Share

Air mata

Penulis: Hilton
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-24 12:44:50

Bab 10 air mata

Pada hari ke 4 sebelum peristiwa penyelamatan aku terbangun dari tidur nyenyak. Dan melihat sudah pukul 6 pagi. Aku melakukan aktifitas seperti biasa melakukan tugas rumah yang sudah menjadi bagian ku. Hingga sesudah sarapan pagi pukul 7 lewat sedikit. Aku kembali ke kamarku dan tiba tiba aku teringat akan satu hal. 

  

Hari berlanjut tak juga si gadis malang menampakkan dirinya dalam bentuk apapun. Dia tidak datang dalam mimpi ataupun secara tiba-tiba di saat aku memikirkan dia.

Aku mengatakan hal ini kepada Jack dan juga paman Paull.

Dalam sebuah pesan singkat melalui telepon seluler aku mengatakan kepada paman, "paman bagaimana ini. Gadis malang itu tidak juga menampakkan diri dan juga memberitahukan aku akan petunjuk yang terakhir itu"

Akan tetapi paman belum membalasnya. Aku yang merasa dibohongi kemudian bergegas ke kamar Jack. 

Tok,tok,tok.. suara pintu kamarnya ku ketuk beberapa kali.

"Jack, Jack kau di dalam?"

"Ya masuk saja"

Ku dapati dia sedang bermain game dengan asyiknya sambil menyantap cemilan. 

"Ayolah ini masih siang dan belum saatnya kau makan cemilan ini!"

"Tidak masalah bukan aku sudah lapar, jika kau menginginkan nya ambil saja"

"Oh, yang benar saja. Aku ke sini untuk mengatakan sesuatu!" Sambil aku mencicipi cemilan itu.

"Ups, dimakan juga hehe." Ledek Jack padaku.

"Oh, benarkah kau tidak ingin mendengar kan apa yang ingin ku sampaikan?"

"Ya, ya, ya katakan saja. Jangan habiskan cemilannya!" Dia meledekku karena ketagihan dengan cemilan itu.

"Baiklah, aku ingin mengatakan gadis malang yang meminta bantuan kepada ku tidak datang lagi kedalam mimpi ku. Apakah ini tidak benar dia meminta bantuan kepada ku?"

"Mungkin saja rohnya di tahan oleh mahkluk yang ada di tubuh ayahnya"

"Apakah benar begitu? Terus mengapa saat itu dia masih bisa berkomunikasi dengan aku? Seharusnya dia sudah menyegelnya lebih awal bukan?"

"Bisa jadi dia bersembunyi agar tidak di ketahui oleh roh jahat itu" 

"Seperti film saja"

"Kita tidak tahu apa yang terjadi."

"Jika memang benar begitu, bagaimana dia nanti memberikan kita informasi?"

"Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Mungkin dia saat ini mencoba untuk meloloskan diri dari roh jahat itu."

"Kau benar juga. Sepertinya aku harus menunggu."

Kemudian pembicaraan pun di alihkan dengan sejarah yang di ceritakan ayah dan ibu kemarin.

"Jack, menurutmu benarkah keluarga Morgan itu ada?" 

"Ya, aku pernah mendengarnya."

"Benarkah?"

"Tapi ini dari cerita teman ku. Dia bilang setiap keluarga Morgan itu memiliki kemampuan sihir atau semacamnya. Dan juga mereka bersifat arogan dan ingin enak sendiri"

"Siapa nama temanmu?"

"Willi, tapi tampaknya dia hanya bercanda"

"Benarkah, apakah tidak ada lagi yang lain mengenai kisah keluarga Morgan?"

"Ada, tapi ini dari kisah orang di sekolahku. Katanya keluarga Morgan saat ini memiliki seorang putri cantik yang memiliki kekuatan Supranatural dalam dirinya. Oleh karena itu dia di kurung dan tidak bisa keluar dari rumah meskipun hanya sebentar saja. Sampai sekarang putri mereka itu hanya bisa berjumpa dengan sesama keluarga mereka saja. Itupun hanya perempuan saja. Karena mereka takut putri cantik mereka jatuh cinta kepada orang yang salah."

"Sungguh malang nasib gadis itu"

"Sungguh apa kau se kasihan itu? Kau bahkan tidak tau kebenaran nya"

"Meskipun seperti itu, baik belum ada kebenaran dari kisah itu. Semua orang pasti iba dan kasihan."

"Ayolah Andrew, hatimu terlalu baik. Kau bahkan sangat baik"

"Itu bukan masalah, sebagai seorang Abang bagimu aku harus memiliki sifat yang baik untuk kau contoh"

"Oh, ayolah. Baru saja aku mengatakan kau baik, kau sudah memakan banyak sekali camilanku!"

"Hahaha, maaf" aku pergi meninggalkan dia sambil mencomot satu demi satu camilannya. 

"Oh, come on" dia tampak melototi ku karena kesal makannya tinggal sedikit.

"Nanti akan ku ganti,hehehe"

"Sudah pergilah, aku ingin menghabiskan waktu memainkan game ku."

Setelah pupus dari kamar Jack aku melihat ayah sedang duduk di kursi ruang tengah sambil memakan cemilan.

"Ayah, sedang sibuk?"

"Tidak, apa kau melihat ayah mu ini sibuk?"

"Hehehe tidak ayah"

"Kemari lah! Apa yang ingin kau sampaikan?"

"Begini ayah, saat ini aku sudah lulus dari sekolah. Sebentar lagi aka ada ujian untuk masuk ke universitas. Padahal aku tidak tertarik untuk kuliah. Apakah aku bisa bekerja dan membantu ayah saja menggantikan ibu!?"

"Ayah menyarankan engkau untuk memilih apa yang ingin kau anggap itu baik. Jika kau benar-benar tidak ingin kuliah. Atay kau ingin membantu ayah saja. Itu tidak masalah. Hanya saja pikirkan juga masa depan mu."

"Aku akan memikirkannya ayah, tetapi ada baiknya aku menunggu Jack saja. Biarlah nanti kami berdua masuk sekaligus. Saat ini ijinkan aku untuk bekerja bersama ayah."

"Jika itu mau mu, kita akan bicarakan dengan ibu"

"Baik ayah terimakasih" kemudian aku yang berada dekat di sampingnya memeluknya dengan erat dan berucap, "ayah terimakasih sudah mau menyayangi aku dan Jack meskipun kami dulu menganggap ayah sangat tegas, ternyata ayah sangat baik."

Seketika ayah tampak terharu akan hal itu. Sudah sekian lama sejak aku masih kecil berumur 6 tahun Itulah terakhir kalinya aku memeluk dan di peluk olehnya. Alasannya karena dia tidak ingin aku dan Jack di manja lagi. Hingga saat ini. Perasaan seorang ayah yang dulu selalu memelukku dan juga Jack saat masih belum berumur 6 tahun akhirnya merasa lega. Sebab aku dengan tiba-tiba memeluknya sambil mengatakan terimaksih. 

Dia dengan respon sebagai seorang ayah yang sudah lama tidak di peluk dan memeluk anaknya dengan sigap dia memeluk diriku kembali dan mengatakan sepatah kata.

"Terimakasih, ayah bangga kepada kalian. Walaupun ayah begitu keras dulu mendidik kalian tapi kalian tetap sayang kepada ayah"

Aku merasa sepertinya ayah meneteskan air matanya di bajuku. Tapi segan rasanya aku menanyakan kenapa dia menangis.

Ibu yang tadi, berada di dapur tak sengaja melihat kami berdua berpelukan seperti melepas rindu. Ibu yang ingin mengambil daun selada di pot depan rumah ikut terharu. 

"Oh, kalian berdua seperti tidak berjumpa sudah sekian lama"

"Ibu, sudah disini" dengan segera ayah melepaskan pelukannya dia sepertinya malu di lihat oleh ibu sedang meneteskan air mata di depan anak lelakinya.

Kemudian dia berdiri dan menjumpai ibu. 

"Ibu mau kemana?"

"Tidak, ibu hanya ingin mengambil dau selada"

"Ya sudah biar ayah saja yang mengambilkannya. Ibu kembali saja ke dapur."

Dengan segera ayah pergi mengambilkan daun selada dan memberikan kepada ibu di dapur.

Ayah yang saat itu seperti masih di bawah perasaan emosional nya, dia melemparkan senyuman ke arah ku dan pergi memberikan selada itu kepada ibu.

Dengan sengaja aku membuntuti ayah dari belakang. Sesampainya disana. Mereka berdua berbincang.

"Bu, ibu tahu tidak. Andrew baru saja memelukku sudah sekian lama"

"Bagaimana perasaanmu? Apakah dia tampak seperti dulu lagi?"

"Aku merasakan, betapa cepatnya mereka tumbuh se dewasa ini. Tidak terasa dia sudah 18 tahun dan adiknya 16 tahun. Kita sebagai orang tua mereka juga sudah tua."

"Ayah, semua pasti akan menjadi dewasa dan terlebih lagi kita juga pasti akan mati. Kenapa ayah begitu lembut sekali hari ini? Tidak seperti biasanya tegar bahkan meneteskan air mata saja tidak pernah"

"Aku merasakan bahagia yang sangat luar biasa Bu, karena akhirnya bisa di peluk lagi oleh anak sendiri yang kini sudah besar dan sebentar lagi akan dewasa dan meninggalkan kita berdua."

"Dari dulu apakah ibu juga selalu takut merasa kehilangan mereka, tapi sekarang ayah sudah tahu bagaimana rasanya kan?"

"Iya Bu, rasanya aku tidak ingin memberikan kesan yang kurang kepada mereka. Jika boleh aku akan menghabiskan waktu lebih lama lagi kepada mereka berdua dan tidak akan se keras dulu lagi saat mendidik mereka."

Aku yang berdiri dan menyaksikan perbincangan mereka terharu. Dengan segera aku berlari dan memeluk mereka berdua.

"Ayah, ibu. Terimakasih sudah sayang kepada kami berdua. Andrew janji tidak akan mengecewakan kalian berdua"

Mereka pun menyambut pelukan itu dan merasa kaget, kalau aku mengamati perbincangan mereka. 

Hingga akhirnya air mata dan juga tangis pecah. Seperti sedang bertemu dengan orang yang sudah lama hilang saja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Indra Keenam   63

    Paman Paul ikut membantu melepaskan Jack dari penculikan.Mereka berenam mulai menyusun rencana bagaimana agar bisa meloloskan Jack dari tahanan para penculik sialan itu.Mereka memikirkan bagaimana caranya agar tidak memberikan kitab itu kepada para penjahat tersebut. Karena Andrew mengingat apa yang dikatakan oleh pamannya Paul agar dia menjaga kitab tersebut dengan hati-hati dan jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah. Apalagi penjahat yang coba-coba untuk meneror ketenangan keluarga mereka."Aku punya ide, bagaimana sebaiknya aku mengabari paman Paul saja?" Seru Andrew memberikan pendapatnya kepada mereka semua."Paman Paul? Aku belum pernah mendengar itu sebelumnya Andrew? Kenapa kau tidak pernah menceritakan tentang paman Paul kalau kau punya seorang paman.""Maafkan aku soal itu"Seorang penjaga yang bernama Clark yang mengenal tentang paman ya Andrew mengatakan, "Tuan Paul, sudah lama ak

  • Indra Keenam   62

    "Aku lupa menanyakan dia mengenai tanda lahir yang dia miliki.""Tidak apa-apa, masih ada lain kesempatan untuk menanyakannya," Peter menepuk pundakku."Tapi bagaimana jika dia tidak bisa datang karena, orang tuanya...""Sudah jangan terlalu khawatir, biarkan terjadi secara alami nak.""Alami apanya, itu akan mengulur waktu saja ayah.""Tenang. Jangan berlebihan nak."***POV AuthorDisisi lain Layla mengahadapi masalah baru.Dia dicurigai oleh ayahnya."Dari mana saja? Ayah cari kamu kemana-mana tapi tidak kelihatan.""A... aku baru dari luar ayah," jawab Layla dengan kepalanya menunduk."Ikut ayah.""Baik ayah," mereka menuju sebuah ruangan khusus."Kemana kau seharian ini?"

  • Indra Keenam   61

    "Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..

  • Indra Keenam   60

    "Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..

  • Indra Keenam   59

    Karena Layla belum juga pulang, ibu menyuruh aku untuk mengajak Layla menghabiskan waktu berdua.Aku membawa dia kesamping rumah, karena suasananya disana cocok untuk mengobrol empat mata dengannya. Juga disamping rumah ada taman kecil dan juga ayunan dan kolam ikan punya paman Paul."Wah ini tempat yang bagus. Boleh kita duduk disana saja?" dia menunjuk kearah ayunan."Oke baiklah kalau kau mau duduk disana," jawabku. Aku membawanya kesana. Dia duduk dengan tersenyum. Mungkin dia teringat dengan masa kecilnya."Jadi apa tujuanmu sebenarnya ke sini?" tanyaku pada Layla,"Sebenarnya aku kesini ingin bertemu denganmu.""Kenapa?""Hemm, aku hanya ingin memastikan saja ini alamat rumahmu yang sebenarnya atau tidak.""Memangnya kamu tidak percaya dengan alamat yang aku berikan?"

  • Indra Keenam   58

    "Permisi!"Tuk... tuk... tuk..."Permisi!"Suara perempuan memanggil dari luar."Tunggu sebentar!"Teriakku dari dalam.Tumben ada suara perempuan yang mengetuk rumah. Biasanya tamu selalu membunyikan bel. Mungkin dia tidak melihat tombol bel di sana.Saat aku membuka pintu ternyata yang datang adalah Layla."Hey, kenapa kamu datang ke sini?""Kebetulan aku lewat dari sebelah sini," dia mengibaskan rambutnya."Oh, kalau begitu ayo masuk," aku mengajak dia masuk kedalam rumahku."Tunggu sebentar ya," dia melepaskan sepatunya."Ti... tidak usah dibuka...""Udah nggak apa-apa""Siapa nak?" tanya ibu."Tamu bu," Jawabku."Ibu dengar sepert

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status