Share

Patah semangat

Bab 11 jangan patah semangat!

Hari berganti begitu cepatnya. Sudah ketiga harinya gadis malang itu tak juga menunjukkan batang hidungnya.baik dalam mimpi atau apapun. 

Aku mulai merasa dibohongi oleh gadis itu. Aku merasa sepertinya sia-sia sudah mempelajari kitab itu dengan sungguh sungguh. 

Aku yang terbangun dari tidur, langsung teringat kepada gadis malang itu. Mengapa dia tak menampakkan dirinya. Apakah yang dikatakan Jack benar adanya? Tapi mengapa mesti harus seperti ini jadinya. Aku sepertinya kepikiran dengan hal ini karena perasaan ku yang sangat lemah lembut dan juga perhatian dengan orang lain meskipun itu tidak ku kenal pasti aku akan ku tolong bagaimana pun caranya. Mungkin sifat ini lah yang membuatku merasa kasihan kepada gadis malang itu. Terutama jika menyangkut mengenai masalah nyawa yang dipertaruhkan. 

Kegusaran seperti orang ber dilema membuat hari-hari ku menjadi kurang semangat. Sungguh walaupun ini hanya permintaan dari se sosok roh gadis malang itu, namun aku seperti memiliki rasa menggebu untuk menolongnya.

Hari ini tepat pukul 08.00 pagi aku yang Se usai menikmati sarapan pagi menimbulkan rasa kecurigaan at yah terhadapku, karena perawakan ku tampak seperti ada masalah yang mengganjal. 

Begitu aku menyantapnya, karena aku merasa kesal dengan gadis malang yang tidak juga kunjung datang membuat ku tidak membaca bahkan tidak memegang kitab itu sama sekali. Hingga waktu berjalan dan berjalan begitu cepatnya. Tidak terasa sudah waktunya jam makan siang. Aku yang sedari tadi berada di kamar mencari kesibukan sendiri membaca novel horor. 

Dalam setiap kisah horor yang ku baca kebanyakan roh jahat itu sangat meraja lela ingin menguasai tubuh seseorang yang memiliki ruang untuk di tinggali nya. Biasanya orang-orang yang mengikat perjanjian dengan mereka yang di masuki oleh roh jahat, karena tidak mampu memberikan imbalan atau sebagai ganti dari apa yang dia minta. Sehingga mengundang kemurkaan dari roh jahat itu dan mulai menguasai tubuh atau raganya dan juga batinnya.

Hingga lama kelamaan roh itu akan menguasainya seutuhnya, meskipun ada sebagian masih bisa selamat itu karena ada orang yang menolong dan juga dengan sigap keluarganya segera membawanya untuk di obati, ya di obati secara supranatural juga. 

Dengan kisah-kisah novel begini, membuat aku merasa sedang dalam novel itu. Ya, berperan sebagai pemeran pembantu sekedar memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. 

Tidak terasa jam makan siang sudah di depan mata. Perut mulai keroncongan. Cacing perut mulai menari-nari didalam sana seperti cacingan. Aku yang sibuk dengan novel horor dikagetkan dengan ke hadiran Ayah dari balik pintu kamar hendak menyuruhku makan siang. Tumben ayah kali ini pulang dengan cepat. 

"Andrew, kau sedang apa nak?"

"Ayah," aku terkejut mendengar suara ayah dari balik pintu itu sambil melepaskan headset yang terpasang hanya satu saja di telingaku. 

"Iya, ini ayah kenapa kamu terkejut? Sedang apa anak ayah Siang-siang begini di kamar sendirian?"

"Tidak ayah, Andrew hanya membaca novel ini saja" sambil aku menunjukkan kepada ayah novel yang ku baca.

"Ayah kenapa ke sini tumben?"

"Tidak, ayah ke betulan saja kepikiran kamu tadi pagi ayah kira kamu punya masalah, soalnya wajah kamu tadi sepertinya ada masalah!"

Dalam hati aku berbicara, 'kenapa ayah bisa tahu aku ada masalah, apa karena wajahku terlihat jelas muram ya?'

"Kenapa bengong nak?"

"Eh..nggak ayah. Mungkin aku yang kecapean"

"Benar begitu? Tidak ada masalah lain? Coba beritahu ayah semuanya!" Ayah mengacak-acak rambutku untuk membuat ku mulai mau berbicara jujur padanya.

Sepertinya ayah masih menganggap aku seperti anak kecilnya, tapi tidak apa-apa aku justru senang dengan ayah yang tidak begitu keras lagi kepadaku seperti dulu.

"Ayah aku sepertinya di bohongi oleh sosok gadis malang itu!"

"Kenapa kau katakan begitu sayang"

"Buktinya dia tidak datang ke dalam mimpiku mengenai benda terakhir yang di butuhkan untuk menyelamatkan ayahnya dari bencana yang sudah mengintainya."

"Dengan demikian anggaplah mungkin dia sedang menguji kesabaran dan juga apakah kau setia dan benar-benar ingin menolongnya. Kebanyakan orang yang memiliki kesempatan seperti ini di sia siakan saja begitu. Ingatlah apa yang baik bagimu. Setiap kali kau menginginkan apa yang baik bukankah pasti ada kesulitan dahulu sebelum engaku menikmati dan merasakan apa yang kau inginkan? Jiwa muda mu masih lah belum seberapa untuk mengalami hal seperti ini. Masih banyak cara yang bisa dilakukan agar tidak menjadi seperti ini. Bisa saja gadis itu sebenarnya mengamati dan melihatmu di sini bagaimana kau akan menyelamatkan ayahnya. Atau bahkan dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk bisa memberitahukan mu mengenai hal yang kalian butuhkan untuk menyelamatkan ayahnya. Bahkan dia mungkin menganggap jangan samapi ketahuan oleh siapa pun termasuk roh yang ada di dalam tubuh ayahnya. Atau dia sedang terhalang sesuatu di luar sana."

Yang dikatakan ayah benar adanya. Pikiranku mulai terbuka oleh perkataan bijak ayah.

"Baiklah ayah, semoga saja gadis itu melihat dan dengan segera memberitahukan aku apa benda terakhir yang ku butuhkan sebelum waktunya terlambat"

"Lalu bagaimana langkah selanjutnya yang akan kau ambil?" Ayah mencoba mencari tahu apa pendapat dan rencana yang akan ku buat.

"Jika harus menunggu sampai dia datang lagi, tentu saja aku akan membaca dan berlatih lagi mengenai mantra pengusiran roh jahat itu dari dalam tubuh ayahnya. Sisanya jika memang benar-benar dia datang dan memberitahu semua yang ku butuhkan aku akan segera memberitahukan kepada ayah dan juga paman mengenai hal ini. Tentu saja aku membutuhkan bantuan kalian sebagai keluarga dan juga orang terdekat bagi ku"

"Jika memang benar begitu, ayah ingin melihat wajahmu tersenyum kembali" dia sambil melontarkan senyuman manis dari pipinya. Kemudian aku ikut tersenyum juga.

"Terimakasih ayah, sudah memberikan aku nasihat yang luar biasa ini" pikirku dalam hati.

"Kali begitu ayo kita turun dan makan siang! Sore ini ayah mau ke toko perlengkapan mungkin akan melintasi rumah gadis malang yang kau sebut itu"

"Paman Walker maksud ayah?"

"Ya, paman Walker" ayah kemudian melangkah lebih awal dan di ikuti dengan aku dari belakangnya menyusul ke meja makan. 

"Ayah, bang Andrew," suara Jack tiba-tiba terdengar dari arah pintu depan rumah yang baru saja pulang dari sekolah. Di ikuti dengan menyalami tangan ayah.

"Anak ayah sudah pulang, ayo kita makan siang bareng?" Pinta ayah agar Jack dengan segera mengganti seragam sekolahnya.

"Baik ayah, Jack akan berganti baju sebentar saja"

"Cepatlah, anak muda aku sudah lapar" pinta ku dengan nada bercanda.

"Iya, iya, aku hanya sebentar"

Beberapa menit setelahnya. Jack sudah mengganti pakaiannya dan menuju ke meja makan. Dengan hidangan yang sudah siap santap dan lahap kedalam mulut dan di olah menjadi energi untuk tubuh terhidang begitu menggoda di hadapan mata. Kemudian ayah mengambil sikap untuk berdoa dan memimpin doa makan di ikuti dengan kami mendengarkan doa dari nya.

Lahap begitu lahap aku memakan makanan siang itu, sepertinya selera makan ku mulai kembali. Setiap sendok dan juga tegukan air segar membuat dahaga lapar ku terpenuhi. Cacing didalam perut mulai tenang dan tak berbunyi lagi. Sungguh nikmat masakan ibu.

"Wah, kamu makan cukup banyak sayang. Apa masakan ibu se enak itu?" Tanya ibu padaku di ikuti rasa senang karena nafsu makan ku bertambah. Mengingat tubuhku tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu kurus. Hanya saja ibu selalu menyuruhku untuk lebih gendut sedikit lagi.

"Iya Bu, enak sekali. Andrew jadi ingin makan terus. Sayangnya ga muat lagi. Nanti Andrew lanjut kalo masih muat, hehehe"

"Ah, anak ibu bisa aja. Memang selalu. Enak ko masakan ibu. Paling-paling masakan ayah kamu kemarin yang gagal" ejeknya kepada ayah. Memang kemarin makan malam di bantu ayah dan sebagian ayah yang menyiapkan bahkan hampir sebagian besar, namun rasanya kurang berkesan alias sedikit ke asinan. Kalo di mata chef pasti di gagal.

"Ibu, jangan gitu dong, ayah jadi malu karena masakan kemarin."

"Hehehe," ibu tertawa kecil. 

"Iya Bu Jack jadi masih ke ingat sama rasa asin sambal merah buatan ayah juga waktu itu. Jadi kayak masih lengket saja di lidah"

"Kamu Jack bisa aja"

Kemudian makan siang di sudahi dengan habisnya makanan di piring masing masing. 

Hingga kami kembali melemparkan canda tawa. Sesekali meledek masakan ayah yang beberapa kali gagal. Meskipun begitu ayah pernah masak makanan dan rasanya enak, mungkin saja bisa jadi di bantu oleh ibu.

Hingga suasana hening sejenak yang di akhiri dengan tawa Jack yang cukup kuat. 

Dalam hati aku berkata, 'Jack suara mu kuat sekali, kau tampak bahagia'.

Seketika aku teringat dengan sejarah keluarga kami pada waktu itu yang di kisah kan oleh ayah dan ibu di gudang bawah tanah.

"Ayah, ibu memang benar kah dulu kita punya kekuatan sihir atau semacamnya?" Aku mencoba membuka pembicaraan yang tadinya hening seketika di isi dengan suara pertanyaan ku dan di ikuti oleh jawaban dari ayah dan ibu.

"Kenapa kau teringat akan hal itu nak" tanya ayah.

"Iya kenapa kamu tiba-tiba mengalihkan pembicaraan sayang?" Tanya ibu lagi.

Aku yang sudah terlanjur mengatakannya tidak mungkin menarik ucapan lagi. Akhirnya ku beranikan berkata, "sebenarnya. Aku masih penasaran ayah. Jika demikian apakah paman Walker ayah gadis malang yang meminta bantuan itu apakah dia juga merupakan keturunan Paxly?" 

"Kalua masalah itu ayah kurang tahu nak" kemudian di ikuti dengan jawaban ibu.

"Iya sayang, mungkin saja dia dari keluarga asing bukan termasuk keluarga Paxly. Seharusnya mereka sudah kenal dekat dengan kita. Benar gak ayah?" Tanya ibu kepada ayah kembali.

"Iya bener yang dikatakan ibu mu Andrew. Seharusnya dia sudah dekat dan akrab dengan kita. Selama ini dia belum pernah bahkan tidak pernah menegur ayah, jika benar dia keluarga Paxly."

Dalam hati aku juga berfikir, 'benar juga yang di katakan ayah' namun aku masih penasaran juga.

"Memangnya mereka sudah berapa lama di sini ayah?"

"Ayah rasa dia sudah cukup lama juga tinggal di sini, namun tampaknya dia orang yang tidak suka komunikasi. Terutama saat gadis kecilnya di katakan hilang dan belum di ketahui sampai sekarang."

"Gadis kecil? Bukankah itu gadis yang menjumpai dan meminta pertolongan dari ku?"

"Ayah kurang tahu pasti, tapi Walker seperti nya langsung menutup kasus begitu saja, sehingga tidak tau pasti bagaimana kelanjutannya. Meskipun ada yang mengatakan dia yang membunuh gadis kecilnya sendiri."

"O, begitu ya" suasana menjadi hening dan akhirnya ibu mencoba untuk tidak mengungkitnya lagi dan mengalihkan topik pembicaraan.

"Bagaimana sekolah mu tadi Jack?"

"Aman, aman saja Bu."

"Baguslah kalau begitu, jika ada kendala katakan saja pada ibu ayah atau Abang mu ini!"

"Siap Bu"

Ya sudah bantu ibu mengantarkan ini ke dapur. Biar nanti ibu yang mencuci dan merapikan nya langsung.

Kami akhirnya bubar dari meja makan. Di ikuti dengan ayah terlebih dahulu mengangkat telepon dari kantor tempat ia bekerja. Kemudian aku menyusul dan menuju lantai atas. 

Selama berdiam diri di kamar aku kemudian mencoba menggapai dan mengambil kitab itu di atas rak buku yang cukup tinggi hingga aku harus berjinjit untuk mengambilnya.

Setelah ku dapat kitab itu. Kucoba membuka lembaran demi lembaran setiap kitab sambil menuju ke arah kasur empuk milik ku.

Ku rebahkan tubuh ini dengan posisi telungkup sambil membaca setiap kata demi kata dari setiap huruf yang terukir indah di dalam kitab itu. Ejaan dan bisikan yang keluar dari mulutku memenuhi ruangan kamarku 

Entah mengapa semangatku seperti kembali pulih dan ingin segera menguasai mantra dalam kitab itu. Ditengah asiknya aku membaca dan mempelajari isi kitab itu, seketika ponselku berbunyi dan berdering dengan nada yang khas. Ternyata dari paman Paul yang bertanya mengenai roh gadis malang itu. Dalam isi pesannya berisi begini, "Andrew apa kabar? Bagaimana dengan roh gadis yang minta tolong kepada mu, apakah dia masih datang dan memberitahu kepada mu apa yang diperlukan? Paman pasti akan menolong mu sebisa paman! Juga bagaimana dengan ayah dan ibumu apakah mereka mengetahui akan ke jadian ini? Kau tidak memberitahu bahwa paman akan membantu dalam misi ini bukan?"

Membaca pesan itu dengan sigap aku mengetik dan membalas pesan yang di berikan paman kepada ku. "Paman sesungguhnya roh gadis malang itu tidak datang beberapa hari ini. Sejujurnya aku sudah mulai patah semangat. Berkenaan dengan ayah dan ibu sebenarnya mereka tidak khawatir dan belum tahu paman sebenarnya ingin membantu ku untuk menolong paman Walker ayah tiri gadis malang itu. Paman, apakah aku masih perlu berlatih dan menolong gadis itu? Hatiku juga tidak tenang tidak mendengar kabar darinya."

Dalam pesan ini aku mencoba menutupi bahwa ayah dan ibu sudah tahu bahwa paman akan menolong aku menyelamatkan ayah tiri gadis itu. 

Selang beberapa menit, kemudian ponsel kembali menyuarakan notifikasi tak lain itu dari paman Paul yang membalas isi pesan ku.

Aku membuka ponsel dan melihat dan membaca isi jawaban dari pertanyaan ku tadi. 

"Jika benar begitu, jika roh gadis itu tidak kunjung datang dalam mimpi atau apapun untuk menemui mu ini berarti karena roh jahat yang lebih kuat darinya sedang mengurungnya! Beritahu paman jenis apa roh jahat itu!?"

Kemudian aku membalas pesan itu kembali, "dari kitab yang paman berikan roh jahat itu ditulis dengan huruf berwarna merah. Sepertinya itu adalah roh yang cukup kuat. Sebenarnya apa hubungan dengan roh jahat itu paman?" Tanya ku balik dalam pesan itu.

Jika benar ada hubungannya antara roh gadis itu dengan roh jahat itu bagaimana bisa dia tidak menampakkan diri kepada ku? Toh juga dia mahluk astral yang bisa menapakkan diri sesuka hati, dalam pikiranku.

Kemudian notifikasi ponselku berbunyi lagi, kubuka dan ternyata itu pesan suara dari paman Paul. Isinya cukup membuatku kaget, "dari yang paman pernah tahu roh dengan tulisan berwarna merah dalam kitab itu memiliki kemampuan yang cukup kuat, bahkan dia bisa menyegel dan juga memerintah roh di bawah levelnya untuk tidak melakukan apa yang tidak ia sukai. Bisa saja roh gadis malang itu di segel atau di kurung di sebuah tempat."

Dalam otakku berfikir, ternyata tidak hanya di dunia manusia yang begitu. Dalam dunia roh juga memiliki hukum seperti hukum rimba. Siapa yang terkuat itu yang pasti memegang kuasa dan memerintah se enak hatinya.

Kemudian aku secara langsung menelpon paman, namun ponselnya tidak bisa di hubungi. 'nomor yang anda tuju tidak bisa menerima panggilan' begitulah suara ponsel ku yang mencoba menelpon paman secara langsung. Sayangnya paman tidak bisa menerima panggilan, mungkin paman ke habisan baterai atau bagaiman?

"Ya sudahlah, nanti aku coba hubungi lagi" begitulah ucapku dengan cukup pasrah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status