Bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi, tetapi Bulan dan kedua sahabat nya sudah nongkir di kantin. Bukan membolos, guru mereka sedang absen dan tak memberikan tugas apapun. Jadi, daripada tidur di kelas lebih baik ke kantin, siapa tau ketemu cowok ganteng.
"Bu Sri! Bakso satu, mie ayam dua, sama es teh tiga." Teriak Salsa yang baru saja mendudukkan diri di kursi kantin.
"Okee." saut Bu Sri sembari mengacungkan jempolnya.
"Lo serius udah putus dari Dirga?" tanya Rinjani yang tengah mengoles lipbam di bibirnya.
Bulan yang tengah membalasi pesan w******p para cowok-cowok itu menoleh dan hanya mengangguk malas.
"Gak usah galau Lan, antrian lo masih panjang."
Lagi, Bulan hanya mengangguk saja.
"Eh Rin lo tau gak? Temennya Reyhan, itu siapa sih yang main piano?" tanya Salsa tiba-tiba.
Rinjani mengarahkan kedua matanya ke atas, sedang mengingat sesuatu. "Laskar maksud lo?"
"Jadi namanya Laskar." Guman Salsa.
"Kenapa? Lo suka sama dia?" tanya Bulan, kepo.
Salsa menahan senyum dan mengangguk semangat. "Gue gebet boleh kali yaaa."
"Boleh! Sekali-kali gitu ngrasain gimana rasanya punya cowok anak band, enak kali ya tiap hari dinyanyiin. Makin cintaaa" imbuh Rinjani, mulai menghubungkan kabel halunya.
"Lets get it!!!" Salsa mulai membuka ponsel, mencari koneksi untuk mendapatkan nomor Laskar.
"Kenapa gue punya temen playgirl semua?" kata Rinjani menatap Bulan.
"Gak sadar lo!" Telak Bulan.
Salsa ngakak.
"Rin... yang jadi playgirl itu gue..." tunjuk dirinya sendiri."Elo gak mampu mbak?"Bulan ikut ngakak bareng Salsa, sedangkan Rinjani, cewek itu tengah terpojok sendiri.
"Playgirl itu bukan kesalahan Rin. Kita sedang seleksi, masa depan gak dateng dua kali!" Bijak Bulan dengan senyum mengembang.
Rinjani mendelik. "Sialan lo!"
"Tapi lo juga nikmatin kan?" Goda Salsa
"Ya iyalah. Bego banget, gue cantik! Gak mungkin dong menyia-nyiakan cogan. Nikmat mana lagi yang lo dustakan!"
"Itu baru temen gue!" Rangkul Bulan, yang dibalas dengan kerlingan mata Rinjani.
"Lan! Lo gak cari pacar baru?" tanya Rinjani
"Ngapain lo nanya-nanya gitu ke Bulan? Jangan bilang mau lo kenalin cowok baru?"
Rinjani mengangguk, menatap Bulan meminta kepastian.
"Lo gak usah repot-repot, gue bisa cari sendiri!" jawab Bulan.
Rinjani cemberut, gagal sudah impiannya menjadi mak combrang.
"Kalau gue jodohin mau, Lan?"
Mendengar ucapan Salsa, baik Bulan dan Rinjani menoleh curiga pada Salsa.
"Sama siapa?" tanya Rinjani, kepo.
"Karna kebetulan lo jomblo, dan cowok ini juga terbilang single. Gue rasa kalian bakal cocok deh."
"Gak usah bertele-tele. Langsung aja siapa?" greget Bulan
Salsa tersenyum manis. "Reyhan Bintang Abizar!"
"Sinting lo!" umpat Bulan
Salsa menyenggol lengan Bulan. "Ish... Buka mata batin lo! Liat aura dinginnya yang begitu meluluh lantakkan hati" dramatisir cewek itu.
"Lo perlu diruqiah biar sadar!" jawab Bulan sedikit kesal.
"Tapi Lan, Salsa ada benernya loh. Kali aja kan aura dinginnya bisa bikin lo insaf dari playgirl. Lagian kalian juga bisa double date nanti."
"Jangan resek deh!"
"Utututu Rembulan ku ngambek, sini sini gue belain. Rin, stop! Lo perlu cuci otak!" bela Salsa pada Bulan.
Rinjani memutar bola mata malas.
"Girl! Gimana kalau nanti malam kita ke club?" Ajak Rinjani tiba-tiba yang langsung diangguki Salsa dan Bulan.
Sudah bukan rahasia umum jika Bulan cs, sering keluar masuk club. Meskipun begitu, jangan berburuk sangka dulu, mereka kesana hanya untuk bersenang-senang. Bohong jika mereka tak pernah menyicipi minuman disana, sering! Tapi mereka tak melakukan hal lain lagi, hanya minum atau bersantai tak lebih dari itu.
Bulan bukan anak broken home, real Bulan hanya ingin bersenang-senang dengan kehidupannya saja. Berbeda dengan kedua teman Bulan, Salsa adalah anak broken home. Ayah dan Ibunya sudah perpisah sejak dua tahun lalu, disebabkan adanya orang ketiga. Salsa memiliki seorang adik cowok yang juga tinggal bersama ia dan ayahnya.
Sedangkan Rinjani adalah anak angkat di orang tuanya yang sekarang. Bulan tak akan menjelaskan ini! Yang pasti Rinjani belum bisa berdamai dengan orang tua kandungnya.
Kembali pada mereka, ketiga nya tengah sibuk bermain ponsel. Sudah pasti membalasi pesan dari para buaya yang menggoda mereka.
Lima menit menunggu, akhirnya Bu Sri datang membawa nampan pesanan menuju tempat duduk mereka, tak perlu menunggu lama sebab kantin masih lah sepi.
"Makasih Bu Sriiii." Riang Salsa sembari memberikan uang pesanan mereka.
"Sama-sama neng. Tapi punten ya, jam segini kok sudah di sini apa tidak ada guru di kelas atuh?" tanya Bu Sri lengkap dengan logat Sundanya.
"Bolos Bu... Cuci mata sekali-kali liat cogan!" jawab Rinjani yang mengerlingkan mata.
Bu Sri mendelik. "Ya sudah atuh ayo di dahar pisan!"
Ketiganya mengangguk.
Setelah Bu Sri berlalu, mereka bertiga segera menghabiskan makanan tanpa bicara.
Bel berbunyi tepat dengan mereka yang telah selesai makan. Ketiganya tak beranjak, memilih tetap duduk menikmati suasana kantin.
Mereka juga sengaja memilih kursi di pojok kantin, lebih tepatnya Bulan yang memilih. Tempat kumpul Farel cs yang tidak sembarang orang boleh duduk di sini atau akan diusir dengan cara tidak wajar dan bisa saja menjadi bulan-bulanan Farel cs. Tapi ini Bulan, mana mungkin cowok itu menyuruh Bulan pergi? Yang ada malah cowok itu senang bisa duduk di samping Bulan.
Panjang umur! cowok yang baru saja Bulan bicarakan sudah datang dengan gerombolannya menuju ke arah Bulan. Bulan cs tidak pergi, Bulan juga tidak peduli akan kedatangan mereka. Hanya meliriknya sebentar dan kembali tenggelam pada ponselnya.
Hingga tarikan kursi tepat di sebelahnya membuat cewek itu mendongak lantaran ponselnya direbut paksa oleh Farel.
"Lebih menarik ponsel daripada gue?" tanya cowok itu dengan tangan kanan diatas meja yang menumpu kepalanya.
Bulan tak menjawab, cewek itu malah menarik lengan kiri Farel dan bergelanjut manja dengan kepala yang ia sandarkan di bahu cowok itu. Farel yang mendapati tingkah Bulan ini, sontak berdiri tegap, membiarkan cewek itu bersandar nyaman di bahunya.
Kenapa Bulan mendadak begini pada Farel? Tidak, ini bukan pertama kalinya Bulan bertingkah seperti ini. Ia sering, hanya saja jarang ia lakukan di tempat umum. Jika Farel main ke rumahnya, Bulan juga sering bertingkah manja pada Farel.
Bulan memang belum menyukai Farel, ia melakukan ini agar hati cowok itu senang. Sekali-kali membalas kembali perhatian yang sudah Farel berikan untuk Bulan. Lagipula Bulan menikmati ini, yang terbakar cemburu biar semakin panas.
Lalu mengapa tadi pagi Bulan cuek dengan Farel? Ya karna dia sedang tak mood. Jika dalam mood baik, cewek itu juga tak akan menyueki Farel.
"Malam ini ke mana?" tanya Farel yang tengah menciumi puncak kepala Bulan.
"Club!"
Farel menghentikan aksinya, "Sama siapa?" Farel memandang wajah cewek itu yang sedang menutup mata.
"Mereka lah!"
Farel menaikkan alisnya. "Mereka siapa?"
Bulan membuka matanya, mendengus kasar, sialan memang ia ditinggal sendiri oleh dua curut itu. Alhasil dia cewek sendiri di meja Farel. Untung saja teman-teman Farel sibuk sendiri, hanya Farel yang fokus padanya.
"Gue ikut ya?" pinta Farel
Bulan menggeleng. "Gak usah, ngapain sih?"
"Jagain lo! Biar gak krubung semut!"
Bulan diam tidak menjawabnya.
"Balikin hp gue!" Pinta Bulan sembari melepaskan lengan Farel.
"Besok gue balikin, Gue reset dulu kontak lo!" kata Farel dengan nada sedikit kesal.
Bulan tak menjawab hanya merapikan rambutnya lalu mengambil ponsel Farel disaku kemeja cowok itu. Sang pemilik ponsel pun juga diam saja.
"Jangan lupa telfon!" ucap Bulan yang bangkit dan berlalu dari sana.
Bulan berjalan menuju ke arah lapangan, menyusul kedua curut yang dipastikan tengah tebar pesona sekalian cuci mata. Jangan salah, Rinjani dan Salsa juga masuk dalam jajaran Primadona SMA Merpati.
Saat melewati ruang musik, terdengar petikan gitar yang sepertinya akan mulai bernyanyi. Bulan mendekat untuk mengintip kedalam tapi sayang gelap, lampunya sengaja tidak dinyalakan. Iseng, Bulan segera mengambil ponsel milik Farel dan merekam suara itu.
Tatapan mata itu Terasa begitu dalam,
Seakan-akan menyentuh jantung hatiku,Tunggu, kenapa Bulan tiba-tiba teringat pada Reyhan?
Apakah ini suatu isyarat,
Sebuah pesan dari hatimu,Ungkapan rasa cinta engkau pendam,Biarkan hati bicara,
Katakan semua rasa kita,Hentikanlah kebisuan, membohongi kita,Biar hati yang berjanji,
Dia tak mungkin bisa berdusta,Tentang rasa cinta kita,Tulus dari hati.-Pesan dari hati.Ruri Rebvplik ft Cynthia Ivana"Lo ngapain di sini?"
"Sialan!" Umpat Bulan kaget kala melihat seorang cowok dibelakangnya. Bulan tak mengenal cowok ini, tapi jika tidak salah, dia adalah teman Reyhan yang menutup pintu tadi pagi.
"Lo ngintipin Reyhan ya?" Tuduh cowok itu.
"Gak penting banget gue ngintipin tu cowok" Kilah Bulan sembari berlalu.
Sial, hampir saja ketahuan! Mau ditaruh di mana muka cantik Bulan kalau sampai ketahuan mengintipi cowok itu. Tunggu? Jadi itu suara Reyhan? Bagus juga, tapi...
"Ah sial! Kesimpen gak ya?" Bulan buru-buru mengecek ponsel Farel, Bulan menghembuskan nafasnya, tersenyum riang. Beruntung rekaman itu masih ada, tinggal save! Lumayan buat story w******p."Lo pulang gimana? Mau bareng sama gue?" Ajak Rinjani pada Bulan.Bulan menggeleng. "Bareng Farel."Tadi cowok itu telah mengiriminya pesan untuk pulang bareng, dan Bulan menerimanya."Makin lengket ya bun?" saut Salsa, menyenggol lengan Bulan."Biasa aja tuh!" balas Bulan."Gue balik dulu deh kalau gitu" Pamit Rinjani.Bulan dan Salsa mengangguk lalu melambaikan tangan pada Rinjani."Farel nunggu dimana?""Lapangan.""Searah dong kalau gitu... Lo ke lapangan, dan gue ke ruang musik." Riang Salsa.Bulan bengong. "Secepat itu?"Salsa menyenggol bahu Bulan. "Perjuangan butuh proses! Doain aja.""Semoga lo insaf setelah ini!" balas Bulan yang memiting leher Salsa dan menyeretnya."Jangan sekarang, Gue belum punya mantan banyak Bulan." Rengek Salsa.
Drttt... Drttt... DrtttBulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.Apa?Mau gue jemput gak?Ya!Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.Lalu Farel memutuskan sambungannya.Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel."Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit."Mau cari sarapan dulu?"
Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel
Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.
"Gak kerasa lusa kita udah balik ke Jakarta." kata Bulan yang menaruh dagunya di bahu Farel. Keduanya tengah berada di pantai untuk melihat sunset."Kalau lo mau, kita bisa nambah liburan lagi. Mau?""Mau, tapi di Jakarta aja!""Gak mau ke Lombok nih?" tawar Farel menaik turunkan alis."Kalau bisa seluruh dunia aja kita kelilingin!" jawab Bulan mengebu-gebu."Bisa! lo mau?""Mau tapi lo harus izin ke papa sama mama gue, berani?""Berani lah! Gue udah naklukin mamer tinggal naklukin pamer, kapan?""Nanti kalau lo udah jadi suami gue." celetuk Bulan polos dan Farel tak bisa menyembunyikan senyumannya."Lo seneng gak?"Bulan mengangguk. "Banget, makasih banyak! Lo selalu jagain gue di sini.""Sama-sama, apapun itu buat lo bahagia! Gue bakal lakuin." Farel mengecup dahi Bulan penuh sayang."Udah cocok jadi calon suami lo belom?" goda Farel."Udah! Tinggal tunggu keputusan sang penulis.