Share

Part 2

Bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi, tetapi Bulan dan kedua sahabat nya sudah nongkir di kantin. Bukan membolos, guru mereka sedang absen dan tak memberikan tugas apapun. Jadi, daripada tidur di kelas lebih baik ke kantin, siapa tau ketemu cowok ganteng.

"Bu Sri! Bakso satu, mie ayam dua, sama es teh tiga." Teriak Salsa yang baru saja mendudukkan diri di kursi kantin.

"Okee." saut Bu Sri sembari mengacungkan jempolnya.

"Lo serius udah putus dari Dirga?" tanya Rinjani yang tengah mengoles lipbam di bibirnya.

Bulan yang tengah membalasi pesan w******p para cowok-cowok itu menoleh dan hanya mengangguk malas.

"Gak usah galau Lan, antrian lo masih panjang."

Lagi, Bulan hanya mengangguk saja.

"Eh Rin lo tau gak? Temennya Reyhan, itu siapa sih yang main piano?" tanya Salsa tiba-tiba.

Rinjani mengarahkan kedua matanya ke atas, sedang mengingat sesuatu. "Laskar maksud lo?"

"Jadi namanya Laskar." Guman Salsa.

"Kenapa? Lo suka sama dia?" tanya Bulan, kepo.

Salsa menahan senyum dan mengangguk semangat. "Gue gebet boleh kali yaaa."

"Boleh! Sekali-kali gitu ngrasain gimana rasanya punya cowok anak band, enak kali ya tiap hari dinyanyiin. Makin cintaaa" imbuh Rinjani, mulai menghubungkan kabel halunya.

"Lets get it!!!" Salsa mulai membuka ponsel, mencari koneksi untuk mendapatkan nomor Laskar.

"Kenapa gue punya temen playgirl semua?" kata Rinjani menatap Bulan.

"Gak sadar lo!" Telak Bulan.

Salsa ngakak.

"Rin... yang jadi playgirl itu gue..." tunjuk dirinya sendiri.

"Elo gak mampu mbak?"

Bulan ikut ngakak bareng Salsa, sedangkan Rinjani, cewek itu tengah terpojok sendiri.

"Playgirl itu bukan kesalahan Rin. Kita sedang seleksi, masa depan gak dateng dua kali!" Bijak Bulan dengan senyum mengembang.

Rinjani mendelik. "Sialan lo!"

"Tapi lo juga nikmatin kan?" Goda Salsa

"Ya iyalah. Bego banget, gue cantik! Gak mungkin dong menyia-nyiakan cogan. Nikmat mana lagi yang lo dustakan!"

"Itu baru temen gue!" Rangkul Bulan, yang dibalas dengan kerlingan mata Rinjani.

"Lan! Lo gak cari pacar baru?" tanya Rinjani

"Ngapain lo nanya-nanya gitu ke Bulan? Jangan bilang mau lo kenalin cowok baru?"

Rinjani mengangguk, menatap Bulan meminta kepastian.

"Lo gak usah repot-repot, gue bisa cari sendiri!" jawab Bulan.

Rinjani cemberut, gagal sudah impiannya menjadi mak combrang.

"Kalau gue jodohin mau, Lan?"

Mendengar ucapan Salsa, baik Bulan dan Rinjani menoleh curiga pada Salsa.

"Sama siapa?" tanya Rinjani, kepo.

"Karna kebetulan lo jomblo, dan cowok ini juga terbilang single. Gue rasa kalian bakal cocok deh."

"Gak usah bertele-tele. Langsung aja siapa?" greget Bulan

Salsa tersenyum manis. "Reyhan Bintang Abizar!"

"Sinting lo!" umpat Bulan

Salsa menyenggol lengan Bulan. "Ish... Buka mata batin lo! Liat aura dinginnya yang begitu meluluh lantakkan hati" dramatisir cewek itu.

"Lo perlu diruqiah biar sadar!" jawab Bulan sedikit kesal.

"Tapi Lan, Salsa ada benernya loh. Kali aja kan aura dinginnya bisa bikin lo insaf dari playgirl. Lagian kalian juga bisa double date nanti."

"Jangan resek deh!"

"Utututu Rembulan ku ngambek, sini sini gue belain. Rin, stop! Lo perlu cuci otak!" bela Salsa pada Bulan.

Rinjani memutar bola mata malas.

"Girl! Gimana kalau nanti malam kita ke club?" Ajak Rinjani tiba-tiba yang langsung diangguki Salsa dan Bulan.

Sudah bukan rahasia umum jika Bulan cs, sering keluar masuk club. Meskipun begitu, jangan berburuk sangka dulu, mereka kesana hanya untuk bersenang-senang. Bohong jika mereka tak pernah menyicipi minuman disana, sering! Tapi mereka tak melakukan hal lain lagi, hanya minum atau bersantai tak lebih dari itu.

Bulan bukan anak broken home, real Bulan hanya ingin bersenang-senang dengan kehidupannya saja. Berbeda dengan kedua teman Bulan, Salsa adalah anak broken home. Ayah dan Ibunya sudah perpisah sejak dua tahun lalu, disebabkan adanya orang ketiga. Salsa memiliki seorang adik cowok yang juga tinggal bersama ia dan ayahnya.

Sedangkan Rinjani adalah anak angkat di orang tuanya yang sekarang. Bulan tak akan menjelaskan ini! Yang pasti Rinjani belum bisa berdamai dengan orang tua kandungnya.

Kembali pada mereka, ketiga nya tengah sibuk bermain ponsel. Sudah pasti membalasi pesan dari para buaya yang menggoda mereka.

Lima menit menunggu, akhirnya Bu Sri datang membawa nampan pesanan menuju tempat duduk mereka, tak perlu menunggu lama sebab kantin masih lah sepi.

"Makasih Bu Sriiii." Riang Salsa sembari memberikan uang pesanan mereka.

"Sama-sama neng. Tapi punten ya, jam segini kok sudah di sini apa tidak ada guru di kelas atuh?" tanya Bu Sri lengkap dengan logat Sundanya.

"Bolos Bu... Cuci mata sekali-kali liat cogan!" jawab Rinjani yang mengerlingkan mata.

Bu Sri mendelik. "Ya sudah atuh ayo di dahar pisan!"

Ketiganya mengangguk.

Setelah Bu Sri berlalu, mereka bertiga segera menghabiskan makanan tanpa bicara.

Bel berbunyi tepat dengan mereka yang telah selesai makan. Ketiganya tak beranjak, memilih tetap duduk menikmati suasana kantin.

Mereka juga sengaja memilih kursi di pojok kantin, lebih tepatnya Bulan yang memilih. Tempat kumpul Farel cs yang tidak sembarang orang boleh duduk di sini atau akan diusir dengan cara tidak wajar dan bisa saja menjadi bulan-bulanan Farel cs. Tapi ini Bulan, mana mungkin cowok itu menyuruh Bulan pergi? Yang ada malah cowok itu senang bisa duduk di samping Bulan.

Panjang umur! cowok yang baru saja Bulan bicarakan sudah datang dengan gerombolannya menuju ke arah Bulan. Bulan cs tidak pergi, Bulan juga tidak peduli akan kedatangan mereka. Hanya meliriknya sebentar dan kembali tenggelam pada ponselnya.

Hingga tarikan kursi tepat di sebelahnya membuat cewek itu mendongak lantaran ponselnya direbut paksa oleh Farel.

"Lebih menarik ponsel daripada gue?" tanya cowok itu dengan tangan kanan diatas meja yang menumpu kepalanya.

Bulan tak menjawab, cewek itu malah menarik lengan kiri Farel dan bergelanjut manja dengan kepala yang ia sandarkan di bahu cowok itu. Farel yang mendapati tingkah Bulan ini, sontak berdiri tegap, membiarkan cewek itu bersandar nyaman di bahunya.

Kenapa Bulan mendadak begini pada Farel? Tidak, ini bukan pertama kalinya Bulan bertingkah seperti ini. Ia sering, hanya saja jarang ia lakukan di tempat umum. Jika Farel main ke rumahnya, Bulan juga sering bertingkah manja pada Farel.

Bulan memang belum menyukai Farel, ia melakukan ini agar hati cowok itu senang. Sekali-kali membalas kembali perhatian yang sudah Farel berikan untuk Bulan. Lagipula Bulan menikmati ini, yang terbakar cemburu biar semakin panas.

Lalu mengapa tadi pagi Bulan cuek dengan Farel? Ya karna dia sedang tak mood. Jika dalam mood baik, cewek itu juga tak akan menyueki Farel.

"Malam ini ke mana?" tanya Farel yang tengah menciumi puncak kepala Bulan.

"Club!"

Farel menghentikan aksinya, "Sama siapa?" Farel memandang wajah cewek itu yang sedang menutup mata.

"Mereka lah!"

Farel menaikkan alisnya. "Mereka siapa?"

Bulan membuka matanya, mendengus kasar, sialan memang ia ditinggal sendiri oleh dua curut itu. Alhasil dia cewek sendiri di meja Farel. Untung saja teman-teman Farel sibuk sendiri, hanya Farel yang fokus padanya.

"Gue ikut ya?" pinta Farel

Bulan menggeleng. "Gak usah, ngapain sih?"

"Jagain lo! Biar gak krubung semut!"

Bulan diam tidak menjawabnya.

"Balikin hp gue!" Pinta Bulan sembari melepaskan lengan Farel.

"Besok gue balikin, Gue reset dulu kontak lo!" kata Farel dengan nada sedikit kesal.

Bulan tak menjawab hanya merapikan rambutnya lalu mengambil ponsel Farel disaku kemeja cowok itu. Sang pemilik ponsel pun juga diam saja.

"Jangan lupa telfon!" ucap Bulan yang bangkit dan berlalu dari sana.

Bulan berjalan menuju ke arah lapangan, menyusul kedua curut yang dipastikan tengah tebar pesona sekalian cuci mata. Jangan salah, Rinjani dan Salsa juga masuk dalam jajaran Primadona SMA Merpati.

Saat melewati ruang musik, terdengar petikan gitar yang sepertinya akan mulai bernyanyi. Bulan mendekat untuk mengintip kedalam tapi sayang gelap, lampunya sengaja tidak dinyalakan. Iseng, Bulan segera mengambil ponsel milik Farel dan merekam suara itu.

Tatapan mata itu Terasa begitu dalam,

Seakan-akan menyentuh jantung hatiku,

Tunggu, kenapa Bulan tiba-tiba teringat pada Reyhan?

Apakah ini suatu isyarat,

Sebuah pesan dari hatimu,

Ungkapan rasa cinta engkau pendam,

Biarkan hati bicara,

Katakan semua rasa kita,

Hentikanlah kebisuan, membohongi kita,

Biar hati yang berjanji,

Dia tak mungkin bisa berdusta,

Tentang rasa cinta kita,

Tulus dari hati.

-Pesan dari hati.Ruri Rebvplik ft Cynthia Ivana

"Lo ngapain di sini?"

"Sialan!" Umpat Bulan kaget kala melihat seorang cowok dibelakangnya. Bulan tak mengenal cowok ini, tapi jika tidak salah, dia adalah teman Reyhan yang menutup pintu tadi pagi.

"Lo ngintipin Reyhan ya?" Tuduh cowok itu.

"Gak penting banget gue ngintipin tu cowok" Kilah Bulan sembari berlalu.

Sial, hampir saja ketahuan! Mau ditaruh di mana muka cantik Bulan kalau sampai ketahuan mengintipi cowok itu. Tunggu? Jadi itu suara Reyhan? Bagus juga, tapi...

"Ah sial! Kesimpen gak ya?" Bulan buru-buru mengecek ponsel Farel, Bulan menghembuskan nafasnya, tersenyum riang. Beruntung rekaman itu masih ada, tinggal save! Lumayan buat story w******p.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status