung mau melakukan apa. Ingatkan dia untuk meminta izin kembali bekerja.Di saat gadis itu hendak mendudukkan dirinya di sofa sambil menonton TV, gawainya berdering. Nama Intan, teman sekantornya terpampang di layar depan handpondnya."Assalamualaikum, Tan."[Ya ampun, Ra ... kenapa mengundurkan diri nggak bilang-bilang, sih?

  • Imam Tak Sempurna   Percobaan Pelecehan

    "Lepaskan dia!" ucap Eksan tenang. Entah sejak kapan pria kepercayaan Alvino itu sudah ada di belakang Zahra. Pembawaannya yang tenang hasil bentukan dari bosnya membuat Daniel merasa geram. "Nggak usah ikut campur, Lo! Tugas Lo itu ngurusi si cacat, jangan mengganggu kesenangan gue!" Daniel mencengkeram tangan Zahra dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. Gadis itu memberontak hingga akhirnya terlepas dari cekalan tangan pria buas itu. Beruntung Eksan datang tepat waktu sehingga dirinya selamat dari terkaman pria tak bermoral yang sejak awal ia datang sudah mengganggunya. Tak banyak kata yang terucap dari pria berbadan tegap itu. Dia hanya menatap Daniel dengan tatapan membunuh lalu memberi kode pada Zahra untuk keluar dari temp

  • Imam Tak Sempurna   Neraka Dimulai

    Pagi pertama di kediaman Alvino diawali Zahra dengan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semenjak menikah, pria itu sudah memutuskan hanya akan makan makanan buatana sang istri. Karena hingga saat ini ia masih belum bisa percaya pada semua penghuni rumah ini. Sementara pada wanita ini … entah mengapa ia memiliki sedikit kepercayaan. Roti panggang selai kacang dan segelas jus wortel campur tomat sudah siap untuk suaminya. Kali ini ia menyiapkan porsi lebih, berjaga-jaga kalau dirinya harus makan sisanya lagi. Pikirnya jika ia membuatkan sedikit lebih banyak, maka lelaki itu juga akan makan lebih banyak. Selain jus, ia juga membawakan air putih hangat. Langkah Zahra terhenti kala seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya menghadang jalannya. Dengan tatapan menilai, pria yang ia perkirakan seusia dengan suaminya atau mungk

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status