Berhubung renovasi kamarnya masih dikerjakan, sejak beberapa hari lalu Diandra dan Hans sudah pindah ke rumah utama. Seperti sebelumnya, selama beberapa hari setelah imunisasi, Hara akan sangat rewel sehingga membuat Diandra dan Hans harus ekstra sabar menghadapinya. Diandra yang kini tengah duduk bersandar pada sofa di kamarnya sambil memangku Hara menoleh ketika mendengar pintu terbuka secara perlahan. Ia melihat Hans masih mengenakan pakaian kantor memasuki kamarnya, bisa dipastikan jika suaminya tersebut baru pulang.
“Sudah tidur?” Hans menanyakan tentang Hara setelah duduk dengan sangat hati-hati di sebelah Diandra.
“Sudah, tapi belum lelap,” jawab Diandra dengan nada sepelan mungkin. Meski mata Hara sudah terpejam, tapi mulutnya masih aktif menyusu. “Setiap aku tidurkan di box-nya, beberapa menit kemudian Hara pasti bangun lagi dan menangis,” beri tahunya sambil membelai rambut lebat sa
Sejak seminggu lalu, Diandra dan Hans telah kembali menempati paviliun karena renovasi kamar tidur mereka sudah selesai. Mengingat sekarang hari Minggu dan berhubung Hara telah bangun, Hans mengajaknya berjalan-jalan sekaligus mencari udara segar di taman yang ada di kediaman Narathama. Hans sangat senang ketika Hara yang diletakkan di dalamstrollermenimpali perkataannya, meski hanya dengan gumaman tidak jelas.“Pagi, Hara,” Lavenia menyapa keponakannya dengan riang.“Pagi juga, Tante Ve,” Hans mewakili Hara menanggapi sapaan Lavenia yang baru kembali dari kegiatan berjogingnya. “Joging sama siapa, Tante?” sambungnya ingin tahu.“Sama siapa lagi kalau bukan dengan Om Damar, Sayang,” Lavenia tetap menjawab meski mengetahui jika pertanyaan tersebut mutlak milik Hans. Lavenia terkekeh ketika Hara tersenyum dan menanggapi ucapannya dengan celotehan tidak je
Hans mengabaikan tatapan heran dua orangsecuritysaat melihatnya tergesa-gesa menapakkan kaki di lobi kantornya. Ia menunggu kedatangan seseorang yang tadi mengatakan akan mengunjungi kantornya. Ketika matanya menangkap sebuah mobil sedan hitam yang sangat dikenalnya melaju melambat ke arah lobi, ia pun bergegas menghampirinya. Begitu mobil berhenti tepat di depannya, ia langsung membuka pintu penumpang belakang tanpa menunggu komando.Dengan sangat hati-hati Hans membantu Diandra yang tengah menggendong Hara keluar dari mobil. Tanpa diminta, ia mengambil tas yang berisi keperluan Hara. “Kamu bawastrollerjuga?” tanyanya ketika melihat Pak Amin menurunkanstrollerdari bagasi.Diandra mengangguk setelah berada di luar mobil. “Hans, ambillunch bag-ku di bangku depan,” pintanya setelah Hans menutup pintu penumpang belakang.Setelah Pak Amin meletakkanstrolle
Seperti yang sudah direncanakanya kemarin, hari ini Deanita akan mendatangi kediaman Diandra satu jam sebelum makan siang. Selain akan memberitahukan ulang mengenai acara pertunangannya yang dipercepat dan meminta Diandra untuk menemaninya ke butik milik Allona, Deanita juga ingin menikmati makan siang bersama sang adik. Deanita sengaja melarang Diandra memasak, karena ia sendiri yang akan membawakan menu makan siang untuk mereka nikmati bersama.Sambil menenteng beberapa tumpuklunch box, Deanita menunggu Diandra membuka pintu setelah ia menekan bel rumah yang menempel pada tembok. Setelah pintu terbuka, ia tersenyum gemas melihat wajah bantal keponakannya yang berada dalam gendongan sang adik.“Halo, Tante,” sapa Hara yang diwakilkan oleh Diandra. “Silakan masuk, Tante,” lanjutnya mempersilakan.“Halo juga, Sayang. Hara pasti baru bangun ya?” tebak Deanita sebelum mengi
Hans dan Diandra akhirnya meninggalkan kediaman Sinatra setelah acara pertunangan Deanita dengan Jerry usai. Lavenia dan Allona yang tadi juga hadir dan ikut menyaksikan acara pertunangan tersebut sudah pulang lebih dulu. Diandra bersyukur acara pertunangan sang kakak berjalan lancar, meski pada awalnya Deanita sempat bersedih karena mengingat mendiang ibu kandungnya yang tidak bisa menyaksikan salah satu peristiwa bersejarah dalam hidupnya.“Hans, apa yang kamu rasakan saat menyaksikan secara langsung mantan kekasihmu dilamar oleh laki-laki lain?” Diandra memecah keheningan ketika mereka berada dalam perjalanan pulang.Hans yang sedang fokus mengemudi, menoleh ketika mendapat pertanyaan tidak terduga dari Diandra. “Jika kamu berada di posisiku, kira-kira bagaimana perasaanmu?” Alih-alih menjawab, ia malah balik melayangkan pertanyaan sambil mengulum senyum.“Sudahlah, lupakan saja pertanyaa
Kebahagiaan yang baru saja dirasakan keluarga Sinatra atas pertunangan Deanita dan Jerry beberapa minggu lalu ternyata tidak berlangsung lama. Saat Deanita menengok Bu Weli yang tengah beristirahat di kamarnya, ia mengerutkan kening karena tidak menemukan sang nenek berbaring di ranjangnya. Setelah memanggil dan mencarinya di sekitar kamar, alangkah terkejutnya Deanita ketika mendapati sang nenek telah tergeletak di lantai kamar mandi. Meski benaknya dipenuhi kepanikan, Deanita akhirnya berhasil berteriak memanggil Bi Asih dan Pak Bayu agar membantunya membawa Bu Weli ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit dan neneknya mendapat penanganan dari tim medis, Deanita bergegas menghubungi Diandra.Di tempat lain, kaki Diandra melemas setelah mendapat kabar mengejutkan dari Deanita mengenai kejadian yang menimpa neneknya. Setelah Diandra mampu memperoleh tenaganya kembali, ia bergegas menuju kamar Hans untuk mengambil kunci mobil. Diandra akan meminjam mobil Hans u
Diandra terpaksa membuka mata ketika merasa ada yang tengah mengamati tidurnya. Benar saja, matanya langsung beradu dengan tatapan Hans yang intens. Beberapa detik sebelum mengalihkan fokusnya, Diandra membalas tatapan suaminya yang sedang berbaring menyamping menghadapnya. Seolah tersadar akan sesuatu, mata Diandra pun mengerjap dan tatapannya langsung beralih pada bayi mungil yang masih terlelap di tengah-tengah ranjangnya. Diandra tersenyum tipis karena pada akhirnya Hara kembali tidur setelah lelah bermain bersama Hans.“Ternyata anak Mama tidur lagi.” Diandra mencium kening Hara setelah mengubah posisinya menjadi duduk.“Aku harap kamu tidak menendangku, Dee,” celetuk Hans sehingga membuat Diandra kembali menatapnya.Diandra mengerutkan kening karena belum menangkap maksud ucapan Hans. “Kenapa aku harus menendangmu?”“Karena tanpa meminta izinmu terlebih dulu aku tidur di ranjangmu,” jawab
Bu Weli akhirnya membuka mata untuk pertama kalinya setelah dinyatakan koma oleh dokter sejak tiga hari lalu dan mendapat perawatan di ruangICU. Ditemani Hans, Diandra bergegas menuju rumah sakit setelah menerima kabar dari papanya mengenai perkembangan terkini kondisi sang nenek. Oleh karena itu, ia kembali menitipkan Hara yang sudah terlelap kepada sang ibu mertua dan adik iparnya.Setelah tiba di rumah sakit, Diandra dan Hans melihat Deanita tengah duduk sambil dipeluk oleh Jerry di samping pintu ruangICU, tempat sang nenek mendapat perawatan. Mereka yakin jika Deanita tengah menangis, sebab bahu wanita itu bergetar. Melihat pemandangan di depannya, seketika membuat pikiran Diandra diserang kekhawatiran.Melihat isyarat yang diberikan Jerry melalui anggukan kepala, Diandra mengajak Hans segera memasuki ruangICU. Begitu pintu terbuka, ekspresi sedih papanya yang berdiri di samping ranjang sang n
Akhirnya Hans merasa lega karena Diandra sudah tidak terlalu larut dalam kesedihan atas kehilangan sang nenek, sehingga membuat produksi ASI-nya lambat laun kembali normal. Merasa memperoleh kepuasan setiap menyusu membuat kerewelan Hara pun semakin berkurang. Selain lega, Hans juga menjadi lebih tenang saat meninggalkan istri dan anaknya ke kantor, sebab kondisi keduanya sudah kembali seperti sedia kala. Selama Hara dilanda kerewelan, Hans pun tidur di kamar Diandra. Tentu saja Hans sangat senang, karena pada akhirnya ia kembali bisa berbagi kamar dengan Diandra. Namun, ia tidak menjadikan hal tersebut sebagai celah untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan.Hans kini tengah kecewa, tapi ia tidak mau egois. Lagi pula ia tidak bisa secara sepihak menyalahkan Diandra yang menolak ajakannya untuk makan siang, sebab istrinya tersebut sudah lebih dulu mempunyai janji bersama Sonya. Setelah membalas pesan dari Diandra, Hans menaruh asal ponselnya di atas meja kerja